Pesta telah usai. Tamu-tamu pun telah pergi. Sisa petugas katering dan kebersihan yang sibuk bekerja. Tentu anggota ring satu Angkasa masih lengkap di sana. Nad, Bumi, dan Tari malah masih berlarian di antara dekorasi pesta.
Mereka duduk di kursi-kursi yang mengelilingi meja bulat.
"Nad," panggil Fabian ketika melihat bocah itu berlari ke arahnya. "Sini dulu." Dia melambai menanggil.
"Apa?"
"Nad pulang sama Papa Ian ya. Bobo sama Teh Tari."
"Ih, Nad kan sudah punya mama. Namanya Ibu Guru Olla." Dia bergeser menempel di tubuh Aurora yang langsung memeluknya. "Nad mau bobo sama Ibu Guru Olla."
"Kalau sudah jadi mama panggilnya ya Mama. Atau Ibu. Nggak usah Ibu Guru Olla. Kepanjangan," jelas Rey.
"Nad panggilnya Mama Rey, kenapa nggak Ibu Guru Olla?"
"Terserah Nad deh. Tapi sekarang bobo sama Teh Tari ya." Fabian menyambar lagi.
Aurora menunduk, Angkasa mendengus.
"Nggak mauuu.... Nad mau bobo sama Papa sama Bu Guru Ollaaa...."
"Besok-besok aja. Setahun ini sama Teh Tari dulu."
"Hah? Setahun? Nad pindah sekolah dong? Nggak mauuu..."
"Sebulan deh," tawar Fabian lagi.
"Nggak mau!"
"Eh, Nad mau punya adek nggak?"
"IAN!" bentak Angkasa mendesis.
Fabian dan yang lain hanya terkekeh kurang ajar—termasuk Ari—meski Aurora memerah.
"Hah? Adek? Mauuu..."
"Makanya Nad bobo sama Teh Tari dulu ya. Setahun."
"Ian!" Mendesis dengan gigi rapat.
"Nanti tau-tau Nad pulang sudah ada adeknya." Abai.
"Ian!" Mendesis mendelik bergantian menyipit.
"Tapi kalau setahun kelamaan, Papa Iaaannn..."
"Kalau sebulan cuma Ndo yang punya adek."
"Yaaahhh..."
"Besok Teh Tari mau jalan-jalan. Nad mau ikut?"
"Bu Guru Olla ikut nggak?"
"Ya nggak-lah."
Berpikir.
"Nad sama Ibu Guru Olla aja deh."
"Nad sama Mama Non aja deh. Main sama Teh Angi."
"Nggak mau!" Tegas. Lalu langsung pergi, kembali berlarian bersama Bumi dan Tari.
"Sudah-sudah. Sudah malam. Ayo pulang." Ari memutus debat masinis itu.
"Trus tu anak pulang sama siapa?" tanya Fabian bersikeras.
"Halah. Biarin aja sama bonyoknya. Mobil belum jalan juga sudah molor tu anak," sambar Tristan.
"Iya sih. Nggak bakal ikutan main kuda-kudaan."
"IAN!"
Yang dibentak tertawa mengesalkan.
Begitulah akhirnya Nad tetap pulang bersama Angkasa dan Aurora. Namun Tristan benar. Tak lama mobil bergerak, dia tidur di pangkuan Aurora. Angkasa berdecak sambil mengambil kaki Nad, memangkunya.
Tak ada yang mereka bincangkan sepanjang jalan. Hanya dengkur lembut Nad yang mengisi ruang sepi.
Supir langsung membukakan pintu untuk Angkasa yang berusaha mengangkat Nad tanpa membangunkan bocah itu. Asisten rumah tangga menyambut Aurora dan membantunya turun dari mobil.
YOU ARE READING
Di Sudut-Sudut Hati [on going]
RomanceAngkasa Dirgantara, lelaki hedon yang sulit dipercaya urusan percintaan jatuh cinta pada sahabat adiknya. Namun tidak ada yang percaya, pun ketika mereka percaya mereka malah menjadi batu penghalang. Termasuk Fabian. Sepotong kalimat membuat semua...