149, Déjà vu [2]

119 39 13
                                    

Cukup dua lantai Fabian berlari. Dia keluar dari tangga darurat dan menaiki lift. Dia terus menarik bahkan menyeret Rey sepanjang lobby.

"Angkasa sudah keluar?" tanyanya pada petugas keamanan.

"Siap. Baru aja, Pak."

"Sh*t!" Dia kembali menarik Rey.

Di depan pintu dia melihat mobil Angkasa bermanuver kasar keluar dari tempat parkir. Dia langsung menarik Rey ke mobilnya yang terparkir di samping mobil Angkasa di tempat parkir khusus mereka berempat.

"Fasten your seatbelt, Sweetheart." Dia pun sama gilanya dengan Angkasa. Untung saja petugas keamanan dan parkir langsung menjaga area.

"Kita mau ke mana, Ian?"

"Nggak tau. Kita cuma ikutin Aa aja. Semoga nggak ketinggalan dan ketahan lampu merah."

"Aku telepon Aa?"

"Nggak usah. Biarin aja. Jangan bikin konsentrasinya makin berantakan sama bunyi telepon."

"Aa mau ke mana, Ian?"

"Ya mana aku tau, Rey." Tone naik. Dia sibuk memastikan Angkasa hanya berselang beberapa mobil di depan. Dia berusaha mengurangi jumlah itu.

"Sudah, kamu daripada nanya nggak jelas mending bantuin aku ngelihatin Aa. Jangan sampai hilang tu orang."

Rey langsung diam dan ikut melongok ke depan.

"Sh*t! Aku lupa pasang GPS tracker di mobil Angkasa. Padahal sudah nebak Aa bakal begini." Dia menarik rambut kasar. Kesal.

"Ada WA dari Mas Ari. Katanya dia sudah pasang GPS tracker di mobil Aa. Kamu nggak usah terlalu ugal-ugalan."

Fabian langsung mengentakkan punggung ke belakang.

"We're a team."

Mereka bisa lebih tenang sekarang. Fabian menarik napas panjang.

"Ambilin minum, Rey. Aku haus banget."

Rey memberikan botol air mineral yang sudah dia buka.

"Bisa cari kabar ke yang lain?"

"Belum ada laporan di grup."

"Apa Nona sama Tristan?"

"Iya. Tapi katanya naik motor kejar Jagya jadi susah laporan."

"Hah?"

"Jagya naik motor, susah ngejarnya kalau pakai mobil."

"Motor siapa?"

"Nggak tau."

"Bilangin Nona, jagain Jagya aja. Ikutin ke mana."

"Oke." Rey mengetik cepat.

"Di kantor gimana? Dee ada kabar?"

"Nggak ada."

"Olla ada kabarin apa? Seharusnya dia yang jobless."

"Astaga. Belum masukin Olla ke grup."

"Ck."

"Kemarin nggak langsung masukin kan karena biar mereka honey moon." Rey menambahkan Aurora di grup mereka.

"Ck."

"Aa kayaknya mau ke Bandung ya, Ian?" Mereka meninggalkan Jakarta Outer Ring Road dan masuk Tol Japek, berpacu seperti berkuda.

"Nggak tau. Masih jauh banget. Kamu kalau mau tidur, tidur dulu aja, Rey. Aku nggak tau ke depan gimana."

"Gimana sih orang bisa tidur lagi begini? Ck."

Di Sudut-Sudut Hati [on going]Where stories live. Discover now