2. Catu campai celupuh belac

10.8K 1.1K 41
                                    

Catu, lua, tiga, mpat, lima, nam, juh, lapan, celimban, celupuh ... " Rui memandang angka-angka besar didalam buku berwarna, menunjuk dengan jari mungil dan pendeknya.

"Ma belac, nam belac, juh belac, lapan belac, celimban belac, celupuh belac. Holee ... Lui na dah pintal celakang." Ya, setelah menghitung sampai dua puluh, anak itu akan bertepuk tangan dengan mata melengkung.

Bettra Lexus, selaku guru Rui dan sikembar hanya bisa menggigit sapu tangan di tangannya untuk menyampaikan perasaan gemas terhadap anak itu, jangan sampai seorang Bettra dihukum oleh keluarga Dominic karena menggigit pipi chubby Rui.

"Gulu Belta, Lui na dah bica itung campai celupih belac. Celakang Lui boleh ciltilahat kan? Lui lapal mau cucu." Butuh beberapa saat agar Bettra mengerti apa yang dimaksud Rui, sebelum dirinya menggeleng tidak menyetujui maksud Rui.

"Tidak, kita baru belajar selama 10 menit. Masih jauh dari jam istirahat."
Mendengar itu raut muka Rui berubah sendu sejalan dengan telinga rubah merah sleepsuitnya yang juga ikut turun.

'Kyaaaa, keimutan macam avvva iniiii!' Bettra semakin menggigit saputangan rajutnya, semakin menahan kegilaan untuk memeluk dengan erat anak itu.

"Lui na lapal, napa ciltilahat lama kali." Rui memanyunkan bibirnya kemudian lanjut mengambil pensil warna untuk menulis angka-angka yang telah dihitung nya.

"Kau baru meminum susu setengah jam yang lalu, dan sekarang kau sudah lapar? Lihatlah perutmu makin menggembung dan kau juga semakin boncel." Raizel yang sedari tadi memperhatikan anak itu tidak tahan untuk menggodanya. Sekarang menggoda anak itu menjadi hal wajib bagi Raizel setiap kali bertemu Rui.

"Ini mpuc, bukan pelut Lui. Teluc Lui ndak moncel bang Lei, Lui becok tinggi. Liat caja, becok Lui na tinggi campai awan, Hmpp." Benar saja kan, lihatlah anak itu mudah tersulut emosinya. Dan melihat wajah menggembung lucu serta mata besar terlihat galak benar-benar membuat Raizel puas dan ingin tertawa, tapi ditutupi oleh wajah datar kulkas dua pintu.

"Kau masih menyimpan makhluk berbulu itu? Pantas saja kau tidak bisa tinggi."

Mendengar perkataan Raizel, Rui langsung membuka resleting sleepsuitnya mengeluarkan anak anjing putih dan meletakkannya diatas meja belajar.

"Mpuc, janang dengal kata bang Ley, ya! Bialpun kaki mpuc pendek, Lui tetap cuka mpuc na."

Kali ini yang marah malah berbalik menjadi Raizel, bahkan sikembar juga ikut tersulut emosi saat melihat anak anjing kecil itu dipeluk Rui dengan erat.
Berbeda dengan Rui yang tenang, mpus didalam pelukan Rui sudah menggigil merasakan ancaman membunuh dari sekitarnya.
Melihat adegan kecil didepannya, Bettra hanya tertawa kecil. Terhibur dengan kelakuan bocah-bocah yang diajarnya ini.

'Trrrrrrtttt'
Bettra dikagetkan dengan ponsel yang bergetar disakunya, wanita berusia 30 thn itu undur diri sejenak untuk menerima panggilan.
Panggilan itu dari rekan se-timnya, dirinya yang berprofesi sebagai ketua divisi militer bayaran tidak bisa mengabaikan panggilan penting.

Beberapa saat kemudian panggilan itu berakhir, mematikan ponsel dan berbalik. Seketika pupil matanya membola dan bergegas kembali kebangunan kecil tempatnya mengajar atau dikenal dengan nama "sekolah monster".

Ingatkan Bettra soal rumus ini
Rui + pensil warna = bencana
Bagaimana tidak, baru beberapa saat menerima panggilan, anak itu telah mewarnai bulu anjing kecil yangseputih salju. Bahkan, salah satu dari sekimbar juga menjadi kanvas dari Rui.

Menghela nafas dan memijit kepalanya sedikit, ingatan Bettra kembali ke saat pertama kali mengajar. Saat itu Bettra mengawasi Rui dan yang lainnya sambil membaca buku, terhenyak sedikit kedalam bukunya dan saat dia mengangkat mata, sikembar telah berubah menjadi monster kecil dengan coretan dimana-mana.

Petualangan Rui (Rui Untuk Dominic 2) Where stories live. Discover now