10 . Rui rindu Mama

9.8K 1K 61
                                    






Ini malam yang sunyi dengan bulan yang bersinar terang diatas. Pada saat ini hanya sedikit aktifitas dari makhluk yang disebut manusia, karena sebagian besar mereka sudah larut kedunia mimpi.


Begitupun dengan dua manusia yang sedang tertidur di sebuah kamar bernuansa elegant seperti gaya kamar orang dewasa, tapi berbanding terbalik dari penghuninya yang baru berusia 5 dan 3 tahun.

Terlihat diatas tempat tidur sisurai merah yang lebih tua memeluk sisurai biru dengan posesif nya. Memeluk seakan-akan sisurai biru bisa hilang kapan saja, tapi sisurai biru tidak terganggu sama sekali dan semakin tertidur nyenyak.

Hanya berselang beberapa waktu, sisurai biru yang kita ketahui adalah Rui membuka matanya. Mata itu masih layu dan dengan sedikit dorongan bisa tertutup kapan saja.
Tapi Rui menolak untuk menutup matanya. Setelah mengumpulkan kesadarannya, Rui memindahkan tangan sisurai merah dari perutnya. Ya, itu adalah Edgard. Orang yang telah berhasil merebut Rui untuk tidur bersama dari Edward malam ini.

Setelah memindahkan tangan Edgard, Rui kemudian duduk lalu melihat kearah balkon. Terlihat disana pintu yang terbuka, dan entah karena apa mata anak itu berbinar, berbinar dan memantulkan cahaya bulan yang masuk melalui sela-sela tirai.


Rui buru-buru mengambil bantal, menjatuhkan mereka satu persatu kelantai.
Merasa kurang tinggi, Rui menarik secara paksa bantal yang ada di kepala Edgard. Tapi Edgard tetap memejamkan matanya seolah-olah tak terusik sama sekali.


Setelah menumpuk semua bantal dan selimut, Rui berusaha turun. Dengan penuh perjuangan, mendaratkan kaki duluan pada bantal yang telah ditumpuk sebelum berhasil mencapai lantai dan berdiri tanpa terjatuh.

"Cuda Lui duga. Lui na dah tamba tinggi." Mendarat dengan sempurna, anak itu kemudian bertepuk tangan dan segera berlari kearah balkon.

Disana sudah menunggu seseorang yang sangat dikenalnya, orang itu membuka lebar tangannya dan Rui yang hanya berbalut popok terjun kepelukan orang itu. "Mama, Mama na Lui. Lui lindu Mama." Seseorang yang kita tau adalah Iyuki, tersenyum hangat dengan air mata yang telah berguguran.

"Mama na, napa nagicss? Mama na cakit?" Rui memiring kan kepalanya sambil menatap Iyuki yang saat ini berlinang air mata. "Tidak, hiks ... mama juga rindu Rui." Iyuki memeluk anak itu dengan erat, mengendus aroma yang telah lama dirindukan nya. Kemudian memcium setiap inci wajah malaikatnya.


"Hihi, geli Mama." Rui tertawa saat Iyuki menciumnya, kemudian dengan kedua tangan pendek tapi bontot nya menjauhkan wajah itu.


Author : bayangin aja klean mau cium kocheng, tapi ditolak... Awokawok.

Merasa tersadar, Rui memperhatikan kiri dan kanan kemudian melihat kebelakang Iyuki.
"Ada apa? Rui mencari siapa?"

"Papa na, mana? Papa Lui ndak macuk icekai cama Mama?"

Hey, Mamanya masuk isekai. Tentu papanya juga ikut masuk. Tapi Rui tak melihat batang hidung Stevan di teras balkon ini.
"Papa nggak masuk, sayang. Papa akan ke isekai .... mm, mungkin beberapa hari lagi." Iyuki ingin mengatakan besok, tapi besok yang dimaksud Iyuki akan lain jika ditanggapi Rui.
Jika 'besok' Iyuki berarti kapan-kapan. Maka 'besok' Rui, adalah hari esok.

"Ya, Lui nanti Papa na, cini." Anak itu tersenyum riang dengan mata membentuk bulan sabit.
Iyuki merasa bersyukur pada Ryu yang tetap menjaga kepolosan Rui saat ini. Sehingga jauh dari keluarga pun, bayinya tidak ketakutan diluar dan masih bisa tersenyum seperti biasanya.

"Mm, hiks... Mama janji. Sebentar lagi kita akan pulang kerumah. Hiks, kita akan berkumpul bersama lagi." Rindu dihati Iyuki pecah dengan tangisan. Memeluk buah hatinya, lalu menghujani nya dengan ciuman lagi.

Petualangan Rui (Rui Untuk Dominic 2) Where stories live. Discover now