9 . Naik turun presentase misi

8.6K 1K 87
                                    





Cit cit cit...


Jangan mengira ini suara anak ayam. Ini adalah suara dari sepatu seseorang yang masih mengenakkan popok dan diam-diam pergi ke ruang bermain.


Ya, diam-diam? Diam-diam sampai satu keluarga tau kemana tujuan sikecil.
Dengan hanya memakai sepatu dan popok, Rui berjalan dilorong tepat jam 6 pagi.
Jangan tanya kemana topi tidurnya semalam. Sudah pasti ditinggal dikamar Edward.


matahari baru muncul sedikit tapi mata anak itu sudah seterang Matahari dihari yang cerah.
Sampai diruang bermain, membongkar semuanya untuk menemukan pedang ajaib pembunuh burung raksasa yang hilang entah kemana saat Rui bangun, satu-satunya jawaban hanyala, pedang itu terbang keruangan bermain. Itaulah yang ada diotak kecil Rui.


Memperhatikan Rui yang asik membongkar mainannya, didepan pintu Reine hanya bisa geleng-geleng kepala. Ruangan bermain yang baru ada tiga hari yang lalu selalu berantakan di pagi harinya akibat ulah sikecil yang mencari mainan random untuk dimain bersama Clleo, putra angkatnya yang satu lagi.
Walaupun sikecil ujung-ujungnya main bersama kucing hitam peliharaan Clleo, tapi anak itu tak pernah bosan selama bermain.



"Sayang, ayo mandi dulu. Lalu kita sarapan dibawah. Ayah, sudah menunggu." Reine mengangkat Rui yang masih tersangkut dibak bola warna-warni. Menggendongnya dan membawanya keluar, sehingga mendapatkan protes dari Rui.


"Napa lual? Lui na lagi cali pedang legen lalic na!" Anak itu meronta-ronta digendongan Reine, menatap pintu ruang bermain yang semakin terlihat jauh.


"Pedang Rui ada dibawah. Kita mandi dulu, lalu sarapan. Ok!" Reine berusaha menahan tubuh gempal Rui, sampai si empu tenang setelah mendengar kata-kata Reine.


"Napa pedang Lui bawah?" Rui menatap Reine dengan tatapan bingung dengan mata besar berkilau, membuat Reine ingin melahap anak ini.


"Pedang nya nunggu Rui sarapan." jawab Reine.



"Pedang na Lui calpapan luan?"
Kuatkan lah iman Reine, jangan sampai Reine menggigit pipi mochi Rui.



"Sarapan, sa ... ra ... pan, sarapan." Eja Reine dengan benar.



"Ca ... la ... pan, calpapan." ulang Rui antusias sambil bertepuk tangan.


Reine menggelengkan kepalanya sekali lagi, terkadang kata-kata yang diucapkan Rui butuh 10 detik untuk benar-benar dipahaminya.


Sesampainya dikamar mereka, lebih tepatnya kamar utama Phillip dan Reine.
Reine meletakkan Rui diatas tempat tidur, melepaskan sepatunya yang dipasang sendiri oleh sikecil.
Hebat kan? Tentu saja, walaupun Rui memasangnya kiri dikanan, kanan dikiri alias terbalik.
.


Lanjut melepaskan popoknya yang bergambar gajah. Popok itu berat, sudah pasti sikecil telah mengompol beberapa kali.
Reine jadi ingat, dulu saat hari pertama Rui disini, Reine tidak memberinya popok saat tidur. Alhasil, mereka bertiga (Phillip, Reine dan Rui) harus mandi di tengah malam karena basah ompol sikecil.
Setelah hari itu  setiap saat, popok tidak pernah lepas dari Rui.



Reine memandikan Rui dengan telaten. Airnya tidak hangat maupun dingin sangat cocok untuk Rui. Mainan bebek memenuhi bak mandi, shampo dan sabun beraroma lemon memenuhi kamar mandi mewah itu.


Setelah selesai mandi, Reine membungkus Rui dengan jubah mandi bayi, menggendongnya keluar dan membaringkan nya ditempat tidur yang telah dilapisi dengan handuk penyerap air.


Petualangan Rui (Rui Untuk Dominic 2) Where stories live. Discover now