Prolog

8K 472 26
                                    

.

Bukan waktu yang sebentar, lima tahun hubungan yang berjalan mulus telah mereka jalin bersama. Tiap napas selalu tertawa dan bersedih di dalam kejujuran, tak pernah ragu saat mengungkapkan perasaan. Cinta yang katanya tulus adalah rasa yang dia percaya dalam setiap satu persatu ungkapan yang dikatakan kekasihnya padanya. 

Namun, dunianya tiba-tiba berubah.

Suara bisik terdengar di dalam aula itu, ada yang berkata malangnya wanita itu, lalu, mengapa dia bernasib menyedihkan, ada juga, aduhai, pasti tak tertahankan. Mungkin bukan bisik-bisik, suara itu terdengar, seolah memang disengaja agar wanita yang menunggu ini mendengar semuanya. 

Dia masih berdiri, gaun yang putih panjang menutupi lantai itu menemaninya untuk tetap tegar. Hiasan di wajahnya masih utuh, dalam hati dia masih menunggu. Detik menjadi menit, begitupun menit berlangsung dengan cepat, kehadiran lelaki itu dia bayangkan setiap saat. Tak ada alasan untuk kekasihnya tak hadir, dia tidak menemukan satu pun mengapa.

Selama ini lelaki itu menepati janjinya. Bunga mawar merah selalu diberikan untuk tanda sayang dan cinta. Cincin juga sudah melingkar sebelumnya saat lelaki itu melamarnya, sekarang jari manisnya hanya menunggu kekasih yang tercinta untuk memasangkan cincin itu di depan khalayak ramai.

Rebecca Swift adalah nama wanita itu.

Dia sebenarnya tidak terlalu menanti hari ini, karena pikirannya sudah memikirkan sepuluh tahun ke depan. Penantiannya bukan hari ini, tapi jauh lagi di masa depan. Di ujung mata itu, dia sudah melihat banyak impian yang mereka rangkai bersama. Namun, semua harus kandas karena lelaki yang dia percaya tidak kunjung datang, dia menghilang dari hidup Rebecca.

Aku tidak bisa melanjutkannya, maafkan aku.

Perkataan rancuh yang tidak dia tangkap artinya saat malam mereka bertemu. Dia pikir lelaki itu gugup, dia juga. Dia tersenyum menguatkan, lelaki itu tersenyum sedih. Rebecca mencintai lelaki itu sepenuh jiwa raganya. Tentang hati? Jangan dipertanyakan lagi.

Derap langkah terdengar dengan cepat, ada yang lambat. Dia membelakangi semua tamu yang hadir. Dia bukan enggan melihat, tapi memang seperti calon pengantin, berdiri menghadap ke depan menunggu kekasih hati.

Dia tidak merasa malu, wajahnya tidak panas memerah, kulitnya juga tidak menampakkan kepedulian. Rebecca hanya merasa pilu, hatinya perlahan hancur saat bapak tua di depannya melihatnya sesekali dan akhirnya pergi dari tugasnya. Dia masih berdiri, masih berharap lelaki itu hanya terlambat.

Namun, sudah cukup lama. Waktu berjalan tanpa izinnya, memaksanya untuk menerima kenyataan.

Dia meninggalkanku.

Kata-kata itu sangat kecil terdengar di ujung telinganya, samar-samar tapi terasa jelas masuk ke dalam hatinya. Rebecca bahkan lupa berkedip, air matanya sudah terbendung di mata yang indah itu. Bukan, mata yang sendu itu.

Orang tuanya hanya melihat, masih duduk di bangku barisan paling depan, mereka juga menunggu anaknya untuk berbalik badan. Mereka masih diam, masih takut untuk memanggil nama anaknya. Rebecca, ayo pulang.

Sungguh, dia amat cantik sekarang. Bahkan tanpa riasan itu pun, dia sangat mempesona. Malahan, tidak ada yang berani menyakitinya, dia tidak pantas untuk disakiti, apalagi ditinggali.

Dia memikirkan banyak hal di ruangan besar itu, dia tidak mencari kesalahan lelaki itu. Dia..

Dia mencoba menemukan kesalahannya, mengapa dia ditinggalkan oleh seseorang yang sudah membawa hatinya.

Sekarang, dia tak sanggup lagi menahan semua itu. Tubuhnya tiba-tiba bergetar perlahan, hingga akhirnya sangat terguncang. Rebecca menangis sambil tertunduk, hatinya perih bagai ditusuk benda tajam. Dia pikir hatinya berdarah, ternyata gumpalan darah dalam dirinya benar-benar patah.

Wanita itu menangis tiada henti. Hari demi hari, bulan ke bulan. Hingga akhirnya mata yang indah itu tak bisa lagi menahannya.

Di malam itu, dia kira cahaya padam. Dia mencari dan meraba dalam kegelapan, menghidupkan lampu di dinding sudut kamar. Dia menekan tombol itu beberapa kali, tapi tak ada yang terlihat. Dia teriak dan teriak, dunianya tiba-tiba sangat kelam. Sampai akhirnya dia sadar, dirinya tidak menangis lagi, tapi dia tidak bisa melihat apapun selain kenangan yang telah terlewati.







.

.

.





Dot of life

Titik kehidupan








DOT OF LIFE - FREENBECKYWhere stories live. Discover now