Chapter 18

3.2K 382 51
                                    

____
_______ 
_________
___________

Saat itu, Freen bersama ayah dan ibunya kembali dari makan malam. Dengan mobil yang tak terlalu bagus, orang tuanya sungguh sederhana, ayahnya hanya seorang pengajar dan ibunya memang berasal dari keluarga kaya. Namun, ibunya mengikuti ayahnya, hidup di Seoul dengan kehidupan yang secukupnya. Saat itu, tidak hujan, hanya sedikit gerimis. Freen merasa sangat senang, makan malam itu sebenarnya untuk merayakan hari spesial, ayahnya berulang tahun.

Namun, kejadian tak terduga terjadi. Seseorang dengan sedan mewah, melaju cepat tanpa kendali. Kecelakaan itu terjadi begitu cepat, Freen bahkan mengingat semuanya, serpihan yang menusuk tubuh ibu dan ayahnya, bahkan situasinya lebih mengenaskan dari pada kecelakaan lalu lintas biasanya. Tubuh ibu Freen sebagai perisainya, ibunya melindunginya. Darah dari kepala ibunya bercucuran tak henti, membasahi seluruh wajah Freen saat itu juga.

Freen tidak bisa berteriak, dia bahkan hampir tak bernapas, ibunya mendekapnya sangat erat. Freen melihat mobil di depannya, seseorang tertatih keluar dari mobil itu. Semula orang itu mendekati mobil yang dia tabrak, namun saat menyadari bahwa pengemudi tewas di tempat, lelaki itu tampaknya sangat ketakutan. Freen melihat wajah sang pengemudi. Freen mengingat semua ekspresi takut itu, walaupun darah menghujani wajahnya. Dia sungguh mengingatnya.

Lalu saat dia melihat ayahnya, dia terdiam, matanya tak sanggup untuk menyaksikan itu, tapi apa daya, semua yang dia lihat sudah tersimpan dalam benaknya. Freen sungguh tak bisa melupakan apa yang sudah dia saksikan. Wajah ayahnya tak bisa dikenali lagi, semua sepihan kaca itu sungguh merusak wajah ayah yang dia cintai, tangan ayahnya masih memegang kendali mobil dengan erat.

Hari ulang tahun ayahnya adalah hari kematian ayahnya. Hari bahagia makan di restauran mewah, ternyata sebagai momen terakhir bersama orang tuanya.

Freen melihat mobil mereka benar-benar hancur, dan saat itu Freen hampir tak bisa merasakan kakinya. Dan dengan semua itu, Freen memeluk ibunya yang sudah tak bernapas itu dengan erat, dia bahkan tak sanggup menangis, Freen merasa sangat takut. Dia sungguh takut ditinggalkan. Dia tak ingin ditinggalkan. Freen berharap, dia tak bangun lagi, dia ingin mengikuti kedua orang tuanya.

Namun, ternyata dia terbangun di rumah sakit, dengan balutan perban di kaki kanannya dan beberapa luka di wajahnya karena pecahan kaca mobil itu. Freen patah tulang. Dia harus dirawat cukup lama di rumah sakit. Neneknya datang menemuinya, dia adalah wali satu-satunya Freen.

Hampir cukup lama penyembuhan itu dilalui. Freen akhirnya bisa berjalan dengan menggunakan alat bantu, saat dia menuju lorong rumah sakit, dia menemukan banyak sekali tumpukan koran di sisi tempat menunggu. Freen mencari tanggal kecelakaan itu, dia ingin tau apakah berita itu masuk koran.

Dan benar, berita itu sempat heboh saat esoknya, Freen melihat bahwa tersangka sudah masuk penjara karena mengendarai mobil saat mabuk dan menewaskan dua orang penumpang di dalamnya. Freen memejamkan matanya, memori itu kembali lagi. Tapi masih bisa dia tahan, walaupun keringatnya sudah bercucuran.

Jisoo menemaninya selama itu, dia khawatir dengan kesehatan Freen. Lalu dengan memelas Freen meminta pada neneknya, untuk bertemu dengan tersangka, tidak tau mengapa, dia ingin memarahi tersangka itu karena telah menewaskan kedua orang tuanya. Semula, neneknya tidak memperbolehkannya. Dua kali juga begitu, sampai berulang kali. Freen akhirnya mengancam neneknya, jika saja dia tidak diperbolehkan untuk menemui tersangka itu, dia akan kabur dan meninggalkan nenek, dan membiarkan dirinya mati kelaparan di jalan.

Nenekpun akhirnya memperbolehkan, dia akan menemani Freen ke penjara.

Namun, saat Freen masuk ke dalam mobil itu, dia tiba-tiba mengingat darah yang membasahinya, ibunya, dan wajah ayahnya, dia melihat semua darah terciprat di dashboard mobil, di tempat duduk, dan juga betapa hancurnya mobil itu. Freen mengulang kembali semua itu dalam detik itu juga. Dia menutup telinganya, dia memejamkan matanya, dengan sekuat mungkin dia teriak ketakutan. Dia menunduk dan berteriak lagi, hingga akhirnya Freen pingsan karena tak sanggup lagi mengulang memori itu.

DOT OF LIFE - FREENBECKYWhere stories live. Discover now