Chapter 10.1

3.3K 403 20
                                    

........

Becca tidak menemui Freen seharian.

Becca tidak membuka pintu itu sampai sore, Freen bahkan membunyikan bel itu berulang kali, malahan tiap sejam sekali. Becca sengaja melakukan itu, dia sungguh merasa kesal saat dirinya di dorong masuk ke apartemennya sendiri pagi tadi. Becca benar-benar marah.

Namun Becca sebenarnya dari tadi sedang memegang ponsel di tangannya, dia berharap Freen menghubunginya dan minta maaf. Tapi, tidak ada sama sekali.

Rasa marah itu akhirnya redam sendiri, sekarang dia menunggu bel lainnya, dia akan membuka pintu itu. Tapi, setelah beberapa saat, beberapa jam telah berlalu, Freen tidak membunyikan bel itu lagi. Freen berhenti melakukannya, atau mungkin dia sudah lelah.

Becca berdiri dari sofa itu, dia akhirnya berjalan ke arah pintu. Diam saja, hampir beberapa menit. Dia berpikir untuk pergi ke apartemen Freen, tapi dia tak tau harus berkata apa. Namun, akhirnya dirinya memberanikan diri untuk menuju tempat Freen.

Sekarang Becca sedang berdiri di depan apartemen Freen, diam lagi, belum membunyikan bel itu. Tidak tau mengapa, dia merasa sedikit gengsi untuk menemui Freen.

Saat dia berbalik, pintu itu terbuka. Freen pun cepat-cepat berkata, "Becky!" Suara itu amat senang saat melihat keberadaan Becca di depan pintunya. Freen tersenyum dan hatinya juga lega saat itu juga, dia pikir Becca akan marah padanya dalam waktu yang lama.

Mendengar suara Freen, Becca mendadak ingin pergi. Namun, Freen menggapai tangan Becca dengan cepat, dia juga berkata, "Jangan marah lagi, masuk dulu." Freen menarik tangan itu, Becca akhirnya mengikuti Freen.

Freen belum melepaskan tangan itu, Becca yang sebenarnya tak pernah memegang tangan Freen tiba-tiba merasa sangat senang? Dia juga berharap Freen tak melepaskan tangannya. Freen bahkan membawa Becca ke kasurnya, dia sedang merapikan pakaian yang dia berantakan pagi tadi, sedikit lagi selesai.

"Aku sedang beres-beres, duduk sini dulu." Freen melepaskan tangan Becca, dia menyambung pekerjaannya.

"Tentang pagi tadi-" Becca ingin bertanya, tapi tampaknya Freen memotong perkataannya dan mengerti apa yang ditanyakan oleh Becca.

"Maafkan aku, aku menghilangkan baju Jackson." Freen tertawa kecil sekarang, dia menyusun baju-baju itu dengan rapi. "Dan, aku tak punya alasan lain selain mengatakan bahwa aku memberikan baju itu padamu, baju itu belum juga ketemu sampai sekarang."

Becca yang mendengarnya merasa aneh, dia bertanya, "Kamu pakai baju Jackson?"

Freen pun menjawab sambil menggantung baju yang telah di hunger, "Mm. Aku gunakan untuk kencan buta beberapa hari yang lalu." Bahkan Freen tidak menjaga perkataannya.

Becca terdiam, dia sedikit kesal dengan jawaban Freen. Lalu dia bertanya lagi, "Kencan buta?" Sekarang Becca merasa penasaran.

Freen tertawa sekarang, dia pun menjawab, "Nenek memaksaku melakukannya."  Selesai, Freen sudah menyusun semua baju-baju itu. Dia berjalan mendekati Becca, dan duduk sampingnya. Freen tersenyum dan menyentuh pipi Becca dengan ujung jari telunjuknya, lalu berkata, "Kamu sungguh mengabaikanku seharian, huh?" Raut muka Freen menekuk, dia sungguh berpikir Becca tak ingin menemuinya lagi.

Becca juga ikut cemberut, dia berkata, "Salah sendiri, mengapa mendorongku." Becca masih ingat kejadian itu, rasa kesal pun kembali lagi.

Freen masih menatapnya, tanpa merespon perkataan Becca. Dia tak kuasa melihat wajah Becca sekarang, rasanya ingin dia simpan dalam kantong.  Manis sekali.

Becca berkata lagi, "Kamu bahkan tidak menghubungiku." Diam lagi. Cemberut lagi.

Freen perlahan tersenyum dengan kata-kata Becca, "Kamu menunggu panggilanku?" Hati Freen sungguh riang mendengarnya.

DOT OF LIFE - FREENBECKYWhere stories live. Discover now