Chapter 12

3.1K 378 14
                                    

......

"Ibu Jisoo mengunjungi nenek tadi, dia bertanya tentangmu." Nyonya Kim. Freen mengabaikan perkataan neneknya, dia tak ingin tau apapun tentang beliau, bagi Freen dia tidak punya ikatan apapun lagi dengan psikolog itu.

Freen sekarang sedang menyuapi neneknya, dia yang menginginkan itu, sedangkan nyonya Yoonha tak ingin disuapi oleh cucunya, dia merasa sudah sangat tua diperlakukan seperti itu, namun apa boleh buat Freen keras kepala.

Freen masih diam saja, dia tidak ingin pembicaraan itu diisi oleh sesuatu yang berkaitan dengan dirinya, sebab neneknya tak tau apa yang terjadi selama ini.

Saat dia memulai awal konsultasi itu, Freen mengingatkan nyonya Kim untuk merahasiakan semua yang terjadi padanya. Jika nyonya Kim menjelaskan satu hal kecil saja, maka Freen bisa menuntut sebagai pasien, dan pekerjaan nyonya Kim pasti akan terancam. Namun kali ini, dia merasa sedikit kesal, mengapa Jisoo dan Rose bisa mengetahui semuanya, dia tak pernah berbagi cerita pada mereka berdua. Semua ini pasti karena ibu Jisoo yang memberitahu, tidak mungkin orang lain.

Freen merasa semua orang ingin mencampuri kehidupannya. Bagi Freen dia bisa menangani semua itu sendiri, semua yang terjadi pada dirinya sudah menjadi bagian hidupnya.

"Dia juga memberimu nomor ponsel." Nenek mengambil kartu nama di bawah bantalnya, lalu berkata, "Katanya jangan hubungi nomor kantor, hubungi nomor yang ditulis ini." Freen tetap mengambilnya, dia tidak ingin neneknya merasa ada yang ganjal jika Freen menolak kartu nama itu. Freen mengangguk saja, tak ada senyuman di bibirnya sekarang. Hanya ada tatapan tidak suka dan semacamnya.

Suapan terakhir, nenek melahapnya. Freen membereskan piring dan memberi nenek minum. Setelah itu dia permisi untuk keluar. Freen hanya ingin menghirup udara segar.

Freen duduk di luar, di depan ruangan. Dia tak pergi terlalu jauh. Di sana dia sedikit melamun, dan melihat kertas berisi nomor ponsel itu. Freen sebenarnya ingin membiarkannya saja, namun dia merasa terganggu dengan apa yang dikatakan Jisoo. Jika Rose saja tau, apalagi nenek? Dia takut nenek mengetahui kondisinya kali ini.

Freen akhirnya masuk ke dalam lagi dan meminjam ponsel Kirk, lalu dia keluar lagi. Freen menekan nomor ponsel itu tanpa melihat lagi kertasnya, dia sudah mengingat angka-angka itu.

"Hallo nyonya Kim, saya Freen." Kata Freen dengan sopan, tapi ada suara yang sedikit tajam saat dia menyebut namanya.

Tampaknya ibu Jisoo tidak mengharapkan panggilan itu dalam waktu cepat, dia sedikit terkejut, beliau pun berkata, "Sudah lama tidak berjumpa Freen, apa kabarmu?" Basa-basi singkat. Freen tidak memerlukannya.

"Saya ingin bertanya, anda ada waktu?" Freen ingin bertatap muka langsung, dia tak ingin berbicara lewat panggilan ini. Freen bahkan khawatir jika panggilan di ponsel Kirk di sadap oleh neneknya, baginya itu sangat mungkin. Neneknya bisa mengendalikan semua bawahannya.

Sedikit menjeda, Nyonya kim akhirnya menjawab, "Kapan ingin bertemu, Freen?"

Secepatnya Freen menjawab, "Sekarang."











__________________





waktu berlalu satu hari satu malam

Freen akhirnya pulang dari rumah sakit, neneknya juga akan pulang pagi besok. Freen sungguh merasa lelah, dia hampir tak punya tenaga. Menjaga neneknya dan sekaligus khawatir dengan kesehatan neneknya sungguh menguras energi yang dia miliki.

Freen masuk ke dalam apartemennya, dia bahkan sempat mandi malam. Freen tak suka dengan aroma tubuhnya yang dia pikir bau seperti pasien rumah sakit. Kali ini Freen sedikit mengambil waktu yang lama untuk berendam di bathtub, dia ingin merasa segar kembali.

DOT OF LIFE - FREENBECKYWhere stories live. Discover now