Chapter 15

3.3K 368 24
                                    

From : Jisoo

Freen, kita harus bicara.

To : Jisoo

Tidak sekarang.


........





"Ehm, mau sarapan apa?"

"Apa saja."

"Baiklah."

Suasana benar-benar canggung karena ulah mereka sendiri, padahal sebelumnya mereka masih tetap saling berpelukan saat tidur. Tapi saat pagi, Freen dan Becca seperti tak ada bahan pembicaraan, bahu-bahu mereka juga tampak tegang, kaku.

Freen memesan makanan, dia tidak punya bahan apapun untuk dimasak. Freen hanya mengkoleksi makanan ringan, cokelat dan beberapa biskuit kecil. Jadi untuk sarapan kali ini, mau tidak mau dari jajanan luar. Tapi, sebenarnya mereka sudah terbiasa dengan tanpa masak.

Freen masih berdiri kaku, dia tidak duduk di samping Becca di sofa. Pesan Jisoo sebelumnya membuatnya sedikit kesal, Freen tak mau bertemu dengan psikolog, itu saja. Dia bahkan berbisik saat melihat pesan itu, biarkan aku sendiri, sebab dari perkataan Jisoo harus bicara, Freen sudah menduga satu hal itu, dia ingin mengungkit cerita lama. Padahal bagi Freen, dia sudah baik-baik saja selama ini.

Becca tiba-tiba berkata, "Tentang semalam." Suara Becca agak bergetar, irama jantung mengacaukan nada suaranya, Becca sangat gugup untuk memulai pembicaraan ini. Tapi dia sungguh ingin mengatakan apa yang dia rasa.

Sedangkan Freen yang mendengar kata semalam itu langsung membayangkan ciuman tersebut, jantungnya dibawa naik turun oleh perkataan tersebut. Dia takut Becca berkata sesuatu yang tidak dia inginkan. Freen sebenarnya tidak punya niat untuk membicarakan hal itu, untuk sekarang dia hanya ingin menikmati ingatan itu tanpa kata-kata yang tak diharapkan lainnya. 

Tapi Freen menunggu Becca untuk menyambung ucapannya. Freen tetap berdiri di tempatnya, di dekat dapur. 

Becca mempersiapkan perkataannya, dia memilih kata tanya seperti mengapa kamu menciumku? atau apakah kamu menyukai ciuman itu? dan apakah ini artinya kita pacaran? Becca sungguh tak tau dari mana perasaan ini datang, dia tiba-tiba ingin mengatakan semuanya. Memang sebelumnya dia berkata bahwa dia belum siap, tapi baginya jika ini tentang Freen dia akan beri kesempatan itu. Lalu dengan gugup Becca berkata, "Aku..." Terhenti lagi, banyak sekali halangan dia untuk mengatakan itu semua, dia sungguh takut jika Freen hanya ingin menciumnya, tidak lebih.

Saat mendengar nada yang sama seperti dia dengar saat sesi pertanyaan di toko itu, Freen tiba-tiba merasa harus menghentikan Becca, dia berkata, "Jangan katakan apapun." Suaranya sedikit datar dan tidak ramah, Freen takut ditolak, dia tidak ingin mendengarkan jawaban seperti kemarin. Namun, Freen tetap mengatakan rasa khawatirnya itu, dia berkata lagi dengan nada agak kesal, "Jika ini tentang aku belum siap, atau apa yang aku lakukan itu membuatmu merasa tertekan, jangan katakan apapun." Freen masih ingin menyambung perkataannya, dia berkata lagi, "Biarkan aku menyukaimu saja, walaupun kamu tidak mempunyai rasa itu." Lagi, dia berkata lagi, "Dan jangan membuatku risau dengan penolakanmu, Becky." Freen sungguh mengatakan apa yang dia rasa, semuanya.

Becca yang mendengar semua ungkapan itu, terdiam dan merasa sangat senang. Dia ingin mengatakan aku juga suka kamu, tapi rasa gugup itu sungguh menyelimuti Becca, dia tidak pernah menduga perasaan ini kembali lagi padanya setelah peristiwa yang dia alami. Namun, dia tidak ingin Freen salah paham pada dirinya, dia ingin Freen tau dia juga menyukainya. Ketika Becca ingin mengatakan semua itu, dia terhenti karena bel berbunyi. Becca pikir itu adalah makanan yang di pesan oleh Freen, dia akhirnya menunda semua jawaban itu. Kelak, dia akan katakan semuanya. Memikirkan ini, bibirnya sedikit tersenyum.

DOT OF LIFE - FREENBECKYWhere stories live. Discover now