Chapter 23

3K 353 15
                                    

Tiga bulan kemudian

Hôtel De Coeur, Paris, Perancis

Dedaunan yang menguning, layu, lalu terjatuh. Berpisah dari pohon yang telah dia singgahi cukup lama, dari musim semi hingga musim gugur. Awan lembab juga mengitari menara tertinggi di kota romantis ini, belum ada kehangatan yang menemani, kabut kali ini memang hadir untuk memanjakan mata yang terlelap.

Tidak ada janji, tidak ada pertemuan, dia tidak menunggu siapapun. Dia hanya menetap di kota romantis, padahal tak memiliki cinta yang dia harapkan. Suasana kota yang begitu indah, kadang dia sia-siakan untuk merebahkan tubuhnya di atas kasur empuk di hotel mahal itu. Hunian yang dia tempati tepat di jantung kota Paris. Menara Eiffel selalu memperhatikan hidupnya yang tak lagi ceria, dia selalu ingin tidur, dan tidur. 

Selimut putih menutupi tubuh dan kepalanya dan hanya terlihat mata dan hidung saja, rasa hangat yang diberikan selimut itu sungguh membuatnya nyaman. Freen tidak beranjak dari kota Paris selama ini, dunianya seakan terpaut dengan kota indah tersebut. Tapi yang dia lakukan beberapa bulan belakangan hanyalah membaca novel romansa dengan akhir cerita bahagia tepat di teras hotel, Freen tidak menikmati suasana sekitar, Eiffel sesekali mempertanyakan dirinya, Freen tidak begitu tertarik untuk menatap menara itu.

Tak ada alasan yang berarti, Freen tak mencari cara untuk mengejar kisah cintanya. Dia tau betapa berat Becca menjalani hari tanpa melihat, betapa sedih hati yang ditinggalkan, betapa malu kisah itu diulang kembali. Freen tak berani meminta kesempatan, dia hanya pergi tanpa menjelaskan. Juga, memaksakan keinginannya artinya menyakiti hati neneknya. Freen tak bisa memilih selain pergi dari semua itu, dia menjadi dirinya yang dulu: Tidak mengenal cinta, sendiri, tapi sekarang rasa rindu itu tak pernah pudar. 

Alisnya mengernyit, Freen merasakan seseorang menarik selimutnya dan tertawa kecil. Jackson, lelaki ini selalu menemaninya ke mana pun dia pergi. Termasuk tinggal di kota Paris dalam tiga bulan ini. Freen membuka sedikit matanya, dia melihat Jackson sedang mengambil fotonya, Freen pun berkata, "Mengapa kamu selalu menganggu pagiku?" Freen ingin tidur sampai siang. 

Jackson tertawa, dia pun menyimpan ponsel itu lagi, dan berkata, "Freen, kamu tampak seperti orang putus cinta." Lelaki ini selalu menyindirnya seperti itu, Freen merasa kesal dengan perkataan Jackson. Namun, saat diingat lagi, dia meninggalkan Becca tanpa mengucapkan kata putus. Freen tak pernah mengatakannya, tapi Freen tau dirinya pasti akan dibenci oleh Becca karena pergi tak berkabar seperti ini. 

Freen menarik selimutnya lagi, dia berkata, "Kamu membelinya?" Freen meminta Jackson membeli buku lagi, dia tak pernah habis-habisnya membaca novel romantis itu. 

Jackson menghela napas, "Itu, aku letak di sana." Jackson menunjuk lemari kecil, dia meletakkan di atasnya, "Kamu berpikir itu akan berhasil?" Freen mengatakan bahwa dia ingin menyerap energi positif dari buku-buku itu, Jackson bahkan tak mengerti perkataan Freen.

Freen tertawa kecil, dia melihat Jackson dengan tatapan sombong, "Kamu lihat saja nanti." Freen tidak tau dari mana pemikirannya datang, dia pikir dengan membaca novel dengan akhir bahagia, dia bisa seperti itu juga. Freen tertawa lagi, raut muka Jackson sungguh tidak enak dipandang, "Aku hanya bercanda, buku itu hanya untuk mengisi hari, Jackson." Freen perlahan duduk dan turun dari kasur, dia melihat buku-buku yang Jackson beli. "Happy ending, kan?" 

Jackson mengangguk pelan, dia berkata, "Kata penjualnya, iya. Aku tak tau." Lalu Jackson membuka pintu hotel itu, menara Eiffel menyapa mereka, Jackson berkata lagi, "Freen kamu harus olahraga, makan yang teratur dan jangan sakit." Kata Jackson.

Freen tertawa sambil melihat isi buku itu, dia berkata, "Baiklah." Sebenarnya banyak sekali perkataan Jackson yang perhatian selama ini, seperti Freen, jangan tidur saja. Lalu, Freen, aku selalu melakukan yang terbaik  atau Freen, semua akan indah pada waktunya, tenang saja.  Jackson selalu mengatakan kata-kata yang berbeda saat pagi hari, seperti sekarang, membuka pintu melihat Eiffel dengan suara datar itu. Bahkan Jackson pernah mengatakan hal yang tidak masuk akal, dia ingin eskrim di pagi hari yang dingin itu. Freen sudah terbiasa dengan keanehan Jackson, dia tidak mempertanyakan apapun. Baginya, Jackson ingin menghibur hari-harinya, temannya mengetahui semuanya. 

DOT OF LIFE - FREENBECKYWhere stories live. Discover now