Chapter 9

3.1K 414 30
                                    

Bel berbunyi, tandanya Freen datang.

Freen selalu datang ke apartemen Becca setiap malam. Banyak saja alasan Freen untuk mengunjungi Becca. Wanita jenius ini memiliki seribu cara untuk dekat dengan Becca, selain lampu mati dan mengisi baterai ponsel, Freen juga pernah membawa sikat gigi dan meminta pasta gigi di sana, dia bahkan menyikat giginya di tempat Becca, setelah selesai dia duduk di sofa itu untuk berbincang-bincang dengan wanita yang dia sukai itu.

Malam lain, Freen membawa dua baju agar Becca pilih untuk dirinya gunakan besok. Padahal Becca tak bisa melihat, Freen berkata gunakan firasatmu. Saat Becca memilih satu di antaranya, besoknya Freen menggunakan baju yang tidak dipilih Becca. Malam itu Freen berhasil mengetahui bahwa Becca berasal dari Bangkok dan baru saja tamat kuliah satu tahun yang lalu. 

Malam selanjutnya, Freen membawa sample masakan, hanya satu sendok. Dia meminta Becca untuk mencicipi masakan tersebut, dan meminta saran Becca apakah makanan itu sempurna atau tidak. Becca berkata bahwa makanan itu mirip dengan yang pernah dia beli, saat itu juga Freen sedikit terdiam, karena memang Freen membelinya, dia tidak memasaknya. Malam itu, Freen berhasil mengetahui makanan favorit Becca, dia menyukai makanan yang manis dan semua jenis keju. 

Lagi, Freen melancarkan aksinya. Dia membawa ponselnya dan meminta Becca untuk memilih foto mana yang bagus dijadikan foto profil Line nya, Becca sekali lagi berkata, "Freen aku tak tau, aku bahkan tak bisa melihatnya." Dengan suara tak terpengaruh, Freen berkata lagi, "Pilih saja sesuai firasatmu." Becca sedikit kesal dengan kata firasat itu Saat dia memilih foto Freen di pantai, akhirnya Freen memasang fotonya saat berada di pergunungan Alpen, Swiss. Saat itu, Freen tau Becca suka sekali jalan-jalan di sekitar Bangkok, dia suka pergi ke pantai dan menikmati angin laut. 

Dan masih banyak lagi, sudah hampir satu minggu ini Freen selalu berkunjung ke apartemen Becca. Dia selalu ingin di dekat Becca, dia harap Becca juga merasa seperti itu. Namun, tampaknya dia masih perlu berjuang untuk mendapatkan hati Becca. Satu hal yang pasti, Freen tidak memiliki kata menyerah dalam kamusnya. 









Bel pun berbunyi.

Tandanya? Freen datang.









Becca membuka pintu itu, dia bahkan ingat, Freen akan datang sekitar jam delapan malam. Selama ini tidak pernah absen, Freen selalu datang dengan bermacam alasan. Becca mengingat satu hal yang sungguh membuatnya geram, Freen datang untuk memintanya memilih lipstik yang cocok untuk dirinya, dan meminta Becca mengukir alisnya. Becca kadang berpikir, siapa yang sebenarnya buta sekarang? Freen atau aku? Mengapa dia selalu meminta orang buta sepertiku untuk melakukan hal-hal di luar dugaan? 

Dengan senyuman yang lebar itu, kali ini Freen membawa ipad. Dia bahkan masuk tanpa berkata lebih dahulu pada Becca, selama ini dia selalu sopan selamat malam Becky, aku perlu bantuan. Sekarang dia hanya melewati Becca tanpa kata-kata itu, Freen sudah merasa nyaman di apartemen Becca, dia merasa tak perlu sungkan, anggap saja rumah sendiri.

"Sekarang apa lagi?" Becca sebenarnya ingin mengatakan itu dalam pikirannya saja, namun dia tak kuasa ingin bertanya pada Freen, apa lagi yang harus dia lakukan sekarang. Dia berjalan menuju sofa, Freen sudah duduk nyaman di sana. 

"Becky, itu terdengar kasar." Freen tidak merasa terganggu dengan perkataan Becca, mungkin sebaliknya, Becca merasa terganggu dengan kehadiran Freen. 

Becca duduk di samping Freen, sekarang dia duduk menghadap Freen. Tangan kanannya menopang kepala, dia seakan melihat Freen dengan bosan. Becca sudah merasa kesal belakangan ini dengan ulah Freen, tapi di sisi lain Freen membuat dirinya lupa tentang banyak hal. 

DOT OF LIFE - FREENBECKYWhere stories live. Discover now