Chapter 6

3.3K 417 24
                                    

Suasana malam dengan lampu terang benderang mengisi ruangan apartemen wanita bule ini. Dia masih membuka jendela, atau mungkin lupa untuk menutupnya. Tapi, tampaknya angin yang menyegarkan itu sangat diminati olehnya. Dia belum menghidupkan ac ruangan, sekarang dia duduk di atas kursi bersandar empuk itu. Apa yang dia lakukan? Dia menjalin benang-benang merah, penuh kesabaran dan ketelitian, meskipun kekurangannya adalah halangan terbesar di sini. Mata itu tak bisa membantu Becca merajut syal, dia bergantung pada tangannya selama ini, meraba dan mengukur jarak. 

Dia menikmati hari dan menghabiskan waktu untuk menyelesaikan syal yang cukup panjang, baginya ini menyenangkan. Biasanya di saat malam ini, sebelum buta, dia akan membaca banyak cerita romantis yang berakhir tragis. Namun, tak menyangka kisah cinta itu dia rasakan dalam kehidupannya. Kadang kala, di saat sendiri seperti malam ini, dia berpikir apakah aku akan merasakan cinta yang sama lagi suatu hari nanti? Mungkin, itu bukan buah pikiran, tapi itu kata-kata tulus dari hati yang pernah meratap.

Becca mengingat kata wanita yang bernama Freen sore tadi,'jika digunakan oleh wanita sepertimu, pasti sangat cantik'. Becca tersenyum sedih, dia ingin mengatakan pada Freen bahwa aku pernah memakai gaun cantik itu, aku pernah cantik saat memakai gaun itu. Becca ingin memamerkan semua itu pada Freen, tapi tidak bisa. Dia bahkan tak ingin mengakui bahwa dia pernah mengalami gagal nikah, itu cerita yang cukup menyedihkan untuk dirinya, namun bagi keluarganya, itu cerita yang sangat memalukan. Tapi itu semua, cerita lama. Tak perlu diungkit lagi, apalagi diceritakan pada tetangga baru. 

Becca meletakkan rajutan itu di sofa, dia ingin mengambil ponsel. Dia meletakkan ponsel itu di sudut sofa, Becca pun menghubungi ibunya di Bangkok. Namun tak diangkat, Becca merasa khawatir sekarang. Becca masih memegang ponsel itu dengan kedua tangannya, dia mencoba menghubungi lagi orang tuanya, tapi masih tak diangkat. Dia menarik napas dalam-dalam, perasaan itu tiba-tiba muncul, dia khawatir dengan kesehatan ayahnya. 

Tiba-tiba suara bel berbunyi, Becca tidak pernah mengharapkan tamu. Dan juga, dia tidak memiliki teman di Korea, jadi dia tidak tau siapa yang menghidupkan bel itu. 

Berbunyi berkali-kali, tampaknya orang yang menekan bel tidak menjeda, seakan tidak sabaran untuk menemui pemilik apartemen. 

Becca menghela napas sebentar, dia meletakkan ponsel itu di tempat semula. Setelah itu, dia berjalan dengan lancar, sebenarnya dia sudah hapal dengan ruangannya. Barang-barang juga tidak diletak sembarangan, jadi tak perlu takut menabrak sesuatu dan pecah, Becca sudah memikirkan semuanya. 

Becca membuka pintunya, dan wangi khas itu menyambutnya pertama kali. Becca langsung tau siapa yang bertamu malam-malam begini. Dia tidak membuka pintu lebar-lebar, hanya sedikit saja. Lalu Becca berkata, "Ada apa?" Dia tidak bertanya kamu siapa? Mendengar ini, Freen tersenyum, karena kehadirannya bisa diketahui Becca.

"Aku ada perlu." Freen menjawab singkat, dia menahan jawaban seperti aku ingin main, atau aku mau berkenalan denganmu. Jika dia menjawab semua itu, pintu itu akan tertutup lagi dengan keras. 

Becca sedikit bingung, lalu dia bertanya lagi, "Perlu apa?" 

"Lampu apartemenku mati, aku mau numpang ngecharge." Freen menunjukkan ponselnya pada Becca, padahal baterainya penuh, sembilan puluh tujuh persen. Dia baru saja melepaskan kabel charger itu.  Dan masalah lampu? Freen memang mematikan lampu saat keluar dari apartemen itu. Jadi, baginya, dia hanya berdosa setengah.

Becca terlihat ragu, tapi dia mempersilahkan Freen masuk ke ruangannya. Antara percaya atau tidak, dia tidak bisa mengusir tetangganya sendiri, itu agak kasar. 

Freen masuk apartemen itu dengan senyuman kemenangan, dia berhasil satu kali lebih dekat dengan wanita yang dia inginkan. Tujuannya sekarang adalah membuat Becca berteman dengannya, walaupun sebenarnya jika Tuhan mengabulkan permintaannya sekarang juga, dia ingin Becca menjadi pacarnya. Itu mau Freen. 

DOT OF LIFE - FREENBECKYWhere stories live. Discover now