#2

92 17 5
                                    

Tzuyu masih menggerutu sembari mencari boneka sapi yang dimaksud Hyunjoo. Ia kesal karena mendadak menjadi pesuruh hanya gara-gara Jaewoo bekerja di negeri Gu. Hidup nyamannya benar-benar terenggut sekarang.

Tzuyu segera membawa boneka sapi dengan berbagai ukuran karena tak tahu Hyunjoo ingin yang mana. Ia tak mau jika harus balik lagi hanya gara-gara boneka sapi. Tidak lucu 'kan? Apalagi saat ini golongan putih mencoba menangkapnya.

Tzuyu memberikan kartu hitamnya kemudian menunggu barang yang ia beli untuk dihitung. Selanjutnya, ia buru-buru untuk kembali ke rumah. Bahkan ia merasa merinding membayangkan apa yang akan terjadi jika dirinya tertangkap.

Sesuatu mengalihkan perhatiannya. Gadis dengan rambut yang dibiarkan tergerai itu, menurunkan sedikit kacamata hitamnya saat menangkap keberadaan sebuah cahaya. Ia juga mendongak dan kagum dengan cahaya yang baru ia lihat, menembus atas mall.

"Bintang biduk?" Tzuyu mengenakan kembali kacamatanya. Ia mencoba mencari keberadaan orang yang memancarkan cahaya biduk itu. Ini sangat langka. Terutama bagi Tzuyu. Mungkin hanya setiap 1000 tahun sekali cahaya itu akan muncul.

Dari yang Tzuyu tahu, pemilik cahaya biduk bisa memberikan energi yang sebanding dengan menyantap energi manusia. Meski hanya bersentuhan, itu bisa mengobati rasa lapar para gumiho setidaknya sampai bulan purnama selanjutnya.

"Aish. Wae?!" Tzuyu meluapkan rasa kesalnya saat seseorang malah tiba-tiba muncul di hadapannya. Seorang wanita dengan pakaian mencolok yang langsung membuat Tzuyu merotasi matanya malas. Bahkan, ia sampai menghela napas karena kehadiran wanita itu.

Tzuyu mencoba mencari cahaya itu. Namun, sayang sekali cahayanya mendadak hilang, membuat Tzuyu hampir memukul wanita itu karena kesal.

"Apa lagi?" Tzuyu terdengar frustrasi. Nampaknya ini bukan kali pertamanya bertemu dengan wanita itu. "Aku masih punya waktu. Jangan menjemputku sekarang. Aku belum menemukan orang itu."

Wanita tua itu tersenyum kemudian memberikan sebuah bunga popi putih.

"Lagi lagi dan lagi? Astaga ... Mau sampai kapan kau memberikannya padaku? Percuma saja ini tidak memberikanku uang," ketus Tzuyu. Ia sungguh muak dengan bunga yang digunakan Mago untuk mengobati dendamnya. Lagipula itu sia-sia karena Tzuyu akan tetap memburu reinkarnasi dari pria yang telah membantai habis keluarganya. Ia bahkan sudah menyantap keturunan pria itu sampai detik ini.

"Aku sedikit menyesal menawarimu pilihan tersebut dulu. Kau tau? Dendam malah akan membuatmu berubah jadi golongan hitam."

Tzuyu memutar malas matanya. "Sejak kapan kau peduli padaku? Sudahlah, aku sedang tidak berselera bicara denganmu, tapi terima kasih untuk bunganya."

Tzuyu melangkah sembari menatap bunga itu dan menghela napas. Ia kemudian berdecak sebab muak dengan bunga yang diberikan Mago untuk menghiburnya. "Andai ini bisa kutukar dengan uang, mungkin aku sudah kaya."

Mago tersenyum saat Tzuyu melangkah pergi. "Kau mungkin akan segera bertemu dengannya, Tzuyu. Cha, gumiho mana lagi yang perlu kuawasi?"

***

"Jika kau meminta yang lain, akan kubakar semuanya." Tzuyu memberikan kantung-kantung belanja itu kemudian duduk di samping Hyunjoo. Ia masih memikirkan soal cahaya itu. Ia jadi penasaran siapa pemiliknya?

"Gomawo ...."

Tzuyu berdecih saat Hyunjoo malah menunjukkan aegyo padanya. "Aish, aku sangat merinding."

Hyunjoo segera memeluk boneka sapi yang dibelian Tzuyu untuknya. Ia kemudian menghela napas lega sembari mengusap perutnya. "Dia sangat senang sekarang."

Don't TouchWhere stories live. Discover now