#6

81 16 41
                                    

Tzuyu masih memikirkan soal reinkarnasi yang mungkin sudah tiba. Artinya, sebentar lagi ia akan bertemu dengan orang yang jadi alasannya ada di sana.

Ditemani beberapa kaleng bir serta kripik, Tzuyu duduk di balkon sembari menatap bulan yang terlihat bulat sempurna. Ia bahkan tak berselera hanya untuk berburu santapannya.

"Apa mereka bereinkarnasi bersama?" gumam Tzuyu kemudian meneguk bir itu. Satu hal yang ada di benaknya saat ini adalah apakah orang tuanya bereinkarnasi bersama? Fokus dengan balas dendam membuatnya lupa pada rasa rindu yang juga ia simpan untuk kedua orang tuanya.

"Aku lebih sedih jika mereka tidak bereinkarnasi bersama."

"Kau serius soal itu?"

Tzuyu berdecak. Padahal ia ingin menikmati waktunya sendiri dan memikirkan hal-hal yang mungkin akan terjadi beberapa minggu bahkan beberapa hari ke depan. "Eonni, aku ingin sendirian."

"Aku ingin sendirian."

"Aku sedang menunggu mangsa. Siapa tahu mereka lewat. Ah ... Aku sangat lapar." Hyunjoo menatap sekeliling. Namun, bibirnya lantas mencebik saat tak menemukan sasaran. Hingga matanya membulat dan menarik paksa Tzuyu saat mendapati golongan putih yang kebetulan lewat di depan rumah mereka. Untung saja rumah itu sudah ditaburi sesuatu oleh suaminya. Jadi, golongan putih tidak akan mudah mencium aroma tubuh Tzuyu.

"Tzuyu, kau baik-baik saja?"

Gadis itu menutup mata seolah sedang melihat sesuatu. Matanya juga langsung berubah saat terbuka. Ia kemudian menatap bulan yang bulat sempurna. "Eonni, aku harus pergi."

"Pergi? Ya! Kau bisa ter ...." Hyunjoo menghela napas kala Tzuyu mendadak melakukan teleportasi yang entah ke mana. "Tangkap. Astaga! Dia benar-benar bertindak semaunya."

Tzuyu tiba di sebuah rumah megah dengan cat yang didominasi abu-abu. Gadis dengan piyama gaun berwarna putih serta rambut bergelombang yang dihiasi kepang bando serta poni itu mengedarkan pandangan. Memang, keadaannya cukup gelap karena pemilik rumah sudah mematikan lampu. Namun, ia bisa merasakan dengan jelas seberapa banyak gumiho hitam yang ada di sana.

"Tunggu, sejak kapan aku berteleportasi karena hal tak berguna?" Tzuyu berniat untuk kembali. Namun, pria dengan piyama kotak-kotak yang tengah mengambil air minum itu menarik perhatiannya. "Ah ... Karena bintang biduk?"

Tzuyu tersenyum kemudian berteleportasi untuk menghampirinya. Namun, ia tetap bersembunyi di balik dinding agar tak ketahuan. Matanya berubah menjadi merah muda dan berbinar. Aura bintang biduk benar-benar kuat saat bulan purnama.

Tzuyu menggeleng saat otaknya membuat skenario untuk menerkam Jungkook. "Tidak, aku perlu menyantapnya saat ulang tahun agar rasanya lebih sempurna."

Tzuyu yang tadinya mengintip, segera bersembunyi kembali saat Jungkook akan kembali ke kamarnya. Ia juga berteleportasi saat Jungkook akan lewat. "Wah ... Auranya terlalu mengundang gumiho hitam. Apa aku harus melindungi mangsaku?"

Tzuyu terdiam sejenak kemudian tersenyum. "Tentu saja. Aku tidak mau berbagi dengan siapa pun."

Tzuyu berteleportasi ke kamar pria itu, membuat teriakan tak bisa lagi dielakkan. Apalagi, kamar itu gelap dan yang terlihat dari sedikitnya cahaya yang masuk ke sana hanya gaun tidur milik Tzuyu.

"Aw!" Tzuyu memegang dahinya saat terasa sesuatu yang kecil namun banyak menyentuh wajahnya.

"Apa tidak mempan?" gumam Jungkook sembari meraih benda lain yang bisa ia lempar. "Pergi kau!"

"Aish, dia berpikir aku hantu," gumam Tzuyu dalam hatinya dengan perasaan yang cukup kesal. Namun, rasa kesalnya hilang saat sesosok gumiho hitam mendekati Jungkook. Dengan cepat ia berteleportasi dan menutup mulut Jungkook agar tak membuat suara. Meskipun sebenarnya itu sia-sia karena gumiho tetap bisa melihat cahaya bintang biduk yang berasal dari Jungkook.

Lampu tiba-tiba menyala, membuat Tzuyu segera menyipitkan mata untuk menyeimbangkan cahaya yang baru diterima matanya.

"K-kau!"

"Surprise! Saengil ... Eo? Siapa itu?" tanya sang bibi yang kemudian membuat Jungkook memutar malas matanya.

"Aigo, calon menantu. Wah ... Selama ini kau menyembunyikannya?" sahut pamannya yang tentu membuat Jungkook hanya bisa menghela napas.

"Dia pencuri. Tiba-tiba saja ada di sini."

"Annyeong haseyo! Dia memang sedang marah padaku. Jadi seperti itu," ujar Tzuyu membungkukan tubuh sembari tersenyum ramah. Ia yakin bisa memanfaatkan situasi ini agar bisa dekat-dekat dengan bintang biduk.

"Mwo?! Aku tidak kenal denganmu."

"Jungkook memang punya tempramen yang buruk. Ayo, kita makan bersama," ujar salah satu bibi Jungkook yang kemudian merangkul Tzuyu. Tentu ini membuat Jungkook berdecih sebelum akhirnya mengekori mereka.

"Sejak kapan mereka merayakan ulang tahunku? Memang ... Memiliki banyak uang membuat orang lain mengaku-ngaku jadi orang terdekat."

***

"Sampai jumpa!" Tzuyu membungkukan tubuh kemudian berbalik untuk masuk kembali ke rumah Jungkook. Namun, pria itu mendorong dahi Tzuyu dengan telunjuknya.

"Ini rumahku. Mau apa kau di sini?" Jungkook melipat kedua tangannya, meminta Tzuyu pergi dengan menggunakan dagunya.

"Aku tidak peduli." Tzuyu menjulurkan lidahnya kemudian melangkah masuk. Tentu saja ini membuat Jungkook segera mengekorinya agar gadis tersebut pergi.

Tzuyu menyatukan kedua tangannya kemudian berpikir. "Lebih baik pernikahannya hari apa ya? Sabtu? Ah tidak, lebih baik minggu. Iya 'kan?"

"Aku tidak akan menikah dengan siapa pun. Keluarlah sebelum ...."

"Sirreo." Tzuyu dengan santai duduk di sofa. "Chagiya, wae geurae?"

"Aish." Jungkook memilih melangkah menuju kamarnya. Ia tak peduli apa yang akan dilakukan gadis itu. Namun, seketika ia menyadari sesuatu. Bagaimana jika Tzuyu merampok?

"Kau berubah pikiran?" tanya Tzuyu saat Jungkook menghampirinya. "Aku tahu, aku cukup cantik dan memikat. Baiklah, kita akan menikah kapan?"

"Pergilah sebelum aku menelepon polisi."

"Baiklah. Kita buat kesepakatan. Bagaimana?" Tzuyu beranjak dari sofa diiringi senyum. Ia kemudian mengulurkan tangan. "Aku akan pergi jika kau setuju kita menikah."

"Kau gila?"

"Baiklah, yang lebih sederhana saja. Berkencan. Aku bisa menjadi investor berlian juga untukmu. Kalau kau mau, aku juga bisa memberikan keuntungan yang kudapatkan sebesar 30%, bagaimana?"

Jungkook menghela napas kemudian mengibaskan tangannya. "Aku tidak mau."

"Ya sudah, aku akan tetap di sini. Apa ada kamar kosong?" tanya Tzuyu kemudian menutup mulutnya tak percaya. "Apa ... Kita akan tidur bersama?"

"Yak!"

"Kau semakin seksi saat sedang marah."

Jungkook memegang tengkuknya. Ia sungguh tak mengerti kenapa gadis itu terus mengejarnya? "Keluarlah. Aku sungguh akan menelpon polisi kali ini."

"Kau tidak mau menyetujui kesepakatannya. Pilihannya ada 2, menikah atau berkencan. Jadi, aku tidak akan pergi."

Jungkook mengusap kasar wajahnya. "Baiklah. Berkencan. Puas?"

"Gomawo!" Tzuyu melompat ke arah Jungkook kemudian memberikan kecupan di pipinya. "Sampai jumpa besok. Aku akan mengunjungimu."

Gadis itu berlari kemudian melambaikan tangan saat berada di ambang pintu.

"Oh astaga, dia membuatku pusing." Jungkook memegangi tengkuknya kemudian duduk di sofa. "Tunggu, aku berkencan? Dengannya?"

Don't TouchWhere stories live. Discover now