#19

53 12 37
                                    

Tzuyu masih terjebak di sana karena tak kunjung mendapatkan jalan keluar. Beberapa kali dia berusaha, dia tetap sulit terbangun. Ada semacam tabir yang tak bisa dia tembus. Area ingatan itu membuat Tzuyu tak bisa pergi ke tempat yang berada terlalu jauh dari dirinya. Ya! dia harus terus berada di sekitar dirinya yang ada dalam ingatan tersebut sementara mencari jalan keluar agar bisa pergi dari sana. Cukup sulit, bukan?

Berkali-kali Tzuyu mengumpat hingga menendang tabir yang kian menjauhkannya dari taman itu. Namun, berakhir menyakiti kakinya. Apa yang harus dia lakukan sekarang? Dia yakin portal yang akan membawanya kembali, ada di sekitar taman itu. Namun, dia tak mungkin mengubah alur ingatan yang jelas-jelas dia lupakan itu.

"Sekarang aku harus meminta tolong pada siapa?" gumamnya. Semua orang yang ada di ingatannya benar-benar berwajah datar. Dia sampai tak bisa membedakan antara satu dengan yang lain kecuali dari warna pakaian mereka yang beragam.

Jika sudah seperti ini, tak ada pilihan selain mengikuti ke mana dirinya pergi pada saat itu. Tertabrak dinding tabir malah membuat tubuhnya terasa makin sakit.

Rumah-rumah tradisional, pakaian-pakaian yang menunjukkan status sosial, juga pernak-pernik. Sebuah pemandangan yang ternyata membuat Tzuyu merasa benar-benar pulang. Dari jauh, dia tersenyum memerhatikan dirinya di masa lampau. Benar-benar bahagia dengan seseorang di sampingnya. Dari pakaiannya, Tzuyu yakin pria itu seorang prajurit kerajaan.

"Mungkin saat itu aku benar-benar jatuh cinta." Tzuyu masih mengekori dirinya sendiri. Wajah pria itu sungguh tak bisa dikenali. Namun, dia yakin itu kekasihnya dulu. Pantas saja sebanyak apa pun dirinya berkencan, dia tak pernah sekalipun jatuh cinta pada pria-pria yang pada akhirnya menjadi santapannya itu. Meski ingatannya terasa kabur, hatinya mungkin masih ingat soal pria yang membuatnya sangat bahagia dahulu.

Kali ini Tzuyu memerhatikan dirinya yang sesekali tertawa sembari mencicipi makanan ringan yang dijual di pasar. Namun, senyumnya pudar saat seseorang menggenggam tangannya. Dengan cepat dirinya berputar serta memukul punggung seseorang yang berani menyentuhnya. Namun, dahinya segera berkerut kala seorang pria berbalut sweater putih serta celana hitam itu mengaduh kesakitan.

"Kau?"

Jungkook menyentuh bahunya yang terasa sakit karena Tzuyu memutarnya. "Sakit." Pria itu mencebik, membuat Tzuyu menoleh kanan dan kiri dan bertanya-tanya mengapa Jungkook bisa sampai ada di sana. Dirinya saja terjebak di sana. Sekarang malah Jungkook yang ikut terjebak bersamanya.

"Kenapa kau malah ke sini? Aku saja terjebak di sini."

"Mana kutahu. Aku menjengukmu di rumah sakit lalu ...." Jungkook mengangguk paham kemudian menjetikkan jari. "Ini mimpi?"

Tzuyu menghela napas kemudian memukul pelan dahinya. Bagaimana dia harus menjelaskannya? Untuk otak Jungkook yang terkadang lebih lamban dari jaringan internet terendah itu, sepertinya butuh seminggu untuk menjelaskannya.

Gadis berbalut dress midi berwarna baby blue itu memilih untuk kembali memerhatikan dirinya yang kini sudah tak ada lagi di tempat tadi. Tentu saja dia segera mencari keberadaannya sebelum tanpa sadar, tabir itu menabraknya lagi.

"Dia memang sangat seenaknya. Tzuyu, tunggu aku!" Jungkook mencoba menyusul Tzuyu. Dia menembus padatnya orang-orang berbalut hanbok itu dengan mata yang tertuju pada Tzuyu. Mudah saja menemukannya. Sebab hanya Tzuyu yang bisa dia lihat dengan jelas wajahnya.

"Oh astaga!" Jungkook menahan napas kala beberapa orang dengan pedang di tangan mereka, menghalangi jalannya. Bagaimana dia bisa melawan saat dia tak punya senjata apa-apa? Namun, detik berikutnya, rasa takut itu seolah tak pernah ada dalam dirinya. Dia menganggap semua ini mimpi karena sebelumnya dia memang sedang tertidur.

"Kapan lagi aku bisa terlihat keren 'kan?" gumam Jungkook diakhiri seringaian. Dia menggenggam pedang itu, namun sialnya, rasa sakit itu terasa sangat nyata. Tak seperti mimpinya yang biasa.

"Aish, dia malah membuat masalah." Tzuyu memilih putar balik. Ada yang lebih gawat sekarang. Yap! Anggapan Jungkook soal semua ini. Pria itu menganggap semua ini mimpi. Padahal, mereka sedang berada di ingatan milik Tzuyu. Makanya, mereka harus sangat hati-hati karena alur ingatan Tzuyu bisa saja berubah jika mereka melakukan kesalahan.

"Tzuyu, d-darah." Jungkook menatap kedua tangannya yang kini benar-benar berdarah.

"Minggirlah. Aku yang akan menyelesaikannya." Tzuyu mulai berkelahi dengan prajurit yang nampaknya sedang melakukan patroli. Meski tak membawa senjata apa-apa, Tzuyu bisa dengan mudah menghindar bahkan membuat lawannya kehilangan senjata.

"Ayo." Tzuyu segera menarik tangan Jungkook untuk pergi dari sana saat para prajurit masih terbaring sembari memegangi perut mereka yang sakit akibat pukulan gadis itu.

Tata letak rumah-rumah yang terbuat dari kayu itu tentu memudahkan mereka untuk bersembunyi. Di gang-gang sempit itu, mereka duduk, berharap para prajurit itu tak bisa menemukan mereka.

"Coba lihat." Tzuyu meringis saat melihat darah itu sudah mewarnai seluruh telapak tangan Jungkook. "Bahkan orang bodoh saja tidak memegang mata pisaunya. Apa kau tidak waras dan memegang pedang itu?"

"Kupikir tidak akan sakit karena aku sedang bermimpi. Kau pakai mantra apa sih? Aku sampai bisa memimpikanmu seperti ini?" Jungkook terus menatap gadis yang kini terus meniupi lukanya. Sungguh, pengaruh mantra itu cukup menyebalkan. Bahkan dia sampai datang dan menunggu Tzuyu bangun. Padahal, seharusnya dia pergi ke Jeju untuk melihat Jihu syuting iklan produknya. Dia jadi mempercayakannya pada Taehyun hanya karena mendengar Tzuyu koma.

"Namanya pedang sudah pasti sakit." Tzuyu merogoh sakunya, melipat sapu tangannya kemudian menggunakannya untuk membalut luka pria itu. "Apa ...."

Kemarahan Tzuyu harus tertunda kala Jungkook tiba-tiba meletakkan telunjuk di bibirnya. Dia kemudian menarik tangan Tzuyu untuk pergi dari sana. Tzuyu sempat berontak sebab takut sentuhan itu malah akan membuat Jungkook pingsan. Namun, pria itu malah tetap baik-baik saja. Padahal, seharusnya Jungkook lebih cepat kehabisan energi karena masuk ke ingatan Tzuyu.

"Kenapa dia masih baik-baik saja?"

Sebuah toko kain menjadi tempat mereka bersembunyi kali ini. Berbeda dari toko baju di masa modern, di sana sama sekali tak ada pakaian yang bisa mereka gunakan untuk menyamar. Hingga Jungkook akhirnya menemukan sebuah hanbok yang terpajang di sana. Nampaknya baju itu baru selesai dijahit dan pemiliknya belum sempat mengambil ke sana.

"Kau gila?"

"Tidak ada pilihan lain." Mereka mulai mengenakan hanbok dengan warna merah muda serta hijau itu. Dari warnanya, bisa ditebak dengan mudah 2 hanbok itu pesanan dari keluarga bangsawan. Beruntung pemilik tokonya sedang keluar. Jadi, mereka bisa leluasa. Meski sebenarnya Tzuyu sedikit takut itu akan membuat ingatannya berantakan. Namun, saat ini prioritasnya adalah kembali dengan selamat bersama Jungkook.

Tzuyu tak kuasa menahan tawa kala berjalan bersama Jungkook keluar dari toko itu. Masalahnya, pria itu mengenakan hanbok untuk wanita. Mereka berdua bahkan menggunakan mantel khas di sana untuk menutupi wajah. "Kau cantik juga mengenakan itu."

"Nona, kita sedang diburu, apa masih sempat bercanda?" Pria itu tak sedetik pun melepas genggaman tangannya.

"Ah ya, kau sama sekali tak merasa pusing atau ingin pingsan?"

"Untuk apa?" tanya Jungkook sembari mengintip untuk memastikan para prajurit itu tak mengikuti mereka lagi. "Ah ... Apa karena belakangan aku sering pingsan? Lagipula, ini hanya mimpi. Bagaimana aku bisa pingsan di sini?"

"Sepertinya aku bisa keluar dari sini dengan bantuan Jungkook. Tapi ... Bagaimana caranya? Aku yakin dia sama sekali tak tahu. Oh astaga, apa Mago tidak bisa memberi pelatihan pada bintang biduk?" gumam Tzuyu dalam hatinya dengan kesal. Tidak lucu jika mereka berdua terjebak terus di sana 'kan?

*****

Malah kejebak barengan😭🤣

10 Sep 2023

Don't TouchWhere stories live. Discover now