#9

61 14 31
                                    

"Dia mulai lagi." Hyunjoo kembali menutup kamar Tzuyu setelah mendapati gadis itu tengah menonton drama sedih sembari menangis. "Jangan memaksakan diri. Kau bisa mati kalau gila harta."

"Diam kau, Eonni!"

Beginilah rutinitas Tzuyu sebagai gumiho cerdas. Dia akan menonton film atau drama sedih untuk memancing air matanya. Jadi, dia akan mendapatkan berlian agar bisa dijual. Melihat bagaimana penjualan berlian itu menukik tajam, Tzuyu yakin kualitasnya sedang buruk. Apa karena makanan yang dia konsumsi? Atau energi yang kurang? Tzuyu juga tidak tahu.

"Sepertinya ini sudah cukup banyak." Tzuyu meletakan berlian-berlian itu ke sebuah kotak yang dia lapisi dengan kain. Dia menjaganya dengan baik agar nilai jualnya tidak turun meski satu perak.

Tzuyu membuka kulkas, meraih minuman berenergi kemudian duduk di meja makan. Gadis dengan balutan hoodie hijau serta celana tidur itu menghela napas. "Eonni, kenapa rasanya sangat melelahkan ya?"

"Itu karena kau semakin tua. Tzuyu, lupakan saja soal dendam itu dan beristirahatlah."

"Sirreo." Tzuyu menegak kembali minuman berenergi itu kemudian meremas kalengnya. "Dia harus tetap dapat balasan atas apa yang dia lakukan padaku."

"Kau pernah diberi pilihan, kenapa malah memilih yang jelek?"

"Pilihanku tidak jelek." Gadis itu memilih anggur yang ada di keranjang. "Aku hanya tidak percaya pada Dewa. Mereka pasti tidak akan menghukum orang itu."

"Bukankah dengan reinkarnasi sebenarnya mereka dihukum? Mereka harus 2 kali menjalani hidup yang tentunya tidak mudah."

"Aku butuh udara segar. Aku akan mencari makanan enak hari ini. Apa aku harus membeli pakaian baru?" gumamnya yang sudah tentu membuat Hyunjoo memukul pelan dahinya. Dia sungguh tak mengerti mengapa Tzuyu benar-benar hedon? Memang, mereka bisa mendapatkan uang dengan mudah. Namun, melihat bagaimana menangis adalah hal yang melelahkan bagi Tzuyu sekarang, bukankah seharusnya gadis itu lebih berhemat?

"Kau tidak sedang mengumpatiku dalam hati 'kan?"

Hyunjoo terkekeh hambar. "Aku hanya menggerutu karena rajutannya berantakan."

"Aku akan beli baju yang terlihat sepedas jjampong. Aku akan makan jjampong hari ini." Tzuyu mengambil 3 buah anggur yang terlihat bagus kemudian berjalan menuju kamarnya. Dia butuh energi tambahan setelah menangis.

"Apa ... Aku ajak bintang biduk?" Tzuyu tersenyum saat memikirkannya. Namun, senyumnya segera pudar saat ingat kejadian kemarin kemudian menggeleng. "Lebih baik tidak atau makananku lagi yang jadi korbannya. Aku akan makan sendirian."








"Apa dia keberuntunganku?" gumam Jungkook diiringi senyum. Produk yang baru akan dirilis, sudah terjual meski baru masa pre-order. Setelah membaca horoskop, kecocokan, dan lainnya, bintang milik Tzuyu memang sempurna. Jadi, Jungkook memutuskan untuk tetap bersama gadis itu agar keberuntungannya terus mengalir.

Taehyun menatap aneh sang atasan. Tak biasanya Jungkook terlihat bahagia hingga menggoyang-goyangkan tubuhnya seperti saat ini. Bahkan, ini membuatnya ragu untuk meletakkan secangkir kopi yang diminta Jungkook.

"Ah ya, bisa carikan tempat makan yang bagus? Tunggu ...." Pria dengan jas berwarna abu-abu itu terdiam sejenak sembari memikirkan apa yang Tzuyu sukai? Dia benar-benar tak tahu karena mereka baru mengenal sebatas nama. "Apa kau menemukan makanan kesukaannya?"

Taehyun menggeleng kemudian meletakkan secangkir kopi itu. "Tidak."

"Bukankah aku memintamu mencari tahu segala hal tentangnya? Cari lagi."

Don't TouchNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ