#17

52 11 49
                                    

Gadis dengan rambut yang dibiarkan terurai dan agak dibuat gelombang itu duduk di ayunan. Dia nampak begitu cantik dengan balutan sweater coklat yang dipadukan dengan rok kotak-kotak senada. Jangan lupakan baret coklat serta tas coklat yang ikut mempercantik penampilannya saat ini.

"Biasanya dia akan muncul tiba-tiba." Tzuyu menoleh ke kanan serta kiri. Yap! Dia sedang menunggu Mago muncul. Biasanya jika dia di sana, Mago akan segera muncul. Dia harap akan bertemu Mago keberuntungan atau kekayaan. Jadi, dia bisa bicara dengan santai.

Tzuyu bergidik ngeri, membayangkan Mago yang bertemu dengannya malah Mago yang biasa menjemput ruh seseorang, atau Mago yang mengurus bunga-bunga. Ah, bisa-bisa dia dimarahi lagi.

Tzuyu tersenyum kemudian segera beranjak saat mendapati Mago berpakaian serba kuning itu ada di sana. Ini benar-benar saat yang tepat untuk menanyakan penawar bunga itu. Dia tentu takkan membiarkan Jungkook berada di bawah pengaruh bunga pemikat itu dalam waktu yang lama. Bahkan hanya dengan menyentuhnya sebentar saja, Jungkook akan langsung pingsan.

"Eonni! Apa kabar?" sapa Tzuyu dengan cukup ramah. Tentu, sapaan ramah itu mendapat balasan yang tak kalah ramahnya. Apalagi, Mago kekayaan memang terkenal dengan keramahannya.

"Apa kau membutuhkan sesuatu?"

"Apa ... Bunga pemikat bisa dihilangkan?"

Mago tersebut nampak berpikir sejenak, membuat Tzuyu menunggu penuh harap akan ada jawaban memuaskan. Namun, raut cemberut diiringi gelengan membuat Tzuyu menghela napas. "Kau seharusnya menanyakan ini pada kakakku. Ada ... Apa?"

Tzuyu tertawa canggung. Jika ketahua membuat ramuan dengan bunga yang salah, bisa bisa dia dihukum dengan berat. Tentu saja dia tak mau.

"Ah ya! Setahuku, bunga itu digunakan saat pasangan yang seharusnya berjodoh, malah menjauh. Bunga itu akan membantu mereka bersama. Tapi ...."

"Tapi?" tanya Tzuyu yang kemudian merasa tak enak hati. Sudah pasti ada efek samping lain yang jelas akan cukup merugikan. Apalagi, bunga itu bukanlah bunga sembarangan.

"Seseorang yang meminumnya akan meninggal jika tak kunjung bersama dengan seseorang yang berjodoh dengannya alias, benang merahnya."

Tzuyu menghela napas. Dia sudah cukup sibuk menghindari kejaran gumiho putih juga membasmi gumiho-gumiho hitam. Lalu sekarang? Dia malah punya misi lain yang sangat sulit. Masalahnya, bagaimana dia bisa menemukan seseorang yang merupakan jodoh Jungkook? Sulit, bukan? Apalagi benang merah itu hanya bisa dilihat oleh Mago yang punya wewenang.

"Waeyo? Kau ... Meminumnya?"

"Ani ...." elak Tzuyu. "Yo."

"Kenapa wajahmu terlihat cemas begitu?"

"Ah ... Ini karena aku penasaran kenapa kalian sangat terobsesi dengan bunga pemikat sampai memasang pagar di taman agar aku tidak mengambilnya." Tzuyu membungkukam tubuh. "Sampai jumpa."

Mago tersebut menggeleng kemudian mengendikkan bahu sembari menatap punggung Tzuyu yang semakin menjauh. "Dia memang paling suka bertingkah."

***

Entah sudah berapa kali Tzuyu menghela napas, membuat para karyawannya benar-benar terintimidasi. Mereka bahkan sampai memikirkan apa yang salah dan memeriksa setiap penjualannya. Semuanya nampak baik selama seminggu ini. Lalu apa yang membuat atasan mereka terlihat sangat frustrasi sampai terus menerus menghela napas?

"Aku tidak tahu berurusan dengan bintang biduk akan sekacau ini," gumam Tzuyu kemudian meletakkan kepalanya di meja. Wajahnya benar-benar lesu. Dia bahkan sudah lelah sebelum mencari jodoh sebenarnya dari Jungkook. Bahkan, waktunya hanya satu bulan. Catat itu. Satu bulan. Bagaimana dia bisa menemukannya?

Suara dehaman membuat Sana kembali duduk dengan tegak meski wajahnya masih terlihat lesu.

"Wae? Ada masalah?"

"A-ani, kami mau mencari makan siang bersama." Gadis dengan rambut pendek itu mengulum bibirnya kemudian mengangkat telunjuk kanannya. "Ayam goreng."

Tzuyu kembali meletakkan kembali pipi kanannya di meja. "Pergilah, aku sedang tidak ingin ayam goreng. Bajunya tidak cocok dipakai untuk makan itu."

"Baiklah."

Tzuyu menghela napas. Andai saja waktu bisa diputar, mungkin dia lebih memilih untuk tak bertemu bintang biduk saja sekalian. Sekarang dia tidak bisa bersikap masa bodoh. Selain karena Jungkook bisa membantu balas dendamnya, dia juga penyebab Jungkook pada akhirnya harus menanggung risiko karena bunga pemikat itu.

"Sudah kubilang, aku sedang tidak nafsu makan," ujar Tzuyu sembari mendongak. Namun, dahinya kemudian berkerut kala mendapati sosok pria yang sedang dia khawatirkan ada di hadapannya, tersenyum meski usianya bisa saja berakhir dalam waktu sebulan.

"Waeyo? Kau belum makan siang?"

"Pergilah, aku sedang tidak nafsu makan."

Jungkook meletakkan tangannya sebelum pipi Tzuyu menyentuh meja. "Ayo cari makanan yang kausukai."

Tzuyu refleks duduk tegak setelah pipinya bersentuhan dengan telapak tangan Jungkook. "Pergilah, aku sedang banyak pikiran dan kebetulan sedang kenyang."

"Aish, kenapa aku mengatakan itu? Jungkook, berhentilah tersenyum padanya," gumam Jungkook dalam hatinya. Dia berniat pergi ke toko roti favoritnya. Namun, dia malah meminta Taehyun mengantarnya ke sana. Tubuhnya benar-benar tak bisa dikendalikan oleh otak.

Tzuyu menghela napas kemudian beranjak. Sekarang Jungkook paling tidak bisa dihentikan. "Baiklah, ayo ke kedai jajangmyeon. Bajuku cocok untuk memakannya."

Tzuyu seketika ingat soal ibunya. Ternyata kedua orang tuanya bereinkarnasi bersama dan kembali menjadi pasangan. Kebetulan sekali, reinkarnasi ibunya merupakan pemilik kedai jajangmyeon. Dia akan mencoba melupakan sejenak kekacauan yang ada.

Tzuyu mengerutkan dahi kala pria itu menggandeng lengannya. "Kau mau menyebrang?"

"Aku tidak bisa mengendalikan tanganku."

Tzuyu melepas gandengan itu. Inilah yang dia takutkan. Semakin bunga pemikat itu bekerja, Jungkook mungkin bisa lebih gila. "Lain kali jangan sentuh aku sembarangan."

Jungkook mencebik saat Tzuyu berjalan mendahuluinya. "Dia yang mengajakku menikah lalu kali ini dia bersikap dingin padaku? Wah ... Sebenarnya apa yang dia inginkan?"

***

Tzuyu tersenyum setelah puas memerhatikan sang ibu yang nampak sibuk melayani pelanggan yang datang silih berganti. Namun, dahinya berkerut kala jajangmyeonnya sudah teraduk. "Kau yang melakukannya?"

"Lalu siapa lagi?" tanya pria itu sembari mengaduk jajangmyeon yang dia tukar. "Kau melarutkan sesuatu di ramuannya 'kan? Aku tak menyangka kau akan melakukannya, lalu sekarang kau berusaha mengabaikanku dengan sikap yang dingin. Bukankah ini tujuanmu?"

"Aku akui itu salahku, tapi sekarang aku sedang mencoba memperbaikinya," ujar Tzuyu kemudian mengisi mulutnya dengan jajangmyeon. Rasa gurih dan manis itu benar-benar cocok dengan lidahnya hingga dia akhirnya memejamkan mata. Namun, matanya kembali terbuka saat merasakan tisu menyentuh sudut bibirnya.

"Kau tidak bisa makan dengan benar?"

"Aku tidak memintamu melakukannya?"

Jungkook berdecak kemudian meletakkan sumpitnya. "Kenapa kau jadi dingin begitu? Apa kau tahu rasanya bagaimana?"

"Itu efeknya, bersabarlah, aku sedang mencari solusinya."

"Solusi? Bahkan ritual apa pun yang kulakukan tidak mempan. Kau ...." Jungkook mendekatkan wajahnya. "Punya pemikat yang bahkan lebih kuat?"

"Duduklah dan habiskan. Jangan bicarakan soal pemikat. Aku semakin kesal."

Don't TouchTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang