#26

62 14 44
                                    

"Ah ... Jadi ini alasannya?"

Suara itu membuat Jungkook berbalik. Dia sebenarnya sangat takut bahkan selalu berharap takkan pernah berpapasan dengan Yujin lagi di mana pun. Sekarang Yujin malah mendatanginya, menuntut atas kesalahan yang bahkan tak pernah dia lakukan. Bagaimana bisa anak itu ada?

"Kau akan memilih pura-pura tidak tahu?"

Jungkook yang kini menggenggam tangan Tzuyu, menunjukkannya. "Sepertinya aku tidak perlu menjelaskannya."

"Wah ... Kau sungguh melakukannya? Bahkan kau tidak peduli ...."

"Anak? Anak yang bahkan bukan darah dagingku. Jika kau melakukannya dengan orang lain, mengapa harus aku yang menanggungnya?" Jungkook mulai tersulut emosi. Pasalnya, dia tak pernah melakukan apa pun bersama Yujin meski hubungan mereka memang cukup lama. Tak sengaja melakukan? Bahkan Jungkook paling tidak kuat minum. Dia akan tertidur hanya karena 2 teguk soju. Yujin hanya ingin kembali ke dalam hidupnya setelah semua masa sulit itu berlalu.

Yujin menyisir rambutnya ke belakang dengan rasa kesal yang semakin tergambar lewat raut wajahnya. "Kau sungguh ingin melupakannya?"

"Lagipula rasanya mustahil kau menyembunyikan kebenarannya dalam waktu yang lama. Satu hal, kenapa kau pergi di hari pernikahan dan membuatku harus melewati banyak hal menyakitkan sendirian? Jika ada orang jahat di sini, itu kau." Jungkook bergegas pergi, membuat Tzuyu canggung harus melakukan apa. Hingga akhirnya dia membungkukkan tubuh kemudian berlari menyusul Jungkook.

"Kau akan memilih lari?" tanya Tzuyu kala dirinya ada di samping gedung perusahaan milik Jungkook. "Kau tidak akan melawannya dengan benar?"

Jungkook berbalik. Bukan karena dia akan membalas Yujin dengan cara yang sebenarnya. Dia berlari kemudian memeluk Tzuyu dan menumpahkan perasaan yang sejak tadi dia tahan. Dibanding marah, dia lebih merasa sakit karena harus bertemu Yujin setelah semuanya termasuk hatinya membaik. Dia tak masalah jika yang dia rasakan karena pemikat. Dia justru bersyukur karena Tzuyu membuatnya kembali merasakan manisnya jatuh cinta.

Adegan yang sama, membuat Tzuyu merasa dejavu. Jika dalam mimpi dirinya yang menangis, kini giliran Jungkook yang menangis. Pria bahkan semakin mengeratkan pelukannya bersama isakan yang kian intens.

"Biarkan aku seperti ini sebentar saja, kumohon."

Tzuyu tentu tak bisa menolak. Apalagi ini malah mengingatkannya pada mimpi itu. Nyatanya, dia juga merasa sakit hati saat gadis asing itu mengatakan pada Jungkook soal anak mereka. Seolah mereka sepasang kekasih, Tzuyu merasa seperti memergoki kekasihnya berselingkuh hingga memiliki anak. Bahkan, secara tak sadar, dia juga meneteskan air mata.

"Apa dia benang merahnya? Apa gunting yang kuterima untuk memutusnya?"

***

S

uasana makan siang mereka begitu canggung. Jungkook memilih memainkan pangsitnya dengan sumpit sementara Tzuyu mengisi perutnya meski rasanya agak berkurang karena suasana hati Jungkook yang masih buruk.

"Kau mau makan apa?" tanya Tzuyu untuk membuka pembicaraan mereka. "Karena kau sedang sedih, kau harus makan makanan yang kau sukai."

"Tidak apa-apa, aku bisa makan ini." Jungkook tersenyum kemudian menggigit sedikit pangsit yang sudah telanjur mendingin itu.

"Roti? Jajangmyeon? Atau apa?"

"Aku sungguh baik-baik saja. Habiskan."

Tzuyu benar-benar ikut merasa canggung. Masalahnya, dia tak pandai membujuk seseorang. Bahkan selama ini dia selalu jadi pihak yang dibujuk. Dia jadi bingung harus melakukan apa untuk menghibur Jungkook. Mau bagaimana pun, pria itu tetap memberikan energi tambahan saat dirinya melawan gumiho hitam.

"Makan denganmu, itu sudah cukup."

"Karena kau sedang sedih ...." Tzuyu memindahkan pangsit isi ayam favoritnya. "Makan ini. Ini favoritku."

"Kau sungguh memberikannya padaku?"

"Kalau tidak mau akan kumakan sendiri."

Pria itu segera mencegah Tzuyu untuk kembali mengambil piring itu. "Aku akan memakannya."

Tzuyu sengaja tak bertanya apa-apa soal kejadian tadi. Menurutnya, akan lebih baik jika Jungkook menceritakannya atas kemauannya sendiri. Toh, dia juga bukan seseorang yang berhak menuntut penjelasan dari Jungkook.

Tzuyu mengendus saat mencium aroma yang tak asing. Ah, lagi! Gumiho hitam muncul dalam radius yang dapat dijangkaunya. Namun, dia tak mungkin tiba-tiba pergi sekarang. Apa yang harus dia lakukan?

"Aku ke toilet dulu sebentar." Tzuyu beranjak, mempercepat langkah ke toilet untuk memanggil Sejin. Dia sudah berjanji untuk tak melawan mereka secara langsung. Makanya dia akan meminta Sejin untuk menangkapnya.

Namun, bukannya sebuah jawaban, sejak tadi panggilannya bahkan tak bisa terhubung pada Sejin. Padahal, biasanya akan mudah terhubung.

"Apa dia sedang sibuk? Aish, tidak ada pilihan lain." Tzuyu melangkah keluar saat merasa aroma itu semakin tajam. Artinya memang gumiho itu makin dekat.

Tzuyu membulatkan mata kala mendapati gumiho hitam itu mencekik Jungkook hingga tubuh pria tersebut tak lagi menapak di lantai. Dengan segera, Tzuyu melakukan teleportasi, melempar gumiho itu dan menyelamatkan Jungkook.

Tzuyu kembali melakukan teleportasi, membawa pergi gumiho hitam itu. Akan sangat berbahaya jika dia melawan gumiho itu di sana. Mungkin akan ada orang lain yang terluka.

"Wah ... Kau menyiapkan energi yang lebih besar?" tanya Tzuyu diakhiri senyum meremehkan. Dia melipat kedua tangannya, menatap gumiho hitam yang nampaknya kembali mengambil jasad orang lain yang sudah tiada. Dia benar-benar kesulitan untuk mengenali wajah aslinya. Padahal biasanya dia bisa dengan mudah mengenalinya.

Tzuyu belutut setelah tubuhnya terpental. "Wah ... Kau berani mengotori bajuku?"

Keduanya mulai beradu kekuatan. Entah secara fisik atau energi. Beruntung Tzuyu sering melakukan kontak fisik dengan Jungkook meski tak sengaja. Jadi, dia bisa sedikit melawan gumiho itu karena energinya. Namun, saat dia akan melakukan serangan yang terakhir, gumiho itu mendadak menghilang, meninggalkannya sendirian di sana.

"Aku tak menyangka dia akan berubah jadi pengecut." Tzuyu kembali melakukan teleportasi ke kedai pangsit yang tadi dia kunjungi dengan Jungkook. Dia menggerutu sembari menepuk-nepuk blazer dress-nya yang putih untuk menghilangkan debu-debu yang menempel. Dia lantas menatap Jungkook sembari tersenyum. Namun, pria itu malah terlihat takut padanya.

"K-kau ...."

"Ah ... Aku perlu menjawabnya atau tidak?" Tzuyu merapikan kekacauan yang dibuatnya karena melawan gumiho itu. "Sudah kukatakan dari awal, kau akan takut jika tahu aku yang sebenarnya. Masih mau mencintaiku?"

Jungkook masih menatap gadis itu. Kejadiannya begitu cepat. Termasuk saat Tzuyu muncul lalu menghilang dan muncul lagi seolah tak terjadi apa-apa.

"Wae? Kau berubah pikiran setelah tahu aku yang sebenarnya?" tanya Tzuyu kemudian duduk kembali di kursinya yang tadi. "Baiklah, karena sudah telanjur. Aku ... Gumiho."

"M-mwo?"

"Duduklah jika kau mau mendengarkan ceritanya secara lengkap." Gadis itu benar-benar santai, membuat Jungkook ragu untuk kembali duduk di sana. "Ah, untuk apa aku menceritakannya? Tidak penting 'kan?"

"K-kau ... Kau sungguh bukan manusia?"

"Eo. Aku bukan manusia," jawabnya sembari mengisi mulutnya dengan pangsit. "Apa itu mengubah perasaanmu?" Tzuyu menatap pria itu sembari mengunyah pangsitnya.

Tzuyu menghela napas saat pria itu memilih berlari meninggalkannya. Dia kemudian melanjutkan makannya alih-alih mengejar. "Itu respon paling manusiawi. Sangat aneh jika dia mengatakan 'Aku akan tetap mencintaimu apa pun rupamu', cih, itu hanya ada dalam drama."

*****

17 Sep 2023

Don't TouchWhere stories live. Discover now