6.

152 28 8
                                        

Disini ada yang ngeh sama Elang dan Eelona gak sih? Sebelumnya aku bikin kisah mereka dalam judul "imperfect angel"

Enggak, jangan salah paham. Aku gak bakal promosi, karena sadar ceritanya gantung.

Aku bilang gini buat jaga-jaga aja, supaya nanti kalau konflik disini bla-bla-bla- kalian akan paham. Oh ternyata emang gini-gini-gini karena dulunya gini.//ngomong apasih? Aku bingung sendiri.

Ya pokoknya gitu lah.
Untuk sekarang, monggo dibaca aja ceritanya🌺🌺🌺

***

"Maafin mama juga, selama ini belum bisa jadi Mama yang baik untukmu." Eelona mengurai pelukan, dan berakhir dengan menangkup kedua pipi anaknya. Gemas.

Langit mengangguki seraya membersihkan air mata, dari pipi sang Mama. "Gapapa, Ma. Lagian aku percaya, sebenarnya Mama sayang banget sama aku."

"Pastinya...." Wanita itu tersenyum lembut.

"Kalau gitu, aku boleh minta sesuatu?"

"Apapun itu, selama Mama bisa, akan Mama berikan. Mau apa, hm?"

Langit meringis, sedikit malu dengan apa yang akan diutarakan selanjutnya. Tidak peduli dengan anggapan Mamanya nanti, yang jelas Ia tidak memiliki pilihan lain. "Aku minta uang seratus juta. Boleh?"

"Seratus juta?" Eelona membeo dan refleks sedikit menjauh dari Langit. "Uang sebanyak itu untuk apa, Langit?" tatapannya pun sudah berubah tegas.

"Untuk—"

"Oh tunggu, Mama tahu," potong Eelona. "Disini Mama telah dijebak dengan permintaanmu tadi, iya kan? Mama benar-benar tahu ini arahnya akan kamu bawa kemana. Pertama, kamu minta maaf. Lalu, Mama memaafkan. Kemudian, kamu mengajukan sebuah permintaan, yang mana jika permintaan tersebut tidak dapat Mama kabulkan maka permintaan maaf mu tadi akan dibatalkan. Dan pada akhirnya, Mama tetap jadi Ibu yang jahat dalam pikiranmu."

"Gak kek gitu, loh Ma ... Tapi iya sih, masuk akal juga. Aiiihhh...." Langit mengacak rambut merasa bingung harus membela diri bagaimana.

Masalanya, moment minta maaf dan minta uangnya—yang lumayan besar itu—terjadi disaat yang kurang tepat. Jadi wajar saja jika Eelona menuduhnya yang bukan-bukan.

Ah. Masa bodoh lah. Sudah ketangkap basah ini. Lebih baik Langit Iya-kan saja. Biar Mamanya merasa lega. "Jadi Mama gak mau ngasih, nih?"

"Mama punya uang segitu darimana Langiiiiit ... Sana minta aja sama Papamu. Biar kepalamu dipukul sekalian. Mau?"

"Gamau sih, tapi kalau Mama gak mau ngasih, paling mentok-mentok minta sama Papa nanti. Terserah deh, dia mau apain badanku. Asal nyawaku gak sampai melayang."

Eelona geleng-geleng kepala dengan penjelasan anaknya. "Heran, gak ada tobat-tobatnya kamu ini. Udah berapa banyak coba biaya yang kami keluarkan untuk membayar setiap akibat dari perbuatan nakalmu?" Ia masih ingat, terakhir kali mengeluarkan uang yang terbilang besar untuk Langit, pada saat anak itu menabrak pengendara motor yang membonceng anak perempuannya.

Selain mengganti motornya, Langit juga dituntut untuk membayar semua biaya pengobatan anaknya yang mengalami cidera, dikarenakan tertimpa motor. Sampai sekarang pun anak itu tidak dapat berjalan dengan normal.

Mau tidak mau, uang santunan untuk keluarga mereka pun masih berlanjut sampai sekarang. Tidak begitu besar, tetapi cukup untuk meringankan perekonomian mereka. Dan Eelona memberikannya cukup satu bulan sekali saja.

"Kali ini beda, Ma. Bukan untuk biaya kecelakaan atau yang kek gitu-gitu. Ini untuk temenku yang dipaksa nikah sama Ibunya kurang lebih 2minggu lagi. Kasian loh, padahal anak itu masih harus lanjutin sekolahnya." Langit memasang wajah sesedih mungkin.

Lintang-Langit [OPEN PO]Where stories live. Discover now