25. (END)

159 26 13
                                        

Selamat membaca...

***

Langit memasuki ruang rawat, yang sempat resepsionis sebutkan. Benar saja, di dalamnya ada Elang, Eelona dan tentunya Lintang.

Elang duduk menghadap laptop, Eelona mengotak-atik ponsel dan Lintang sendiri terbaring di ranjang pasien dengan mata terpejam. Ah, betapa Langit benar-benar menyesal dengan keadaan Lintang yang seperti ini.

Elang yang pertama menyadari kemunculan Langit, seketika bangkit. "Mau ngapain kesini? Bukankah sudah Papa bilang, kalau—"

"Wajahmu kenapa sayang?" Bak penyelamat di saat yang tepat, Eelona datang dan menghentikan ucapan Elang dengan memegang pipi Langit.

"Gak kenapa-napa Ma. Ini cuma—"

"Dipukulin sama Papa," Elang memotong yang langsung kembali ke tempat duduknya semula.

Tadinya Ia memang ingin mengusir Langit, namun jika istrinya turun tangan maka apapun segala bentuk pengusiran terhadap Langit tidak akan berhasil. Sampai kapanpun Perempuan itu akan membela anaknya.

"Papa kalau punya masalah, diomongin baik-baik dong. Jangan main pukul kayak gini," Eelona bersuara dengan tatapan sinisnya.

"Mama juga, kalau mau belain dia gak usah terlalu berlebihan sih. Sesekali dia harus dikasih pelajaran. Dia pantas untuk mendapat pukulan itu."

Eelona hanya bisa geleng-geleng kepala mendengarnya.

"Papa benar Ma, aku—"

"Udah sayang, gak usah dengerin ocehan Papamu. Sini, ikut Mama." Dengan pasrah Langit mengikuti Eelona yang menariknya untuk duduk pada kursi panjang. "Kamu ke sini untuk lihat keadaan Lintang kan, tuh dia baru saja istirahat. Dia—"

Sebelum Eelona menyelesaikan ucapan, Langit malah sudah memotong dengan memeluk sang Mama. "Maafin aku Ma. Selama ini aku sudah banyak melakukan kesalahan. Aku juga udah banyak melukai perasaan Mama. Aku udah jadi anak yang gak tahu diuntung. Bahkan ... Aku gak bisa bantu Mama untuk jagain Lintang. Aku benar-benar minta maaf."

"Jagain Lintang itu bukanlah kewajibanmu, jadi gak perlu merasa bersalah seperti ini. Kamu baik-baik aja, udah lebih dari cukup untuk Mama." Eelona mengusap punggung Langit naik turun.

Jawaban dari Eelona malah membuat tangisan Langit semakin menjadi. Bagaimana tidak, sedang setiap Langit melakukan kesalahan, wanita ini tidak pernah memarahinya. Salah satu contohnya, perlakuan kasar yang telah Langit lakukan kemarin. Tetapi lihatlah, begitu berhadapan, Mamanya ini bersikap seolah tidak pernah terjadi apa-apa sebelumnya.

"Meski Mama bukan yang melahirkanku, tetapi Mama satu-satunya perempuan terhebat yang aku punya. Aku janji, mulai sekarang bakal bantu Mama untuk jagain Lintang."

"Gak perlu. Papa sudah berencana untuk menjauhkan kalian berdua," Elang menginterupsi. Berbicara tanpa mengalihkan tatapan dari layar laptopnya.

"Maksud Papa?" Langit sudah mengurai pelukan, dan berdiri menghadap Elang.

Sedikit kegaduhan tersebut, membuat tidur Lintang terganggu. Namun perempuan itu tidak sampai membuka matanya, Ia mendengarkan obrolan dengan mata terpejam.

"Setelah kondisi Lintang membaik, Papa akan memindahkan sekolahnya."

"Loh. Kenapa? Gak bisa gitu dong. Papa kan tahu sendiri, aku menyayanginya."

***

(Untuk lengkapnya hanya tersedia dalam versi cetak)

Untuk extra part, hanya akan ada dalam versi cetak.

Terimakasih, sudah menemani perjalanan Lintang Langit. ♥️

Habis ini enaknya kita pindah ke cerita yang mana?

Lintang-Langit [OPEN PO]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon