17.

66 25 6
                                        

Selamat membaca...

***

"Langit," panggil Lintang. Begitu Laki-laki itu berjalan menuruni tangga dan hanya melewati Lintang tanpa menoleh sedikitpun.

"Langit, tunggu!" Kali ini perempuan itu berteriak seraya turut berlari menyusul kepergian Langit yang kini tengah memasang helm di atas motornya.

"Kamu ini, kenapa jadi gini? Seenggaknya dengerin dulu Om sama Tante jelasin semuanya, bagaimanapun juga mereka orangtua yang sudah membesarkan—"

"Tahu apa kamu tentang mereka, hah? Tahu apa?!" Langit memotong, dengan ucapan yang cukup keras. "Baru dua hari tinggal disini aja, udah bertingkah seolah-olah tahu segalanya." Yang diakhiri dengan menghidupkan stater.

Lintang sama sekali tidak kaget diperlakukan seperti ini. Karena Langit yang beginilah, yang Ia kenal sebenarnya.

"Aku, Cuma—"

"Minggir. Gak usah halang-halangi gue." Dalam sekali hentakan, Langit melepaskan tangan Lintang yang sebelumnya berpegangan pada stang.

"Dan ya ... selamat, karena Lo udah bebas tinggal di rumah ini sepuasnya, untuk selama-lamanya." Tepat setelah menyelesaikan kalimat, Laki-laki itu langsung tancap gas meninggalkan Lintang yang masih mematung sendirian.

'Dia sudah tidak menyukai kehadiranmu lagi, Lintang...,' desah perempuan itu kemudian.

Bagaimana tidak, sementara kebencian itu terlihat begitu jelas dari sorot mata Langit.

"Kamu gak apa-apa, sayang?" tanya Eelona yang langsung menangkup kedua pipi Lintang.

"Gak apa-apa ... Ma." Lintang memamerkan senyum terbaiknya, meski dengan kedua mata yang berkaca-kaca. Sekarang Ia sudah tahu kehebatan Perempuan ini seperti apa, karena beberapa waktu sebelumnya, Elang sempat menjelaskan semuanya. Dari mulai identitas Langit, sampai alasan dibalik penculikan yang terjadi pada Lintang ketika Ia masih Bayi.

Semua penjelasan, mengarah pada satu kesimpulan. Yakni, Eelona—Mama Lintang, adalah Perempuan hebat yang memiliki hati bak malaikat. Jadi ... boleh kan, jika mulai saat ini Lintang memanggil wanita ini dengan sebutan Mama?

Elang memang baru menjelaskan sebagian garis besarnya saja, tetapi entah kenapa hati Lintang dapat memercayai semua penjelasan itu begitu saja.

Meski Langit sempat menyebut Eelona sebagai selingkuhan Elang, Lintang sama sekali tidak memercayainya. Karena keyakinannya hanya satu. Ibunya wanita yang hebat.

***

"Kenapa Mama berbohong, Dan lebih memilih menyakiti perasaan Mama sendiri?" Lintang mendongak pada Eelona yang berbaring di sebelahnya.

Malam ini dirinya memang tidur di kamar Eelona dan Elang. Itupun karena Eelona yang memaksa, dengan alasan ingin mencoba tidur bersama Putri yang selama ini terpisah darinya.

Lintang jelas tidak tega jika menolaknya, lagipula dirinya juga ingin merasakan bagaimana tidur dengan diapit oleh orangtua kandungnya.

Sementara Langit, sampai malam sudah larut seperti ini pun belum pulang ke rumah. Katanya Laki-laki itu tengah berada ditongkrongan bersama teman-teman jalanannya.

Elang memang tidak mencari kepergian Langit, tetapi dari dulu dirinya memang sudah memasang sebuah alat pelacak pada kendaraan yang biasa di pakai oleh Langit. Baik motornya, maupun mobilnya.

Jadi jika sewaktu-waktu anak itu tidak pulang, Elang hanya tinggal mengeceknya dari ponsel atau laptop. Setelah menemukan titik lokasinya, barulah Ia mengirim seseorang untuk memantau keadaan Langit seperti apa.

Lintang-Langit [OPEN PO]Where stories live. Discover now