Selamat datang pembaca baru♥️
Dan selamat membaca bagi kalian yang mengikuti kisah Lintang-Langit sampai sejauh ini...Kalau ada typo, tandai aja. Aku blm sempat cek ulang...
***
"Lintang?" Langit bergegas menghampiri Lintang. Namun Perempuan itu memilih memberi jarak—dengan memundurkan posisi kaki, sama seperti pertemuan pertama keduanya.
Menyadari keengganan Lintang, Langit langsung meminta maaf. "Maaf. Karena sikap gue terlalu kasar pada saat itu. Harusnya—"
"Bisa gak, jangan terlalu dekat-dekat sama calon istri saya." Pria bertopi koboi yang sebelumnya terabaikan, sudah mendekati Langit dan menarik kerah seragamnya dari belakang.
"Gak perlu nyeret-nyeret! gue bisa jalan sendiri." Langit tidak terima diperlakukan seperti ini. Apa-apaan? Ditepisnya tangan Pria tersebut sampai berhasil menjauh dan berakhir tersungkur di tanah.
Lemah kah? kurang pertahanan, kah? Atau mencari perhatian dari Lintang? Langit mengernyit. Perasaan dirinya tidak terlalu keras mendorong Pria tua itu.
"Badan lemah kek gini aja, sok-sokan mau nambah bini lagi...." Meski meremehkan seperti itu, Langit tetap mengulurkan tangan, sekedar membantu Pria itu untuk bangkit.
Sayang, niat baiknya tidak mendapat respons yang baik. Yang ada, Pria itu bersiul dua kali entah untuk apa tujuannya.
"Ya sudah kalau gak mau dibantu." Langit menegakkan badan dengan menepukan kedua tangan—seakan tengah menghilangkan debu-debu dari sana. Lalu beralih menepuk-nepuk seragam untuk kemudian merogoh sesuatu dari dalam tas, yang sejak tadi digendongnya.
"Jadilah guru les private ku," ujarnya dengan mengulurkan selembar kertas di hadapan Lintang. "Dan ambil ini sebagai gaji awalnya."
Langit mengerjap. Kok kalimatnya jadi seperti itu? Padahal sebelumnya Ia berniat menyodorkan cek tersebut dengan alasan sebagai permintaan maaf.
"Aku gak buka les private. Lagian kan kamu gak terlalu bodoh."
Laki-laki itu cengengesan dengan menggaruk kepalanya. "Kalau gitu anggap saja ini sebagai permintaan maaf dariku. Isinya emang tak seberapa, tapi dengan ini semoga hutang-hutang keluargamu bisa dicicil sebagian."
Lintang mendongak, menatap Langit tanpa suara. Entah apa yang tengah berkecamuk dalam benaknya, yang jelas perempuan itu seakan tidak tertarik pada apa yang Langit sodorkan.
"Ayo, ambil...," sekali lagi Langit meyakinkan.
"Pergilah, gak usah datang ke tempat ini lagi. Anggap saja kamu gak pernah tahu tentangku, seperti hari-hari sebelumnya."
"Hah?" untuk sesaat Langit hanya bisa mengerjap. Reaksi Lintang benar-benar diluar ekspektasinya. Jika tidak ada orang lain, mungkin Langit lebih memilih membawa Lintang secara langsung dari pada buang-buang waktu seperti ini.
"Kenapa begitu. Kita kan teman sekelas. Aku ke sini cuma ingin menebus kesalahanku dan menyelamatkanmu," pada akhirnya Langit mejelaskan yang sebenarnya. Dan sejak kapan, dirinya menggunakan aku-kamu didalam obrolan?
"Sebelumnya makasih, tapi beneran deh kamu gak perlu menebus kesalahan sampai sejauh ini. Aku—aku baik-baik aja di sini," di akhir kalimat, Lintang menundukkan pandangan.
Langit menggertakan gigi. Perempuan itu pembohong besar. Bagaimana bisa berkata baik-baik saja dengan wajah yang pucat pasi. Ditambah dengan lingkaran hitam dibahawah mata yang cukup menjelaskan bahwa hari-hari yang dilewati Lintang cukup melelahkan.

CZYTASZ
Lintang-Langit [OPEN PO]
Dla nastolatków[OPEN PO 08 Sep-22sep] Lintang Maega, perempuan cupu yang mengandalkan kacamata tebal dan kepang dua sebagai perlindungan diri dari orang-orang yang mengganggu masa pendidikannya. Semua berjalan seperti yang Lintang harapkan, sampai kemudian hidupny...