Sudah baca part 21 yang ku upload tadi malam?
Takutnya ada yang kelewat, soalnya kemaren updatenya sedikit deketan sama part sebelumnya.
Sudah?
Selamat membaca...🌺🌺🌺
***
Seisi kelas dihebohkan oleh undangan pesta ulang tahun, yang dibagikan oleh Rania. Dan akan dirayakan nanti malam—tepat di malam minggu. Udangan tersebut dibagikan pada seluruh teman sekelasnya, tanpa ada yang terlewat. Termasuk Lintang.
"Sebenarnya gue gak ingin lo dateng, tapi ... berhubung Lo adik tiri dari pacar gue, jadi mau gak mau harus gue undang juga," Rania berujar ketus. "Ayo ambil. Kapan lagi kan lo di ajak ke sebuah pesta kek gini."
"Gak perlu, dia pasti gak bakal diizinin. Secara, dia kan Putri kesayangan Mama Papa." Langit datang, masuk dalam obrolan dan mengambil alih undangan dari tangan Rania untuk kemudian di robeknya.
"Loh ... Kok di robek? Aku kan mau ikut juga," cicit Lintang kemudian. Menatap nanar pada serpihan undangan yang sudah berserakan di atas mejanya. "Mama sama Papa juga pasti ngasih izin, asalkan aku perginya sama kamu."
Entah kenapa, sekarang ini tiba-tiba Lintang ingin memperjuangkan perasaannya terhadap Langit. Terlebih Mama Papanya sudah memberinya restu. Memang tidak diucapkan secara gamblang, tetapi jika suatu saat Ia memiliki hubungan dengan Langitpun. Sepertinya kedua orangtua itu akan mengizinkan.
Lintang dapat memulainya dari hal-hal kecil yang bisa mendekatkan diri pada Langit, seperti saat ini.
"Kalau dia mau ikut, tinggal bawa aja, sayang," ujar Rania yang membuat Langit menggeram.
Justru Laki-laki itu malas jika Lintang ikut. Itu berarti selama di pesta nanti, Langit harus selalu nempel pada Rania. Dirinya benar-benar capek jika harus berpura-pura nyaman dengan cewek ganjen yang satu ini.
Sementara Rania sendiri, sepertinya sudah sadar jika dirinya dimanfaatkan oleh Langit. Hingga, mau tidak mau harus membuat Lintang selalu berada dalam pengawasannya. Dengan begitu Langit tidak akan menolak apapun segala jenis pendekatan yang dilakukan oleh Rania.
Kita ambil contoh pada saat Rania menelepon Langit di malam sebelumnya. Pada saat itu Lintang hadir diantara percakapannya dengan Langit, dan dengan mudahnya Langit memanggilnya sayang.
Jadi, sebisa mungkin Rania harus terus mendekatkan Langit pada Lintang, supaya Langit semakin mesra padanya. Sekaligus menyadarkan Lintang, bahwa disini hanya Rania lah pemenang hati Langit yang sesungguhnya.
"Oke. Dengan syarat, tar malem dandan yang rapi. Jangan permaluin gue dengan penampilan cupu lo yang kayak gini," ujar Langit pada akhirnya.
Hal itu cukup membuat Lintang menganggukan kepalanya secara berulang. "Oke," jawabnya polos. Seakan kata cupu yang Langit ucapkan, bukanlah sebuah penghinaan lagi untuknya.
Tidak ada sahutan kembali, karena di detik selanjutnya Langit sudah melengos ke luar kelas yang langsung diikuti Rania di belakangnya.
"Sayang. Tunggu aku!" Bahkan dari jarak sejauh ini, Lintang masih dapat mendengar teriakan Perempuan itu.
***
Ketika seorang Guru keluar kelas dan bel pulang telah berbunyi, Lintang tidak langsung membereskan buku-bukunya. Untuk kali ini, Ia menyempatkan diri menghampiri meja Langit terlebih dulu, dan mengatakan. "Hari ini pulang bareng aku, ya?"
Langit mengangkat sebelah alis, seakan masih mencerna ucapan Lintang. Sementara Rania langsung menyahut, dengan berujar. "Gak bisa. Aku gak ada yang jemput."

YOU ARE READING
Lintang-Langit [OPEN PO]
Teen Fiction[OPEN PO 08 Sep-22sep] Lintang Maega, perempuan cupu yang mengandalkan kacamata tebal dan kepang dua sebagai perlindungan diri dari orang-orang yang mengganggu masa pendidikannya. Semua berjalan seperti yang Lintang harapkan, sampai kemudian hidupny...