17. Komentar Para Penggemar

253 27 8
                                    

"Penerjemah yang bersama Jungkook sangat cantik."

"Wah, ia terlihat seperti seorang aktris."

"Mereka terlihat serasi."

"Tubuhnya sangat mungil saat di samping Jungkook."

"Siapa namanya? Aku ingin tahu apakah ia memiliki akun instagram?"

"Semua yang bekerja bersama Jungkook memiliki paras yang rupawan."

"Mereka terlihat seperti sepasang kekasih."

"Beruntung sekali. Aku ingin menjadi perempuan itu."

"Dia kekasih Jungkook, aku pernah melihatnya secara langsung. Jungkook menjemputnya di Universitas Seoul."

Aku jelas tersenyum membaca beberapa komentar, tapi tidak untuk komentar terakhir. Aku tahu, kemungkinan untuk diketahui pasti ada dan tentunya cukup besar. Meskipun tidak pernah secara sengaja menunjukan, aku yakin para penguntit pasti mengetahui ini. Yang aku syukuri, sampai saat ini aku tidak menerima gangguan apapun. Anggap saja Jungkook cukup pintar untuk menyembunyikan kekasihnya.

Saat ini aku sedang berada di New York. Tentu saja karena urusan pekerjaan. Menjadi 'translator' ternyata cukup melelahkan. Tidak begitu berat, hanya saja aku diwajibkan untuk mengikuti keseluruhan jadwal dan itu cukup melelahkan.

Ternyata semelelahkan ini?

Maafkan aku ya, Jungkookku. Aku seringkali merengek. Aku berjanji, mulai sekarang aku tidak akan merengek lagi. Aku tahu betapa lelah dan sibuknya menjadi Jeon Jungkook:(

Kasihan pacarku.

Hari ini jadwal pemotretan sebuah majalah dan saat ini Jungkook sedang dalam proses make up. Aku yang sedikit merasa sesak dengan hiruk pikuk manusia di ruangan ini, mencoba untuk sedikit mencari celah agar bisa keluar sebentar dari ruangan yang super silau ini.

Aku mendekati Jungkook yang sedang terpejam, membisikkan sesuatu yang tentunya membuat netranya terbuka dengan sekejab.

"Jungkook, bolehkah aku turun ke bawah sebentar? Hanya ingin melihat-lihat dan menghirup udara segar. Mungkin aku juga bisa mendapatkan satu gelas kopi?"

Menoleh dengan tatapan tak suka, jawaban yang diberikan hanya gelengan. Aku tentu mencebik sebagai balasan.

"Tidak, Sayang. Ini New York, bukan Seoul."

"Hanya ke bawah, sebentar. Tepat di sebelah gedung ini ada Starbucks, aku melihatnya saat datang. Aku hanya pergi kesana. Hanya sepuluh sampai lima belas menit, aku berjanji."

"Sudah disediakan kopi, Sayang. Jangan banyak alasan."

"Please..." pintaku dengan sangat. Bahkan mataku benar-benar mirip dengan mata anak anjing saat ini.

Menarik napas panjang sebelum dihembuskan dengan sedikit kasar, Jungkook akhirnya mengangguk, "lima belas menit. Pakai topi dan jaga dirimu, Sayang. Sudah banyak yang mengenali wajahmu."

Aku yang kegirangan tentu memberikan sebuah kecupan singkat pada pipi kekasihku sebagai reflek. Staf yang melihat tentu saja ikut tersenyum melihat tingkah kami. Semua yang bekerja untuk Jungkook sudah mengetahui hubungan kami dan mereka semua memberikan dukungan yang terbaik.

"Terima kasih, Jungkookku," setelah itu aku melangkah dengan pasti menuju ke bawah.

Gedung ini tidak begitu tinggi, tapi kami bekerja di lantai paling atas yaitu lantai delapan. Gedung ini memang di khususkan untuk pemotretan. Aku turun menggunakan lift. Untung saja aku hanya bertemu dengan dua orang asing dan mereka tidak mengenaliku. Bekerja untuk Jungkook, apalagi yang diharuskan berada di sisinya saat kegiatan luar negeri tentu saja membuat wajahku sering terekspos di kamera.

Has llegado al final de las partes publicadas.

⏰ Última actualización: Sep 22, 2023 ⏰

¡Añade esta historia a tu biblioteca para recibir notificaciones sobre nuevas partes!

Number One : FanDonde viven las historias. Descúbrelo ahora