13. Sejarah Kami

3.7K 473 92
                                    

Hey, mau ku ceritakan tentang sejarahku dan Jungkook, tidak? Mungkin akan sedikit membosankan dan terdengar biasa, tapi kalian harus tahu awal mula perkenalanku dengan lelaki keren itu.

Aku mengenalnya saat duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama. Aduh, baru mulai bercerita saja perutku sudah geli.

Jungkook itu murid baru di sekolahku. Dia pindahan dari Busan, katanya. Aduh, aku geli sekali saat mengingatnya. Jungkook kalian yang keren itu, dulu cupu sekali. Sumpah, aku tidak berbohong. Dulu dia suuuper pendek, kurus kering juga. Sungguh bukan tipeku. Rambutnya dipotong berbentuk mangkuk, poninya hampir menutupi mata. Dia juga pendiam, tidak akan berbicara jika tidak ditanya. Tapi sekalinya berbicara, bisa membuat semua orang menahan tawa karena satoori-nya masih terlalu kental. Ya, kalian tahu lah tipikal remaja Seoul sok keren yang gemar mengejek.

Kebetulan dia duduk tepat di belakangku bersama Mingyu. Untung saja Mingyu sangat rendah hati. Ia sabar sekali meladeni Jungkook yang sedikit bicara. Tapi sekalinya si cupu itu bicara, membuat kesabaran Mingyu habis. Sumpah, si Jeon itu cerewet sekali kalau sudah merasa dekat dengan seseorang.

"Hey, boleh pinjam pena, tidak?" itu kalimat pertama yang terlontar padaku. Pertama kalinya juga ia menepuk bahuku. Kalau sekarang, bahuku menjadi tempat bersandar favoritnya, hehehe.

Aku hanya menoleh, menatapnya aneh, "Kau ingin berperang tapi tidak membawa senjata?" sarkas sekali aku saat itu.

"Maaf, tapi penaku habis. Biasanya aku selalu membawa pena cadangan, tapi kali ini menghilang," ujarnya menyesal.

Aku jadi kasihan saat itu. Jadi, aku memberikan milikku padanya.

"Terima kasih, yaㅡpendek," katanya sembari tersenyum.

Aku terkejut. Ternyata dia bisa bercanda? Boleh juga.

Mulai hari itu, kami semakin dekat. Tapi kami terdiri dari tiga sekawan bersama Mingyu. Aku juga jadi tahu kalau ternyata Jungkook itu bukan anak cupu. Dia jagoan taekwondo. Aku jadi sedikit berpikir jika ingin menjahilinya, takut mendapat tendangan maut. Tapi ternyata tembakan cinta yang kudapat, hehe.

Ia juga hobi menggambar, apapun yang dilihat, bisa dijadikan dalam bentuk gambar. Pernah sekali aku memintanya untuk membuat sketsa wajahku, tapi hanya coretan pensil asal yang berbentuk seperti benang kusut. Aku jadi kesal. Katanya, orang pendek itu susah digambar. Jahil sekali. Tapi saat awal kami menjalin hubungan, ia memberitahu tentang kebenaran saat itu. Ia hanya menarik asal mata pensil karena ia gugup saat melihat wajahku. Benar-benar menggemaskan.

Aku juga jadi tahu kalau Jungkook memiliki suara yang merdu sekali. Lembut dan begitu menyentuh hati. Nah, dari suara itu aku merasakan sesuatu yang aneh. Rasanya tenang sekali, dan memang aku merasakan ketenangan saat bersama Jungkook.

"Hey, pernah menyukai seseorang tidak?" tanyanya.

Aku berpikir, "Um, sepertinya belum."

"Kenapa belum?"

"Tidak tahu."

"Kalau aku menyukaimu, kau akan menyukaiku juga, tidak?"

Wah, pertanyaan macam apa ini Jeon Jungkook.

"Tidak tahu," jawabku gamblang. Karena sungguh, aku benar-benar tidak tahu saat itu.

"Harus tahu dong, pendek," dia menepuk pelan puncak kepalaku dua kali.

Namun, setelah hari itu kami jarang bertemu. Jungkook sering absen, dan aku tidak tahu dimana tempat tinggalnya. Saat masuk sekolah, ia kembali menjadi bocah pendiam dan wajahnya terlihat lesu. Aku bingung, aku merasa kehilangan bocah cupu itu. Bodohnya, aku bahkan tidak mempunyai keberanian untuk bertanya perihal itu.

Number One : FanWhere stories live. Discover now