11. Usaha Jungkook

3.3K 526 197
                                    


Sejak Jungkook berkunjung ke rumah, ia sama sekali tidak menghubungiku. Bahkan saat aku menghubunginya, semua panggilanku ditolak dan berujung pemblokiran. Aku tahu kalau dirinya pasti kacau karena aku sama sepertinya.

Semua memang salahku, harusnya aku bisa membela Jungkook dihadapan Ayah. Harusnya aku memberitahu Ayah semua kelebihan yang dipunya kekasihku. Meski tidak berpendidikan tinggiㅡah, kesal sekali karena Ayah selalu menilai orang dari pendidikannya. Padahal Jungkookku memiliki banyak talenta yang luar biasa. Menyanyi, menari, memproduksi lagu, akting, semua itu tidak mudah. Semua juga butuh belajar dan latihan ekstra. Kekasihku juga sama sekali tak memiliki ketakutan atau phobia pada hal-hal tertentu (ya, meskipun ia takut microwave). Ia seorang laki-laki serba bisa dengan rasa ingin tahu yang sangat tinggi bahkan pada hal kecil. Ia tak akan menyerah sebelum berhasil. Akhir-akhir ini juga dia semakin rajin belajar bahasa inggris.

Aku sering kehilangan waktu tidurku karena banyak memikirkan Jungkook. Dia dimana, apa yang dia lakukan, aku ingin tahu. Aku hanya ingin tahu keadaan Jungkook namun aku tidak menemukan cara karena Taehyung bahkan tak bisa membantuku karena sedang berlibur bersama sahabatnya. Padahal aku juga harus belajar karena banyak sekali kuis pada minggu ini. Minggu-minggu menjelang ujian akhir semester memang sangat sulit. Banyak sekali kuis untuk memperbaiki nilai yang masih kurang.

Sampai akhirnya malam ini aku meninggalkan buku-buku tebalku untuk menghubungi Ibu Jungkook. Aku benar-benar nekat, memberanikan diri menghubunginya lewat ponselku dan beliau menjawab panggilan pada dering ketiga.

"Halo," sapaku selembut dan sesopan mungkin.

"Halo, dengan siapa?"

"Selamat malam. A-aku ... aku, ini, Buㅡ" bodoh sekali, aku terlalu gugup.

"Ya ampun, calon menantuku, ya? Maafkan Ibu, untung saja aku mengenali suaramu."

Aku menghembuskan napas lega, "Ibu, maaf. Boleh aku bertanya?"

"Tentu saja, Sayang. Tentang apa?"

Aku menggigit bibir bawah sejenak, "Apa Jungkook ada di Busan? Maaf aku bertanya pada Ibu karena aku tidak bisa menghubungi ponselnya."

Aku mendengar kekehan kecil dari seberang, "Benar, dia ada disini sejak satu minggu yang lalu. Tapi ada yang aneh. Dia banyak mengurung diri di kamar. Jungkook keluar hanya untuk makan, itu pun saat siang hari."

"Dia baik-baik saja, kan, Bu?"

"Jangan khawatir, dia baik-baik saja. Tapi sebentar... apa terjadi sesuatu diantara kalian? Ah, kalian pasti bertengkar, ya?"

Kini aku yang terkekeh kecil, malu, "Tidak, Bu. Hanya sedikit salah paham saja. Kalau begitu, terima kasih banyak atas informasinya. Maaf mengganggu waktu Ibu."

"Ah, kau seperti apa saja. Tidak masalah, sama sekali tidak mengganggu. Ibu malah senang kalau calon menantu Ibu menelepon."

"Oh iya, Bu. Jika aku berkunjung ke Busan, apa diizinkan?" tanyaku ragu.

"Tentu saja, Busan itu rumahmu juga, Sayang."

Aku kembali tersenyum. Setidaknya aku sedikit lega saat mengetahui kondisi Jungkook melalui sang Ibu, "Terima kasih banyak, Bu. Mungkin besok sepulang kuliah aku akan ke Busan."

"Baiklah, Ibu tunggu."

"Terima kasih banyak, Bu. Selamat malam," setelah itu aku resmi memutuskan panggilan. Namun, sepuluh menit kemudian ponselku menerima sebuah pesan.

Ibu Jungkook :
Jungkook bilang, dia akan kembali ke Seoul esok hari. Hanya tunggu dia datang, jangan buat dirimu lelah. Mengerti, menantuku?

Number One : FanWhere stories live. Discover now