01 - Tentang Jungkook

7.9K 758 93
                                    

"Tahu Jeon Jungkook, tidak?"

"Seluruh Korea juga tahu siapa Jeon Jungkook itu, sialan."

"Kalau aku mengaku bahwa aku kekasihnya, percaya tidak?"

"Dalam mimpimu!"

Iya, mereka selalu menganggap perkataanku adalah lelucon, omong kosong, mimpi, halusinasi, khayalan gila. Ya, telingaku sudah kebal untuk itu. Memangnya siapa yang percaya kalau mahasiswi biasa sepertiku ini sungguhan kekasih Jeon Jungkook? Cantik, tidak terlalu. Pintar juga, tidak. Pendek, iya. Kurus, tentu saja. Berat badanku tidak bertambah banyak sejak di bangku Sekolah Menengah Atas.

Kalau kalian belum tahu Jeon Jungkook, biar kuceritakan. Dia itu idol top KoreaㅡBTS. Seluruh penjuru Korea bahkan sampai kakek-nenek pun tahu siapa itu Jeon Jungkook. Wajahnya rupawan sekali. Aku beruntung karena bisa bebas menyentuhnya, bahkan mengecup bibirnya berkali-kali pun akan dibiarkan.

Nah, mari aku ceritakan tentang anatomi Jungkook. Irisnya sekelam langit malam, namun penuh bintang berkilau pada setiap tatapnya. Hidungnya cukup besar yang diapit kedua pipi yang tak kalah besar. Jika tidak menggunakan make up, pipinya itu setebal kue beras. Tapi aku suka, kenyal sekali jika dicubit. Bibirnya tipis sekali pada bagian atas, sedangkan bagian bawahnya sedikit lebih tebal. Benda itu yang mempunyai andil banyak untuk pipi, bibir, dan keningㅡpokoknya wajahku. Jadi, untuk para penggemar, jangan mau menjadi pacar Jeon Jungkook ya, bibirnya itu bekas pipiku yang berminyak. Menjijikan.

Soal anatomi Jeon Jungkook, belum selesai sampai disitu. Kalian tidak boleh lupa soal kedua lesung pipi yang muncul di pipi besarnya itu. Aku iri sekali padanya karena aku ingin memiliki yang seperti itu juga. Tapi setelah dipikir-pikir, tak apa aku tak memiliki lesung pipi, lagi pula aku sudah memiliki Jungkook. Terkadang juga aku kesal karena dia semakin terlihat manis saat tersenyum jika lekukan kecil itu terlihat.

Jungkook juga punya dua gigi kelinci yang sangat tajam melebihi gigi taringnya. Pernah sekali lenganku menjadi korban gigitan gigi kelinci Jungkook, nyeriii sekali rasanya sampai aku menangis. Tahu tidak karena apa? Hanya karena aku pergi ke perpustakaan bersama Mingyu, padahal dia sahabatku, sahabat Jungkook juga. Tapi, si gigi kelinci itu cemburu.

Jungkook juga punya banyak tahi lalat. Satu di leher, satu di dekat pusar, punggung bagian bawahnya juga memiliki dua, satu pada bagian belakang bahu, juga satu di paha. Aku tahu semuanya, bukan? Jelas karena aku penggemar nomor satunya. Bahkan idolaku itu menunjukannya secara langsung.

Aku suka sekali tubuhnyaㅡatletis, padat sekali. Nyaman sekali jika berada dalam dekapnya. Hebatnya, tubuh atletis itu sudah dimiliki sejak SMA. Aku pun terkejut saat itu, di usia belasan dirinya sudah memiliki abs dan bisep yang sempurna. Kalau saat ini, ia sedang melatih tubuh bagian bawahnya, terutama paha dan kaki. Hasilnya sudah mulai terlihat, otot pahanya semakin membesar dan ketara. Semakin nyaman untukku duduk di pangkuannya.

"Hari ini ada kelas, tidak?"

"Tidak ada. Kau, seberapa padat jadwalmu hari ini?"

"Padat sekali, aku bangun sejak pukul tiga pagi."

Terlihat jelas sekali bukan perbedaannya?Jungkook dan aku, kontras sekali soal kesibukan. Aktivitasku hanya makan, tidur, belajar, bersenang-senang, mencintai Jungkookㅡbegitu siklusnya berulang setiap hari. Sedangkan Jungkook, bekerja, bekerja, dan bekerja, tentunya sambil mencintaiku, hehehe.

Sering sekali aku mendengar gadis-gadis di kampusku sedang membicarakan Jungkook. Memuja ketampanannya begitu terang-terangan di depan kekasihnya. Andai saja mereka tahu, mungkin mereka akan merasa tak enak hati atau malah mencoba menyingkirkanku. Lucu sekali rasanya saat kekasihmu disukai oleh banyak gadis. Apalagi beberapa dari mereka juga sering bertanya-tanya tentang tipe ideal Jungkook. Hey, tipe Jungkook ini yang ada di depan kalian, tahu!

Tak jarang juga aku menemukan penggemar yang lain, tipe yang paling tak ku sukai. Gadis-gadis berpikiran mesum yang sering memperbesar foto abs Jungkook jika terlihat. Bisepnya yang tak bersalah pun ikut menjadi korban padahal terbungkus oleh pakaian. Begitu pula celananya, sebenarnya apa yang mereka cari? Hey, sebagai seorang kekasih aku pun belum mengetahui isi celana Jungkook. Ya, meskipun sering mendesak saat bersamaku, kurasa. Ya, mungkin. Tapi aku tidak mau berbicara soal itu karena aku benar-benar tidak tahu.

Sebenarnya aku ingin tahu, tapi aku takut. Jungkook juga sepertinya menginginkan itu, hanya saja ia belum cukup berani. Biar bagaimana pun, ia hanyalah seorang manusia biasa yang berhasrat. Bahkan teman-temanku sudah melakukan hal itu pada hari ke seratus mereka berpacaran. Tapi kami? Entah sudah hari yang ke berapa, aku tidak mau menghitungnya. Yang pasti, kami sudah berpacaran hampir tiga tahun. Sebenarnya kami hampir melakukannya saat itu. Hanya saja Jungkook mendapat panggilan berulang kali untuk datang ke agensi. Setelah itu kami tidak pernah mengulanginya. Tepatnya Jungkook tidak pernah mencoba untuk memulai lagi.

Ah, kenapa topiknya menjadi intim begini, ya? Oke, mungkin karena aku merindukan Jungkook. Hanya itu.

Omong-omong soal Jungkook. Aku selalu bebas mengekspresikan rasaku karena aku berperan sebagai penggemar disini. Bahkan aku sering mengunggah fotonya di SNS milikku. Mengucap beribu kata cinta dengan bebas karena aku penggemarnyaㅡkekasihnya. Sedangkan Jungkook seringkali meminta maaf, bahkan sampai menangis saat tidak bisa mengakui diriku. Jungkook itu cengeng, asal kalian tahu. Hatinya rapuh, apalagi jika itu tentangku. Aku tidak ingin menyombongkan diri, tapi aku rasaㅡJungkook sudah mencintaiku terlalu dalam, dan semoga begitu.

Jungkook pernah menangis saat ia mengabaikanku selama satu minggu akibat jadwal yang terlalu padat. Bahkan ia hampir berhenti, tidak ingin melanjutkan karir hanya karena gadis bodoh sepertiku. Kalau dipikir-dipikir, aku ini beruntung sekali bisa menjadi kekasihnya. Jungkook selalu berkata bahwa dirinya ingin menjadi kekasih yang normal. Ingin menjemput saat aku pulang kuliah, ingin menonton film bersama, ingin bergandengan tangan saat berkencan diluar. Tapi itu semua tidak bisa dilakukan dengan bebas karena dirinya seorang idola.

Pernah juga saat aku terlelap, aku mendengar suara samar tapi jelas milik Jungkook karena hanya ada dirinya di apartemenku. Ia memeluk erat, berulang kali merapal maaf dan terima kasih, kemudian menangis. Ia juga berkata bahwa ia benar-benar mencintaiku, dan berjanji akan menjadi lelaki yang kuinginkan, lelaki berguna yang selalu ada saat aku butuh, bukan yang sembunyi-sembunyi seperti ini. Tapi aku sebenarnya tidak butuh itu semua, tak apa, selama aku memiliki Jungkook semuanya akan baik-baik saja. Setelah itu aku mengusap pipinya, dan ia semakin menangis. Kemudian menyembunyikan wajahnya dibalik bahuku agar tidak malu. Lucu sekali.

Jeon Jungkook itu segalanya bagiku. Mungkin bagi kalian juga. Aku ikut tertawa saat Jungkook tertawa. Bahkan aku ikut menangis saat ia menangis. Aku bisa tersenyum hanya karena melihat senyum lebarnya. Aku bisa menangis hanya karena ia sakit. Aku tidak ingin Jungkook kesakitan. Aku tidak ingin Jungkook terluka. Aku ingin Jungkook selalu bahagia, karena aku penggemar nomor satunya.

...

Aku bawa lagi cerita baru. Jangan pusing ya. Tapi kalian gak boleh berharap banyak dicerita ini. Jariku ini nakal, suka ngetik sembarangan. Jangan nagih buat update ini juga ya. Kalau yang lain masih boleh kok. Soalnya aku juga lagi mikir sesuatu buat cerita ini, dan cerita lainnya. Kayanya, mau aku bikin project, series kaya gini untuk member lain juga. Aku lagi berpikir. Semoga aja bisa terwujud. Sekarang, Jungkook dulu ya.

Terus, cerita ini juga beda karena cuma pakai sudut pandang aku, aku pacarnya Jungkook.

Jangan lupa komentar juga, butuh review. Ya, sekalian liat antusias kalian lah. Work ini, kudu lanjut, atau nggak. Hehehe.

Number One : FanWhere stories live. Discover now