07. Liburan Jungkook, Bersamaku

5.1K 573 123
                                    

Lengan Jungkook masih setia melingkar pada pinggangku. Nafasnya juga masih terdengar begitu halus menyapu keningku. Kulit kami juga masih bersinggungan satu sama lain. Telapak tanganku menyentuh dada bidangnya, merasakan detak dari sesuatu di dalam sana.

Senyumku sama sekali tidak hilang. Benar-benar terpatri sempurna karena kekasihku. Ah, sungguh. Dia memang membuatku gila.

Ingin tahu karena apa? Kemari, biar kubisikkan sesuatu.

Aku sudah melakukannya dengan Jungkook.

Dia benar-benar melakukannya dengan baik meski ini kali pertamanya (kali pertamaku juga). Ya, meskipun tidak begitu baik karena tubuhku terasa nyeri setelahnya. Tapi bukankah berarti dia benar-benar hebat? Dan astagaㅡtentang isi dibalik celana, ternyata tebakan para penggemar mesum itu memang benar adanya. Sesuatu dibalik celana Jungkook memang luar biasa. Begitu gagah, kokoh dan memenuhiku sampai sesak. Aku bahkan rela membuka lebar kedua kakiku terus-terusan hanya untuknya, hehe. Kalian jangan kecewa pada Jungkook, ya? Bagaimana pun, dia tetap seorang lelaki normal yang menginginkan kekasihnya.

"Hey, orang gila," Jungkook memberikan kecupan singkat pada bibirku. Ternyata dia sudah terjaga, "Jangan tersenyum terus seperti itu."

Bukannya menyimpan senyum kembali, aku justru semakin mengembangkannya.

"Ah, sepertinya aku yang gila," gumamnya seraya menarik tubuhku mendekat. Bahkan mendekap erat sampai sesak. Aku juga bisa merasakan degub jantungnya yang tak karuan.

"Gemas sekali denganmu, ugh," ujarnya lagi sembari memberikan kecupan-kecupan singkat pada puncak kepala.

"Terima kasih banyak sudah mempercayaiku," kalimat yang satu ini terdengar begitu tulus.

"Sama-sama. Aku menyukainya," aku mengakuinya secara terang-terangan.

"Aku lebih menyukainya. Sepertinya akan menjadi rutinitas baru, bukan begitu?"

Mendengarnya aku merasa malu. Gelenyar aneh tubuhku membuat wajahku semakin terbenam. Kilas balik saat Jungkook mencengkeram pinggulku begitu erat, ketika kepalanya berada diantara kedua kakiku yang terbuka lebar begitu menyenangkan. Ya, meskipun aku merasakan sedikit nyeri pada pinggulku.

"Sudah berapa lama tidak memotong kuku?" Tanyaku tiba-tiba

Dia terlihat berpikir, "Lupa. Yang pasti sudah tumbuh panjang saat menemuimu terakhir kali. Padahal jika saat itu kita baik-baik saja, aku akan meminta dipotongkan. Aku pasti melukaimu, ya?"

"Sedikit, tapi tak apa," aku menyingkap selimut, "Kenakan pakaianmu lalu potong kuku, anak manja."

Aku bangkit, beringsut menuruni tempat tidur kemudian memungut pakaianku yang sudah terlempar jauh akibat perbuatan Jeon Jungkook.

"Wah, sepertinya aku benar-benar hebat ya," pujinya pada diri sendiri, "Tandaku bahkan ada dibalik punggungmu, cantik."

Ya, aku memang harus mengakui kehebatannya.

"Ya, kau memang hebat, Jungkook. Kau hebat dalam segala hal termasuk bercinta."

Ia terkekeh bangga, "kau bahkan tak berhenti mendes—"

Kekehannya terhenti saat aku melemparkan jeans-nya tepat pada wajah. Karena sesungguhnya aku malu sekali jika mengingat suara yang tak terkontrol itu.

"Jahat sekali memang," protesnya lagi. Bibirnya mencebik lucu, membuatku ingin mengecup kembali.

Namun, seakan tak peduli. Aku melangkah dengan santai menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuh, bergantian dengan Jungkook. Setelahnya, aku meraih alat pemotong kuku untuk memangkas cakar si kelinci manjaku.

Number One : FanWhere stories live. Discover now