12. Liburan Jungkook Berakhir

3.4K 482 114
                                    

Liburan Jungkook sebentar lagi usai. Ah, rasanya aku tidak ingin liburan itu berakhir karena dia akan kembali menjadi Jungkook yang sibuk. Tidak akan ada lagi antar jemput ke kampus, tidak ada lagi chef untuk makan malam, dan tidak ada lagi pelukan hangat yang menemani tidurku.

Namun, belakangan aku merasakan perubahan pada diriku. Aku sedikit aneh. Sedikit malu untuk mengakui, tapi aku senang mendusal di ketiak Jungkook. Dia sering menolak, katanya jorok, tapi aku memaksa. Padahal ketiaknya juga harum, makanya aku suka. Apalagi bulu-bulu halus disana juga menggelitik sekali jika menyentuh hidungku.

"Sayang, astaga. Sampai kapan kau akan terus mengendus ketiakku?" tanyanya sembari mencoba menyingkir. Namun, tentu tidak semudah itu karena aku melingkarkan lengan pada perutnya begitu erat.

"Sampai... tidak tahu. Bayimu yang menginginkan," ucapku beriring kekehan.

"Bayi pantatmu! Kau saja sedang menstruasi. Kapan selesai, sih? Ini sudah lima hari," protesnya. Aku tahu dia rindu padaku, karena aku merasakan hal yang sama.

"Mana aku tahu? Memangnya aku bisa mengatur?" protesku kembali.

"Jangan-jangan kau berbohong?"

"Ingin kutunjukkan saat ini juga?"

Dia mendesis kesal, "Menjijikan," kemudian bergidik.

"Tapi, Jungie. Aku ingin punya bayi sungguhan."

"A-apa!?"

"Aku ingin punya bayi," pintaku sembari mencebik. Menarikan telunjuk dengan acak diatas dada telanjangnya.

"Kalau begitu, ayo lakukan dengan benar saat kau sudah selesai," katanya bersemangat, tapi aku malah tertawa.

"Bukan bayi yang seperti itu, Jungie. Bayi kucing. Aku ingin bayi kucing yang menggemaskan, seperti ini," aku beralih pada ponsel, kemudian menunjukan beberapa foto bayi kucing yang luar biasa menggemaskan. Dari sekian banyak foto, aku menyukai foto bayi kucing yang berwarna abu-abu.

"Ingin membeli sebelum aku kembali beraktivitas? Ayo, aku temani," Jungkook menyingkirkan tubuhku perlahan, kemudian memakai kasusnya yang kulepas paksa karena ingin mengendus ketiaknya.

aAku hanya diam dan menunduk. Tidak siap kalau Jungkookku harus kembali sibuk. Aku sudah terbiasa bersamanya setiap hari selama kurang lebih satu setengah bulan. Aku ingin menangis, tapi aku menahan diriku.

"Mungil, hey," Jungkook mengusap pipiku dan aku mendongak, "Ada yang kau pikirkan? Ayo, katanya ingin memiliki bayi kucing?"

Mendengar itu, aku menggeleng lemah beriring senyum tipis, "Tidak jadi. Aku ingin disini saja denganmu."

Jungkook juga ikut mengulas senyum tipis. Ia kembali duduk sebelum lengannya dilingkarkan pada perutku, dagunya diletakkan diatas bahuku, dan bibirnya mengecup pipiku berkali-kali dengan lembut.

"Pasti aku akan tersiksa lagi," katanya dengan hela nafas yang terdengar berat, "Aku pasti merindukanmu."

Aku tersenyum tipis sembari mengacak rambutnya yang dibiarkan tumbuh terlalu panjang, "Aku juga. Lagi pula, harusnya kita sudah terbiasa dengan waktu-waktu sulit seperti itu."

Jungkookku mengangguk setuju. Saat aku hendak menarik tanganku, dia menahannya untuk tetap tinggal diatas kepalanya. "Seharusnya. Tapi, aku ingin memiliki waktu seperti ini setiap hari. Berat sekali harus meninggalkanmu lagi. Maaf, ya?"

Bohong kalau aku tidak bersedih. Bahkan batinku menjerit, memohon kekasihku untuk tetap tinggal. Tapi, tentu saja aku tidak bisa dan tidak berhak melakukan itu. Jadi, aku memaksakan senyum. Berusaha memberikan setulus mungkin.

Number One : FanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang