14. Kangen!

3.8K 458 103
                                    

Aku jarang bertemu Jungkook, jarang sekali. Bahkan aku lupa kapan terakhir kali aku memeluknya. Dia terlalu sibuk bahkan sering lupa untuk mengirim pesan. Aku benar-benar ingin marah, tapi aku harus mengerti kondisinya. Ia begitu sibuk. Sangat sibuk sampai aku tidak lagi mengerti bagaimana cara ia mengatur waktu untuk dirinya sendiri.

Konklusi sederhananya, aku rindu Jungkook. Rindu sekali sampai aku malas belajar, huh. Jangan ditiru ya, teman-teman. Itu memang kebiasaan buruk yang sulit sekali aku hilangkan jika sedang merindukan seseorang. Aku akan berubah menjadi pemalas yang tidak berniat melakukan kegiatan apapun. Yang aku lakukan hanya memandang foto kami berdua, itu pun diambil tiga bulan lalu. Astaga, lama sekali. Dia begitu sibuk melakukan perjalanan dan tinggal di luar negeri.

Aku memandang ruang obrolanku dengan Jungkook. Pesanku belum juga dibaca sejak empat jam lalu. Jungkookku, kau sedang apa? Jika lelah, istirahat, ya. Ya ampun, aku ingin menangis saja rasanya.

Saat aku hanya memikirkannya (tapi masih tetap memandang ruang obrolan), tiba-tiba aku melihat perubahan disana. Pesanku dibaca oleh Jungkook!

Aku yang sedang terbaring segera bangkit untuk menunggu balasan. Namun, satu menit, dua menit, lima, sepuluh, lima belas menit, nihil. Kosong, tidak ada balasan yang kudapat meski hanya satu huruf.

Ah, aku benci diriku yang seperti ini. Hanya karena satu orang tapi berhasil membuat hari-hariku berantakan.

Jadi, daripada aku terus-terusan menyiksa diri dengan merindukan seseorang yang belum tentu merindukanku karena sibuk, aku memilih untuk tidur. Itu lebih baik karena aku tidak akan memikirkannya. Jika Jungkook tega menyiksaku lebih dari ini, mungkin ia akan hadir dalam mimpiku juga.

Namun, baru saja aku menarik selimut, ponselku bergetar dan nama Jungie muncul disana. Astaga, astaga! Aku senang sekali!

"Mungil, sedang apa? Maaf, ya? Aku baru saja selesai latihan. Aku benar-benar tidak sempat membalas pesan karenaㅡ"

"Aku merindukanmu," penggalku secara tiba-tiba.

"Aku juga sangat rindu, tapi ingin tahu sesuatu?"

"Apa?"

"Besok aku kembali ke Seoul," bisiknya.

"Sungguh?"

"Sungguh."

Astaga! Rasanya aku ingin melompat. Aku senang sekali. Jika Jungkook kembali, berarti rinduku akan terjawab. Aku tidak bisa lagi menahan. Memang benar, rindu itu berat.

"Bagaimana harimu?" tanyanya lagi.

"Buruk sekali karena merindukan seseorang."

Aku dengar Jungkook terkekeh. Rasanya senang sekali saat mendengar tawanya. Semoga kau selalu bahagia, ya.

"Tenang saja, lusa rindumu pasti akan terjawab."

"Pembohong. Minggu lalu juga kau mengatakan hal yang sama."

Dia kembali terkekeh, senangnya.

"Kali ini sungguhan. Kalau minggu lalu hanya untuk menenangkanmu karena merengek terus-terusan. Padahal aku juga rindu, tahu."

"Hehehe," kini aku yang terkekeh.

"Ya sudah, jaga diri baik-baik ya, Mungilku. Jangan belajar terlalu banyak, nanti kau kelelahan. Aku tidak ingin mendengar keluhanmu saat bertemu," pesannya.

"Siap, Kapten!"

Jungkook kembali terkekeh.

"Kau juga jangan kelelahan, ya? Aku tidak ingin kau jatuh sakit, Jungie. Jangan memaksakan dirimu, mengerti?"

Number One : FanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang