16 | Highgate

87 29 33
                                    

Ada keraguan luar biasa yang menyerang benakku ketika aku memberitahu Zevania bahwa tempat selanjutnya yang akan kami kunjungi adalah Highgate, lebih tepatnya Highgate Cemetery, lebih tepatnya lagi ... tempat peristirahatan terakhir Dave Collins. Begitu mendengar saranku pun ekspresi wajah Zevania berubah seketika, tidak seantusias biasanya. Awalnya kupikir dia akan menolak, rupanya dia hanya tersenyum tipis dan mengangguk setuju.

Cepat atau lambat, aku tahu kami akan mengunjungi Dave meski sama-sama tidak pernah mengungkitnya. Aku kemari setiap Dave ulang tahun, yang jarak hari kelahirannya hanya berbeda dua hari dengan hari kematiannya. Karena kunjungannya pada penghujung tahun, aku biasanya akan menceritakan rekapan kehidupanku dalam dua belas bulan terakhir kepada Dave. Aku berbicara dengannya seolah-olah dia masih hidup, duduk di hadapanku di salah satu meja The Aksov, bukan terbaring di bawah tanah.

Aku memberitahu Zevania semua itu; tentang kebiasaanku. "Masih sulit untuk menerima kenyataan bahwa dia sudah tidak ada di dunia ini lagi meski sudah lewat sepuluh tahun." Aku mengakhiri ceritaku pada Zevania. Tidak ada air mata lagi, semua sudah terkuras. Namun, berbeda dengan Zevania yang berdiri di sisi seberang makam Dave. Dari tempatku berdiri, aku dapat melihat hidungnya sudah memerah. Dia masih menahan air mata kurasa. Aku jadi menyesal telah membawanya kemari, Zevania tidak pernah sesedih ini selama empat hari terakhir.

Zevania mengangkat kepalanya ke langit yang mendadak mendung kelabu. Dia mengembuskan napasnya perlahan sebelum kembali menunduk memandangi batu nisan Dave dengan sedikit lumut menyelimutinya. "Hello, Dave. Apa kabar? Ini pertama kalinya aku menyapamu duluan. Biasanya kau yang selalu menyapaku. Kau menyebalkan, kau tahu? Aku selalu kesal ketika kau menyapaku."

Aku harus menutup mulutku dengan tangan agar tidak keluar suara tertawa. Ini pertama kalinya juga aku melihatnya mengobrol seperti itu dengan Dave, menipu diri sendiri seakan-akan Dave bersama kami. Aku senang mendengarnya. Dulu sewaktu Dave masih bersama kami, Zevania tampak tertekan setiap Dave mengajaknya bicara. Tadinya kupikir hanya aku yang melihatnya demikian, tetapi Emre dan Ryan juga.

"Tapi sekarang ... aku berharap kau menyapaku. Oke, maksudku, tidak langsung sekarang menyapaku juga—tidak setelah ini semua terjadi." Zevania menatapku, memberi tatapan yang seolah-olah berkataaku-telah-mengacau. Aku membalasnya dengan berkata "It's okay." tanpa suara. Kemudian, dia kembali melanjutkan, kini berjongkok di sebelah batu nisan Dave. "Aku kembali, Dave. Aku kembali ke London. Dulu aku sempat berpikir apabila aku tidak pernah ke London, mungkin kau masih ada di sini."

Hatiku tertusuk mendengarnya. Zevania juga menyalahkan dirinya atas kematian Dave dan bisa-bisanya dulu aku memikirkan kemungkinan jika seandainya Zevania tidak pernah ke London; sebuah pemikiran yang sama dengan Zevania. Bedanya aku terdengar seperti seorang brengsek. Tidak seharusnya aku menyalahkan Zevania. Kedatangannya ke London dan kematian Dave, semuanya adalah takdir. Semua manusia di Bumi ini juga akan mati, yang berbeda adalah cara dan waktunya.

"Klub bola favoritmu adalah Liverpool." Zevania sekilas menoleh padaku untuk memastikan, aku mengangguk sebagai jawabannya. "Kalau kau masih ada di dunia ini, aku yakin sekarang kau sedang ikut tur pramusim Liverpool. Lalu kau juga menjadi salah satu pencetak gol ketika Manchester United kalah di Anfield 7-0. Lalu aku akan menyumpahimu setiap ada pertandingan Liverpool."

Oke, kali ini aku tidak bisa menahan tawaku lagi. Zevania benar-benar berbicara seolah-olah Dave ada di sini. Pengandaiannya terdengar konyol, tapi dalam hati aku juga berharap itulah kenyataannya. Dave Collins; ujung tombak Liverpool. Tidak masalah jika aku gagal menjadi kiper Arsenal, yang pasti aku tahu Dave akan berhasil meraih impiannya.

"Andrew bilang dia selalu bercerita padamu tentang apa yang terjadi di kehidupannya, jadi aku akan melakukan hal yang sama."

Tawaku berhenti. Aku memasang telinga, tidak bermaksud menguping, tapi aku juga ingin ikut mendengar perjalanan hidup Zevania.

Journal: The LessonsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang