Anamnesis/Pasangan Takdir (Mystery)

205 10 14
                                    

Like faded film, the certain today
will eventually grow hazy.

In a fleeting time and light,
I laughed triflingly.

At the bottom of entwined memories
For the sake of finding someone,
I believe even now.

"Why...does my heart hurt?"
In the corners of my heart, I embrace unease.

Although I'm afraid of living,
my meaningless questioning continues.

In the middle of lost memories,
I seek to save someone.
Your voice
takes ahold of me
Because even if it's small, even if it can't be heard
I'm scooping it out, for your sake.

When we meet again, in distant days
Even now, a brilliant light is lit

On nights when I'll probably lose something
I'll always return
to the place that only I know of.


ANAMNESIS

(Song: Anamnesis by Annabel)


Airmata menetes lagi di pipi mulus dan seputih kapas yang diterpa angin dingin. Beberapa orang yang melewati jalan itu dan melihat seorang pria tinggi dengan tubuh berdiri tegap berbisik melihatnya tiba-tiba menangis dan berhenti di tengah jalan. Tidak menghiraukan pandangan orang-orang yang lewat di hari dingin itu, dia memejamkan matanya. Mencoba merasakan sesuatu, mencoba mencari sesuatu.

"Aku tidak sanggup hidup lagi"

"Tidak,"ucapnya tiba-tiba. Disekanya airmata yang tak terbendung lagi di pelupuk matanya, dia lalu berlari meninggalkan tempat itu.

Dimana kau berada?


***


Gadis itu menghela nafasnya berkali-kali. Tidak sanggup sekali lagi membuka matanya. Tidak sanggup sekali lagi memasang telinganya. Tidak ingin mencium aroma bau yang kerap dia rasakan. Tempat itu begitu tenang dengan beberapa siswi yang belajar dengan focus menghadapi ujian pertengahan semester namun tidak bagi seorang HwangYeji. Kepalanya ingin pecah akan kebisingan yang hanya dia rasakan.

"Aku ingin mati. Aku tidak sanggup hidup lagi,"gumamnya sambil menatap ke langit biru. Satu-satunya tempat yang bebas dari pemandangan yang selama ini dilihatnya.

"Tidak"

Yeji tertegun. Dia mendengar lagi suara itu. Suara siapakah?

'Siapa? Hei, apakah kau bisa mendengarkanku?! Jawab aku!'jerit Yeji dalam hati.

Percuma. Seperti biasa, tidak ada lagi jawaban. Yeji hanya mendesah lemah. Dunia ini terlalu berat untuk dia jalani.


***


Mati! Mati! Mati!

Sekuat apa pun gadis itu mencoba menutup hati dan telinganya, bisikan-bisikan penuh kemarahan dan kebencian itu terus mengikutinya. Kali ini lagi-lagi dia merasakan langkahnya begitu berat dan tidak jarang dia hampir terjatuh saat menunggu kereta di peron karena beberapa makhluk astral yang cukup kuat dan jahat mencoba menarik syal yang dia pakai. Beruntung itu bukan waktu untuk Yeji meninggalkan dunia ini.

About Us 1 (2Hwang)Where stories live. Discover now