Who?

2.5K 250 18
                                    

"Haechan, kau sudah sampai di apartemen? Kenapa tidak mengabariku, kau tahu kan kalau aku khawatir padamu? Apalagi setelah kejadian di taman..."

"Maaf Jen, tadi begitu sampai aku melihat ada penghuni baru di samping kamarku. Jadi kupikir kau tidak perlu khawatir karena aku memiliki tetangga. Jika terjadi sesuatu aku bisa berteriak minta tolong bukan?"

"Tapi, Chan.. kupikir lebih baik kau pindah saja.. jika tidak mau tinggal bersamaku, aku bisa membantumu mencari apartemen lain.."

"Kita bicarakan nanti ya Jen.. oh, bagaimana meeting-mu hari ini? Lancar tidak?"

Haechan dan Jeno berbicang cukup lama di telepon, membicarakan banyak hal yang terjadi selama sepanjang hari. Salah satu hal yang disukai oleh Haechan dari Jeno adalah, pria tampan tersebut tidak pernah kehabisan topik pembicaraan, ada saja yang dibahas dan dikatakan membuat Haechan tertawa walau terkadang Haechan tidak mengerti apa yang dimaksud oleh kekasihnya itu. Yang jelas Jeno membawa kebahagiaan tersendiri untuk Haechan.

Haechan tertidur sambil masih menggenggam ponselnya, sambungan teleponnya sudah terputus sekitar satu jam yang lalu. Rintik hujan yang menetes terdengar cukup nyaring memecah keheningan malam.

Sraakkk, srrakkk...

Telinga Haechan sedikit terusik mendengar suara-suara di dalam kamarnya. Sebenarnya Haechan cukup terbiasa dengan gangguan suara-suara di apartemennya, jadi Haechan tidak bersusah payah untuk membuka matanya, hanya beringsut memperbaiki posisi tidurnya sambil melenguh kecil.

Krieettttt....

Suara pintu berderit, terdengar familiar di telinga Haechan. Mata Haechan sedikit terbuka, mengerjap sangat perlahan karena enggan untuk kembali ke dunia nyata. Haechan menoleh dan berbalik untuk mengambil gulingnya, melanjutkan tidurnya di alam mimpi. Sebelum matanya membelalak sempurna karena telinganya mendengar sebuah lagu yang berbunyi.

Instrumen dari sebuah lagu jadul yang mengalun benar-benar membuat mata Haechan membulat dan darah di dalam tubuhnya berdesir. Itu sungguhan berasal dari kotak musik kayu miliknya. Bagaimana bisa berbunyi sendiri? Siapa yang membuka kotak musiknya? Seingat Haechan, kotak musik kayu miliknya itu berada di meja rias kamarnya. Tidak mungkin terbuka sendiri tengah malam seperti ini.

Haechan bukan seseorang yang percaya makhluk halus atau apapun itu. Pikirannya cukup realistis, jadi saat ini Haechan benar-benar berpikir apakah ada seseorang yang berada di dalam kamarnya? Mengingat kembali suara pintu yang terdengar tidak asing, seperti bunyi derit pintu kamarnya sendiri karena memang sudah harus diminyaki engselnya agar tidak menimbulkan bunyi. Tapi pintu kamarnya terkunci! Haechan yakin sudah menguncinya.

Gemetar, itu yang di rasakan Haechan namun tidak berani menoleh sedikitpun. Terlalu takut. Tangannya yang masih menggenggam ponsel, berusaha menekan tombol panggilan darurat. Nomor panggilan darurat pertamanya adalah milik Jeno. Pikiran Haechan kacau sekali, suara tut... tut.... Yang berasal dari ponsel Haechan terdengar nyaring di kamar itu walaupun Haechan tidak mengaktifkan mode loud speaker-nya. Berharap Jeno segera mengangkat teleponnya. Namun nihil, panggilannya terhenti karena Jeno tidak menjawab, tentu saja karena ini sudah dini hari.

"Hhhhhh.... Hhhhhhh"

Haechan menangis mendengar suara hembusan nafas yang terdengar berada di dalam kamarnya. Diiringi lagu instrument dari kotak music yang sebelumnya merupakan melodi favorit Haechan, entah kenapa malam ini terdengar begitu sumbang di telinganya. Apakah yang berada di kamarnya saat ini adalah si pembunuh? Pria bermasker? Bukankah polisi masih berjaga di daerah ini?

Tuk.. Tuk... Tukk...

Seseorang itu tampak mengetuk-ngetukkan jari telunjuknya di meja rias kamar Haechan.. menimbulkan bunyi berirama seakan memanggil dan menunggu Haechan untuk menoleh pada dirinya. Kamar Haechan itu kecil dan sempit. Jika Hachan nekat menoleh, Haechan yakin akan langsung berhadapan dengan siapapun itu yang berada di kamarnya. Buku jari Haechan memutih dalam kepalan, keringatnya mengucur deras membuat dahinya basah.

WITNESS [END]Where stories live. Discover now