Fright ⚠️

3.9K 238 36
                                    

Malam itu Jeno benar-benar menginap dan tidur bersama Haechan, setelah sebelumnya menutup pintu yang sudah rusak karena di dobrak olehnya asal-asalan kemudian mengganjalnya dengan meja. Lagipula tidak ada yang akan masuk, dan Jeno ada di sana jadi tidak usah khawatir. Selain itu, nampaknya Haechan hanya bermimpi, tidak mungkin ada yang bisa masuk jika gemboknya saja masih terkunci? Begitu pikir Jeno. Haechan sendiri tidak dapat tertidur dengan lelap, Haechan sering terbangun karena gelisah dalam tidurnya, dan setiap Haechan terbangun Jeno akan langsung memeluk dan mengusap punggung sempit Haechan. Membuat Haechan kembali tenang dan tertidur.

"Jen.. bangun.. kau harus pergi ke kantor pagi ini bukan?"

Haechan mengguncang pelan badan kekar Jeno yang masih tidur dengan posisi telungkup memeluk bantal. Jeno mengerjap perlahan, matanya terlihat jelas menunjukkan bahwa Jeno masih sangat mengantuk. Jika saja Jeno tidak ingat bahwa ini hari Senin dan harus mempresentasikan hasil meetingnya kemarin bersama sang atasan, rasanya Jeno ingin izin saja.

"Sarapan dulu ya, aku membuat nasi goreng kimchi untukmu.."

"Kau bangun jam berapa Chan untuk memasak? Wah, terimakasih ya..."

Jeno dan Haechan memakan masakan sederhana buatan Haechan bersama, Jeno menghabiskannya hanya dalam sekejap, entah karena lapar atau memang menyukai masakan tersebut. Sebenarnya Jeno ingin tambah namun sepertinya tidak ada lagi, lagipula kasihan jika Haechan harus memasak lagi dan Jeno tidak mau terlambat. Sebelum pergi ke kantornya Jeno menelepon tukang kenalannya untuk memperbaiki pintu apartemen Haechan. Haechan mengambil ponselnya dan mengetikkan pesan pada atasannya di minimart bahwa hari ini Haechan tidak dapat masuk shift pagi-nya karena harus menunggui tukang yang mereparasi pintu apartemennya.

Haechan melempar ponselnya ke sofa, duduk sambil memperhatikan dua orang tukang yang disuruh oleh Jeno sedang memalu dan menggergaji beberapa bagian pintu yang rusak untuk ditambal menggunakan yang baru. Pikiran Haechan berkelana berusaha mengingat kejadian semalam. Rasanya itu nyata kok, bukan mimpi, Haechan yakin sekali. Bahkan suara pria yang terdengar distorsi itu seakan terngiang-ngiang di telinga Haechan bahkan saat Haechan tertidur, membuatnya terbangun berkali-kali karena gelisah.

"Jangan kemana-mana.... Jangan kemana-mana.... Tetap tinggal disini, jangan kemana-mana...."

Haechan beranjak dari duduknya, karena tubuhnya bergidik sendiri membayangkan suara yang seakan berbisik di telinganya. Haechan memilih untuk membuatkan teh hangat untuk para tukang yang tampaknya masih bergelut dengan pekerjaannya. Saat Haechan sedang memberikan gelas berisi teh hangat itu, pintu sebelah kamar apartemennya terbuka, sesosok pria yang baru saja sehari menjadi tetangganya muncul dengan rambut yang masih basah, baru keramas sepertinya.

"Hai Mark? Selamat pagi.."

"Oh pagi Haechan... sedang memperbaiki pintumu yang semalam dirusak kekasihmu ya?"

Haechan mengangguk malu, pasti semalam Mark sangat terganggu apalagi Jeno mendobrak pintunya itu dini hari. Mark sampai terbangun dan bertemu Jeno. Haechan mengerjap seketika, menghampiri Mark ingin menanyakan sesuatu.

"Ehm... M-mark... semalam.. apa kau benar-benar tidak mendengar suara apapun? Selain suara pintu didobrak maksudku..."

Mark tampak berpikir sejenak, mencoba mengingat kemudian menatap Haechan lalu menggeleng pelan.

"Tidak, rasanya aku tidak mendengar apapun sampai suara kekasihmu itu berteriak memanggil namamu dan mendobrak pintu. Kupikir awalnya kalian sedang bertengkar tapi rasanya mustahil juga, jadi aku memutuskan keluar dan menghampiri kamarmu. Memangnya semalam kau kenapa? Kekasihmu itu juga menanyakan hal sama padaku."

Haechan tercenung, yakin sekali itu nyata terjadi!

"Haechan...?"

"A-ah ya... tidak kok tidak ada apa-apa. Aku hanya berpikir ada seseorang yang masuk ke kamarku semalam, tapi karena Jeno bahkan harus merusak pintunya dan tidak ada tanda-tanda orang yang masuk... hmm,, mungkin itu hanya mimpi atau halusinasiku saja... terlalu takut bisa membuat kita bermimpi buruk ya?"

WITNESS [END]Where stories live. Discover now