Occurrence

1.8K 197 33
                                    

Sejak Yeri ditemukan meninggal dengan cara yang sangat mengerikan, Mark juga Jeno bergerak cepat untuk mencari tumbal. Seseorang yang dapat dengan mudah disalahkan, bagian dari rencana mereka untuk membuat Haechan semakin bingung. Siapa itu Jongin? Kenapa Jongin mengaku sebagai kekasih Yeri dan menyerahkan diri pada kepolisian sebagai pelaku pembunuh Yeri?

Mark mengetahui sejak dirinya menculik Yeri hari itu, bahwa ada seorang pria yang membuntuti mereka. Mark berpura-pura tidak melihat, membiarkan pria tersebut mengintai pergerakannya. Dan pria bernama Jongin itu sedikit terlambat menyusul sang kekasih, Yeri yang dibawa ke sebuah taman terbengkalai di samping apartemen Haechan. Mark mengemudikan mobilnya dengan cepat membuat Jongin kehilangan jejaknya untuk sesaat. Dan ketika Jongin tiba di taman tersebut, Jongin berhenti karena melihat mobil Mark yang terparkir di sisi jalanan yang sepi.

Jongin menemukannya di sana. Mayat sang kekasih dengan rupa yang sudah tidak berbentuk lagi. Jongin tidak bisa berteriak ataupun menangis, perutnya sungguh mual melihat pemandangan di hadapannya. Darah yang menggenang begitu kental serta ceceran otak dan bagian dalam kepala sang gadis.

Cekrek. Cekrek.

Jongin menoleh panik pada suara yang terdengar tadi, mendapati sosok pria yang dibuntutinya sejak sore tadi nampak mengambil gambar dari sebuah kamera polaroid. Pria bermasker hitam itu menarik hasil foto polaroidnya dan mengibas-ibaskannya dengan perlahan, menunggu gambar muncul dari sana.

"Kau... ka—kau membunuh Yeri, bajingan.. bangsat kau..."

Jongin takut-takut berdiri melihat Mark yang masih memegang palu berlumuran darah, dan sebelah tangannya menunjukkan foto yang baru saja diambilnya. Kamera polaroidnya tergantung di bahu. Mark terkikik melihat wajah ketakutan pria di depannya. Sumpah Mark sangat menyukai ekspresi dari orang-orang yang merasa hidupnya tidak lama lagi. Pemandangan indah bagi Mark.

"Lihat foto ini... aku akan mengirimkannya pada media atau polisi...hihi.."

"M—mereka tidak akan mempercayaimu, sialan.."

"Oh? Coba saja... asal kau tahu.. kami bisa melakukan apapun... termasuk... membantai keluargamu... Ahhh kupikir adikmu cukup manis juga untuk menjadi mangsaku... siapa ya namanya kikikikkkkk, oh... Sunghee ya? Dan ibumu? Aku penasaran dengan teriakannya jika aku mematahkan tangan dan kakinya.. kkkkkk.... Pasti merdu sekali,, merdu..."

Jongin membulatkan matanya. Bagaimana pria sinting di depannya ini mengetahui nama adiknya? Jongin menggelengkan kepalanya. Jangan sampai pria ini menyentuh adik perempuan kesayangannya, apalagi ibunya!

"Kenapa diam? Diam?..."

"Ja—jangan sakiti keluargaku...." Jongin mengepalkan tangannya.

"Boleh.. boleh, kukabulkan... tapi aku memiliki satu kondisi... hihi, menurut dan keluargamu selamat, Kim Jongin?"

Jongin tidak memiliki pilihan, melirik miris pada sang kekasih yang tergeletak tidak bernyawa. Memejamkan mata memikirkan wajah tidak berdosa adik dan ibunya yang mungkin akan terseret jika Jongin tidak mengikuti kata-kata dari orang gila di depannya. Jongin bukan tidak ingin melawan, tubuhnya kaku sekali karena ini pertama kalinya Jongin melihat mayat dengan kondisi mengerikan dan jujur saja itu membuatnya takut. Melawan orang tidak waras dengan palu berujung runcing di tangannya? Jangan harap kau menang.

Pada akhirnya Jongin berjanji akan mengikuti keinginan Mark untuk menyerahkan diri pada kepolisian, mengaku bahwa dirinya membunuh Yeri karena Jongin tidak ingin Mark menyakiti keluarganya.

--

Tok Tak Tok Tak

Suara palu dan gergaji mesin terdengar hingga unit apartemen Mark yang letaknya di samping Haechan. Membuat Mark keluar dari apartemennya dan menghampiri Haechan yang sedang memberikan segelas teh hangat pada para tukang yang sedang bekerja memperbaiki pintu yang didobrak Jeno semalam.

WITNESS [END]Where stories live. Discover now