Fire

1.9K 200 33
                                    

Asap api mengandung partikel yang sangat halus, partikel kecil di udara inilah yang paling berbahaya bagi tubuh karena partikel halus yang ukurannya lebih kecil dari 2,5 mikron ini mampu menembus jauh ke dalam paru-paru. Memberikan reaksi awal terbatuk dan sesak. Dan Haechan merasakannya, dadanya sakit karena sulit meraup oksigen. Tubuhnya terasa panas dan hidungnya tercemari bau pekat dari sesuatu yang terbakar. Terbakar?

Haechan membuka matanya, tubuhnya berada di gendongan seseorang. Mata Haechan melihat ke sekeliling apartemennya dan sejauh yang dapat Haechan lihat hanyalah kobaran api. Haechan otomatis berusaha menahan nafasnya karena asap yang terhirup olehnya membuat dadanya semakin sesak.

Apartemen Haechan terbakar, Haechan terengah dan terbatuk-batuk dalam gendongan Jeno. Jeno berusaha menerobos si jago merah yang tampak tidak terkalahkan, menjulang tinggi dan menghanguskan apartemen itu dengan segala isinya. Seingat Haechan, dirinya bercinta dengan Jeno dan berakhir dengan Haechan yang fall out. Dalam hati Haechan bertanya-tanya kenapa bisa terjadi kebakaran.

"Haechan, bertahanlah.. aku akan menuruni tangga.."

"Uhukkk.. uhukk... Jenh..."

Jeno yang berhasil keluar dari apartemen Haechan dengan segera membawa tubuh sang kekasih menuruni tangga yang gelap tanpa penerangan. Sepertinya api memang berasal dari lantai enam, karena sekarang begitu Jeno menuruni tangga di lantai lima, tidak ada yang terbakar. Jeno dengan cepat membawa Haechan menuju dasar karena para penghuni apartemen yang notabene hanya sedikit itu mulai keluar dan berteriak serta memanggil pemadam kebakaran. Apartemen sialan ini tidak menyediakan tabung APAR [Alat Pemadam Api Ringan] yang merupakan salah satu syarat umum dari sebuah gedung bertingkat.

Haechan yang dadanya semakin terasa sesak karena terlalu banyak menghirup asap mengeratkan tubuhnya pada Jeno dan memutuskan untuk kembali menutup matanya. Haechan lelah sekali, dan pikirannya sedikit terganggu karena sebelum menutup matanya, kali ini pun Haechan seperti melihat sosok Mark sedang memandangi apartemen yang mulai menghasilkan asap hitam membubung tinggi dari parkiran sambil menunjuk-nunjuk. Mirip dengan gestur yang dilakukan sang pembunuh saat Haechan memergokinya. Haechan sedikit paham, pria bermasker tersebut saat itu sepertinya sedang menghitung ada di lantai berapa kamarnya.

Jika memang itu Mark, memang lebih baik jika Haechan hanya berhalusinasi saja. Sosok yang tampak dari parkiran apartemen itu menoleh dan menatap manik mata Haechan yang sudah begitu sayu, lalu tersenyum miring tepat setelah Haechan menutup kedua matanya.

Keesokan harinya, Haechan yang sudah sadar terbangun dengan tubuh yang sudah dibersihkan dan memakai pakaian tidur yang tampaknya terlalu besar di tubuh tan-nya. Haechan hafal harum parfum yang menguar lembut dari pakaian yang dipakainya. Harum Jeno, kekasihnya. Haechan bergelung di dalam selimut, teringat ucapan Jeno yang memanggilnya dengan sebutan manis serta perbuatan Jeno yang menggunakan mainan seks pada dirinya. Haechan bergidik. Jeno-nya agak sedikit aneh kemarin dan itu membuat Haechan berpikir yang tidak-tidak dan takut.

"Sudah bangun?.. Apartemenmu terbakar Chan.. menurut penyelidikan api berasal dari konslet aliran listrik di lantai enam."

"Jen, aku..."

"Apartemenku. Kau tinggal denganku dulu ya? Seluruh isi apartemenmu hangus."

Haechan menghela nafas, memang tidak ada benda berharga di apartemen murah miliknya itu. Haechan tidak punya benda mahal di sana selain ponselnya. Dan tampaknya ponselnya pun tidak terselamatkan. Haechan baru akan beranjak dari ranjang namun Jeno menahannya agar tetap duduk di ranjang.

"Diam saja di situ. Aku akan membawakanmu makanan."

"Um.. tidak. Aku tidak sakit.. aku akan membantumu menyiapkan makanan dan makan di meja makan."

WITNESS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang