13. Korban Kemarahan Bain

9 7 0
                                    

•°•°•

Kaki jenjang Bain terus melangkah, membawanya menjauh dari kediaman Xan Martis. Hatinya sudah tak karuan, ingin sekali rasanya mati dan menghilang dari bumi ini untuk selamanya. Akan tetapi, pikiran sesatnya itu segera ia tepis. Bain harus menemukan seseorang yang kini memenuhi ruang kosong di kepalanya itu.

Semula Bain tidak berniat memanfaatkan salah satu kemampuannya yang ia sembunyikan. Tapi, karena jarak yang Bain tempuh dari kediaman Xan Martis ini jauh, ia memutuskan untuk menggunakannya.

Teleportasi.

Ya. Sebenarnya Bain memiliki kemampuan teleportasi. Ia satu satunya keturunan di keluarga Shao yang memilikinya. Namun, Bain sengaja menyembunyikannya dari mereka. Asap hitam mengepul di sekeliling tubuh Bain menandakan teleportasi berhasil diaktifkan. Terhitung cukup lama Bain tidak menggunakannya.

Kali ini tujuannya adalah kota Southwest. Kota kelahiran Xeon. Pemuda ini mengincar Xeon.

"Akan kulenyapkan manusia bodoh itu sebelum ia kembali menyakiti Esha," ucap Bain geram.

Bain rasa, Xeon juga berpengaruh besar pada keselamatan Esha karena Xeon juga lahir di hari Jumat. Terbukti saat pemuda itu memeluk Esha yang malah membuat gadisnya tak sadarkan diri. Dendam dalam dirinya perlahan mulai tersulut. Sungguh, cinta membuatnya tak mampu berpikir dengan sehat.

Kalau saja Xeon tidak datang di hari itu, mungkin apa yang menimpa Esha tidak separah itu. Lihat, 'kan? Esha bahkan mengancam hendak menghabisinya tadi. Entah dalam keadaan sadar atau tidak, tapi ucapannya begitu menyakitkan bagi Bain.

Sepersekian detik Bain telah sampai di perbatasan kota West dengan kota Southwest. Ia sengaja memilih untuk tidak langsung menuju kediaman Xeon, karena sudah pasti pemuda yang akan dikunjunginya itu curiga dengan kemampuan teleportasi milik Bain. "Menyusahkan! Kalau bukan karena Esha, aku tak sudi menapaki kota ini."

Kediaman Xeon tak jauh dari perbatasan, yaitu setelah hutan perbatasan yang tidak terlalu luas. Pemandangan di kanan kirinya tak jauh berbeda dari hutan selatan milik petani Amen. Masih sama, hutan ini dipenuhi pohon-pohon apel yang tumbuh subur. Entah kenapa, melihat buahnya saja membuat Bain lama-lama muak. Bain semakin mempercepat langkahnya.

Tak lama kemudian, Bain telah sampai di depan sebuah gapura yang cukup tinggi. Dipandangnya bangunan kuno yang ada di dalam sana. Tanpa ragu, Bain membawa dirinya memasuki pekarangan rumah Xeon. Dengan langkah tegasnya Bain menuju pintu utama rumah Xeon yang kemudian menatapnya lamat-lamat.

Pintu dari kayu jati yang diukir sedemikian rupa itu menarik perhatian Bain untuk mencoba mengetes seberapa kuat pukulan tangan kirinya. Baru saja hendak mengangkat tangannya ia dikagetkan dengan sebuah tangan yang baru saja menepuk pundaknya.

"Kau baik-baik saja, Bain? Ada apa?" Pertanyaan itu membuat Bain menoleh dan hanya menatap datar tangan orang itu yang masih menempel di pundaknya.

Sontak perlakuan Bain membuat Xeon menurunkan tangannya sembari tersenyum kikuk. "Maaf. Ada perlu apa sampai kau jauh-jauh datang kemari?"

"Kau tau Veneris harus menjauhi Iovis?" tanya Bain perlahan melangkah maju. "Ada atau tidaknya hubungan darah, jika itu sudah menyangkut Veneris dan Iovis kau pasti tau ketentuan itu, Xeon."

Xeon paham ke mana arah pembicaraan Bain kali ini. "Kau sendiri bagaimana, Tuan Veneris?"

"Jangan sekali-kali memanggilku dengan nama itu!" desis Bain.

"Bukankah kau yang mengingatkanku perihal fakta itu saat aku melupakannya, Bain. Untuk apa kau marah seperti itu?"

"Itu karena kau pembawa sial untuk Esha!" Nada bicara Bain perlahan semakin meninggi. Emosinya sedang diuji kali ini.

Sedangkan Xeon hanya terkekeh pelan. Sepertinya Bain salah memilih Xeon sebagai lawan debatnya. "Lantas sebutan apa yang cocok bagiku untuk memanggilmu?"

"Tutup mulutmu, Xeon!"

Tanpa takut Bain menodongkan pedangnya yang entah sejak kapan sudah berada dalam genggamannya itu pada leher mulus Xeon. Pemuda yang mendapat serangan mendadak itu pun hanya reflek memundurkan kakinya demi menjauhi mata pedang yang  terasa dingin saat permukaan pedang  menyentuh kulitnya. "Kau, kau harus mati, Xeon!"

"Apa kau seorang Tuhan? Asal kau tahu, Bain. Takdir mempertemukan kita yang sama-sama terlahir di hari Jumat hingga memiliki nama Veneris. Tapi, kita tidak tahu siapa yang ditakdirkan menjadi keturunan Veneris terakhir. Entah itu diriku sendiri atau kau, Bain," jelas Xeon yang masih tenang. Tapi, di tangan kanannya juga sudah muncul pedang miliknya yang kemudian ia gunakan untuk menyingkirkan pedang Bain dari hadapannya.

Tatapan Bain yang awalnya terlihat angkuh itu pun perlahan meluruh. Ia masih belum paham dengan ucapan Xeon. "Apa maksudmu keturunan terakhir Veneris?" Pertanyaan itu membuat Xeon kembali terkekeh-kekeh.

"Di antara kau dan aku adalah keturunan Veneris terakhir. Kau tahu bukan? Bagaimana jika kedua keturunan terakhir Veneris dan Iovis bertemu? Bahkan kota South mungkin bisa hancur dilahap kemarahan salah satunya." Xeon menghembuskan napas panjang. "Lagi pula, kemarin aku juga tidak sengaja mengunjungi Xelo di hari Jumat. Dan aku tidak tahu kalau kau juga ada di sana. Dua lawan satu, sudah pasti Iovis kalah karena harus melawan dua Veneris sekaligus tepat pada hari lahirnya Si Lawan."

Tidak ada jawaban dari Bain melainkan pedangnya yang berbicara. Bain memainkan pedangnya dihadapan wajah Xeon. Bisa saja Xeon berdalih seperti itu karena ia sedang melindungi dirinya sendiri agar selamat dari Bain yang menuduhnya semena-mena.

Dengan sigap pula Xeon menangkis serangan dadakan yang dilancarkan oleh Bain. Sementara Bain menyerangnya maju, hal itu dimanfaatkan oleh Xeon untuk membawa Bain keluar dari teras rumahnya. Karena sudah pasti jika mereka bertarung, maka akan ada setidaknya setitik goresan pada benda di sekitarnya.

"Sampai kapan kau akan terus seperti ini, Bain? Aku prihatin melihat Xelo yang tampak tertekan seperti itu," ujar Xeon yang dengan tenang ia terus menangkis serangan pedang dari lawannya itu.

"JANGAN IKUT CAMPUR DENGAN URUSANKU, XEON!"  teriak Bain, amarahnya semakin menjadi-jadi. Kemudian, muncul cahaya biru kehitaman di tangan kiri Bain.


°•°•°

Iovis Ebshaara✓ [Sudah Terbit]Where stories live. Discover now