[1] Manusia-Manusia Ganteng!

4.9K 155 22
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ ﷲِالرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Selamat datang di cerita pertama saya
"Surat Takdir Dari Tuhan"

Selama kalian membaca cerita ini,
semoga ada manfaat yang bisa kalian ambil, ya.

Vote dan komen cerita ini,
karna hal yang bagi kalian kecil
justru paling dihargai sama penulis.

Boleh mengkritik, asalkan membangun
jangan yang menjatuhkan.
Down hanya karna komen-komen jelek
itu nggak enak, lho.

Baik.
Selamat mengikuti kisah
penuh canda tawa.

NOTE: DIBACA PELAN-PELAN DAN PAKE PERASAAN!!

***



"Abang!!!" Pekik dua bocah berusia sekitaran 10 tahun sembari berlari terbirit-birit mendekat pada dua pemuda dengan tangan direntangkan bermaksud agar kedua pemuda itu memberikan pelukan selamat datang.

Hap

"Hwaaa!!! Bang Isrul makin ganteng!!" Sorak salah satu bocah tersebut ketika telah berada di gendongan pemuda berkulit kuning langsat, Muhammad Sofyan Al-Khair nama bocah itu, panggil saja, Fyan.

Yang dipuji tersenyum bangga —Atharauf Afnan Isrul menyenggol bahu kakaknya main-main. "Denger tuh, Zul. Gue cakep katanya, haha... Bangga banget gue dengernya..."

Sedangkan yang disenggol hanya memutar bola mata malas. Ia menunduk menatap satu lagi anak laki-laki yang juga tengah mengfokuskan atensi padanya dengan pandangan yang lekat.

"Napa lo liatin gue?" tanya pemuda itu sewot, nama lengkapnya Atharauf Azlan Nuzula, kerap kali disapa Azlan, namun adiknya lebih sering memanggil dengan nama belakangnya, Nuzul. Keren gitu katanya.

"Yah, karna saya punya mata, bang." Balasnya dengan wajah datar, namanya Wais Syafwan Zaid, panggilannya Wais. Ia adalah sahabat terdekat Fyan sekaligus sepupu Azlan dan Afnan dari keluarga ibu.

Azlan melongo, "gue juga tau itu,"

"Terus kenapa abang nanya?"

"Mau aja!"

"Kesian, kurang kerjaan amat, bang."

"Emang kamprett bocil kematian!!!" kelakar Azlan, tak tahu harus membalas apa ucapan Wais yang dari dulu selalu meng-skakmat ucapannya sampai ia tidak bisa berkata-kata, padahal masih bocil.

Melihat keduanya adu mulut, Afnan menggeleng sok dewasa. "Kalau ketemu itu pelukan, kek gue nih sama Fyan, pelukan rindu..."

Fyan terkekeh mendengarnya.

Azlan dan Wais langsung bergidik ngeri, "idih, najis!!" Cibir keduanya bersamaan.

Memang, yang paling waras di antara mereka hanya Fyan, 'kan?

Suara deruman mobil mengalihkan atensi keempat laki-laki berbeda usia itu. Mereka sama-sama menatap pintu utama menunggu seseorang masuk. Tak lama dari itu, sepasang suami istri menampakkan atensi. Wanita dengan hijab panjang dan niqab yang menutupi wajahnya, bersama dengan pria berumur 40-an keatas mengenakan baju kokoh dan celana hitam tidak ketat tak lupa peci yang menutupi separuh rambutnya.

"MasyaAllah..." keempatnya menyahut kagum.

Afnan menurunkan Fyan dari gendongannya terburu-buru, ia berlari mendekati wanita paruh baya yang tak lain adalah ibunya.

Surat Takdir Dari Tuhan ✔️Where stories live. Discover now