[19] Do'a!

401 54 11
                                    

"Ternyata benar adanya.
Cinta itu rumit, jika belum halal."

Hayatul Silmi Azizah—

***


"Agar silaturahmi tidak putus, pinjam dulu seratus." Fitrah menyodorkan telapak tangannya didepan wajah Randi sembari cengengesan tanpa dosa.

"Bayar dulu utang lo sama cewek-cewek sekelas." Kata Randi.

Fitrah mencebik. "Gue selama ini minta, bukan minjem. Kalau kali ini serius deh, gue minjem, 2 tahun kemudian gue bayar."

"Yang ada lo keburu melarikan diri ke Amerika."

"Nggak, deng. Gue mau beli skincare."

Agung melongo, "putih doang tapi modal ngutang."

"Setidaknya gue berusaha."

Azlan mencibir, sembari berbalik menghadap Sandy. Ia dengar dari cerita Wais, kemarin Sandy melakukan keajaiban dunia, memeluk adiknya dengan erat. Azlan tidak benar-benar percaya, tapi karena Wais yang mengatakannya —adik yang melebihi jujur, ia percaya saja.

"San." Panggilnya, Afnan ikut menoleh kebelakang. Sedangkan Sandy yang tengah menyalin jawaban dari buku Akhyar langsung mengangkat pandangan.

"Naon?"

"Lo hebat."

"Hah?"

Afnan merotasi mata malas, "ngelag."

"Lah, Azlan yang kagak jelas!"

Sulung Atharauf hanya tersenyum tipis. "Intinya lo hebat." Sembari cengengesan tidak jelas.

Afnan menyenggol bahu kakaknya main-main.

"Lo gimana sama si Maura?"

Seluruh temannya memandang Azlan penuh tanda tanya mendengar pertanyaan Afnan.

"Maura? Siapa lagi?" tanya Sandy. "Bukannya lo sukanya sama yang namanya, Silmi?"

Azlan menghela nafas berat. "Silmi bukan siapa-siapa gue. Kalau Maura—" Azlan menatap teman-temannya dari sisi ke sisi, mereka semua terlihat penasaran.

"Calon tunangan gue."

"HAH?" semuanya benar-benar terkejut, bahkan Akhyar sekalipun. Juga seluruh kelas yang menguping.

"Nggak salah denger gue?" tanya Randi masih tidak percaya.

Dan Azlan mengangguk sebagai jawaban. Ia mengulum bibir, berusaha tidak menunjukkan wajah menyedihkan yang hanya akan menambah penasaran mereka semua.

"Masih calon, masih calon." Seloroh Afnan cepat. "Ca.... Lon...." Afnan memanjangkan satu kata.

"Biasa aja!" Sahut Fitrah.

"Itu Maura, cewek 7 tahun yang lalu?" tanya Sandy memandang sepupunya.

Azlan mengangguk lagi, "yah, dia orangnya..." katanya namun diselingi rasa ragu.

"Kamu kayak nggak yakin." Ujar Akhyar. Sedangkan Azlan langsung tertawa, lagi-lagi berusaha meyakinkan.

Bungsu Atharauf menghela nafas sembari melirik sejenak orang yang berada disampingnya itu.

Topeng lu tebel banget ya, Zul.

***

"Kita healing yuk, Sil."

"Kemana?"

"Ke Rahmatullah."

Silmi mencebik, "mati kok ngajak-ngajak."

Surat Takdir Dari Tuhan ✔️Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt