[13] Saingan!

446 50 7
                                    

***

Azlan keluar dari wc umum sekolah setelah mencuci muka lantaran mengantuk di jam pembelajaran tadi. Ia merasa lebih segar daripada sebelumnya. Azlan menunduk guna menggosok kasar rambutnya yang basah agar rambut tersebut cepat mengering.

Jika saja ada yang melihat Azlan saat ini, termasuk kaum hawa, pasti mereka benar-benar terpesona. Percikan air yang berasal dari rambut membasahi wajahnya, namun justru semakin menambah ketampanannya.

Pemuda itu melirik sebuah cermin yang terdapat disamping pintu wc. Azlan melebarkan senyum, "ganteng juga gue!"

Pantulan cermin memperlihatkan atensi seorang gadis yang berdiri tegak di belakangnya. Azlan melototkan mata, ia berbalik dengan panik saat sadar gadis itu adalah Silmi.

Gadis tersebut memandangnya tanpa ekspresi, membuat Azlan sukses gugup ditempat.

"Minggir!" Katanya dingin.

Azlan meneguk ludah susah payah, ia bergeser dari depan pintu mempersilakan Silmi lewat. Azlan sampai lupa jika ini merupakan wc umum, ia mengusap tengkuknya yang tak gatal lantaran merasa malu sekaligus canggung.

Setelah Silmi masuk, Azlan terus memandang pintu wc dengan pikiran yang campur aduk.

Kenapa? Silmi jauh lebih dingin dari biasanya. Apa mungkin ia mulai merasa risih?

Azlan mengacak kasar rambutnya frustasi. "Au, ah!"

Tak cukup beberapa menit, Silmi keluar dari wc. Netranya bertemu dengan mata tajam Azlan. Ia mengerutkan kening seakan bertanya 'kenapa Azlan masih ada disini?'

Sulung Atharauf dengan mudahnya peka.

"Ah, saya ngelamun tadi." Azlan meringis pelan, alasan macam apa itu?

Ia bisa melihat Silmi yang mengangguk pelan, gadis itu tanpa mengucapkan kalimat atau bahkan sepatah katapun memilih melangkahkan kaki pergi menjauh dari depan wc, berniat kembali ke kelasnya.

"Tunggu-tunggu." Tahan Azlan cepat.

Silmi menghentikan langkah tanpa menoleh sedikitpun. Ia mengedarkan pandangan, takut-takut jika hanya mereka berdua disini.

"Kamu risih sama saya?"

Silmi menggeleng tak membenarkan, "saya cuma sedang menjaga batasan."

Jawaban dari Silmi membuat Azlan reflek memundurkan badan.

"Yaudah, silakan kekelas." Katanya mempersilakan.

Kali ini Silmi menoleh sejenak, kemudian kembali menundukkan pandangan. "Saya harap, kamu tidak sakit hati dengan sikap saya."

Setelahnya Silmi benar-benar pergi. Meninggalkan Azlan yang terdiam membisu dengan pikiran yang berisik.

Pemuda itu terkekeh hambar. Sadar, Silmi gadis baik-baik. Ia memang akan selalu menjaga batasan dengan yang bukan mahram. Jangan diambil hati! Muslimah paham agama akan selalu bersikap seperti itu.

***

"5L, lemah, lesuh, loyo, letoy, love you!"

Agung menyenggol lengan sahabatnya, dagunya ia gunakan menunjuk Azlan yang sejak tadi lesuh tak bersemangat.

"Kenapa, bang?" tanya Agung pada Azlan.

Pemuda yang ditanya itu menggeleng lemah. "Gapapa."

Sandy mencomot cemilan yang dimakan Fitrah tanpa seizin pemiliknya.

"Galau karena syintah, pasti!!" Seru Sandy.

Surat Takdir Dari Tuhan ✔️Where stories live. Discover now