[10] Hukuman Di Lapangan!

496 50 18
                                    

***

Melihat anak bungsunya pulang dalam keadaan yang basah kuyup, Huwaida tentu khawatir. Ia bahkan memarahi Azlan yang pulang sendiri tanpa ada Afnan bersamanya.

"Yang mau pulang sendiri itu Afnan, Ummi..."

"Kamu kenapa nggak nahan?"

"Dianya udah keburu lari, mana hujan lagi..." Azlan terdengar putus asa menjelaskannya.

Waida maju lalu menjewer telinga kanan Afnan kuat-kuat, membuat sang empu yang sejak tadi menyimak menjerit kesakitan. Ia mengusap telinganya yang memerah.

"Kamu juga, Nan! Kenapa main pergi aja? Hujan lagi." Protes Waida pada bungsu Atharauf.

"Pasti pergi ketemu ceweknya." Celetuk Wais.

"Ohh, yang katanya mau nikah sama bang Isrul kalau udah tamat sekolah..." tambah Fyan.

"Biar hujan-hujan begini, tetap nekat! Emang pasti karna pujaan hati." Azlan ikut bersuara.

Afnan meringis tertahan ketika Waida memberikan tatapan mautnya.

"Bener itu, Nan?" tanya Waida menuntut jawaban.

"Iya, Ummi. TAPIII..." dengan penekanan kata Afnan menjelaskan segera agar Waida tidak terus salah paham. Ia menjelaskan dengan hati-hati.

"Dia belum jadi cewek Afnan, terus... Itu Afnan cuma lagi bantuin dia..."

Mata Waida memicing, masih curiga. "Beneran?"

Afnan mengangguk mantap, "beneran kok!"

"Oke, kali ini ummi maklumi... itu tadi abi beli bakso, jangan lupa di makan."

"YEYYY! BAKSO!!" Pekik Wais-Fyan kegirangan. Kemudian langsung berlari kearah dapur.

Waida terkekeh pelan dengan tingkah keponakannya, setelahnya ia pergi menaiki tangga berniat ke kamar.

Setelah siluet Waida tak terlihat, barulah Afnan bernafas lega.

"Beneran lo nggak macem-macem?"

Afnan mendelik sinis akan pertanyaan yang diajukan saudaranya.

"Lo pikir gue cowok apa'an? eh, gue itu menghargai perempuan sebesar gue menghargai ummi..." katanya dengan logat-logat sok bijak.

"Huhu, MasyaAllah... adek gue dah gede, hahaha..."

"Kek ngeledek, lo!"

Wais-Fyan datang membawa satu mangkuk besar berisi bakso dan mie.

"Ah, tambain sambal dong, Cil. Ini apa'an? Kecap doang yang banyak." Protes Azlan.

Fyan menggeleng tegas, "Fyan nggak kuat makan pedas."

"Yaudah lo nggak usah makan." Tukas Afnan.

"Yang paling tua harus mengalah, bang Azlan sama bang Isrul nggak usah makan. Mengalah sama anak kecil." Cetus Wais membuat Azlan-Afnan menggerutu tak terima.

Surat Takdir Dari Tuhan ✔️Where stories live. Discover now