[31] Menyempurnakan Separuh Agama!

557 50 4
                                    

"Cara dia menjaga batasan, cara dia menutup
aurat, membuat gejolak aneh dalam hati. Sadar,
bahwa bidadari surga tak hanya ada di surga
melainkan juga di dunia kecil ini.
Dia bagaikan malaikat, tak bersayap
namun berhijab."

—Atharauf Afnan Isrul—

***

Saya saranin putar lagu deh, lagu apa aja asal jangan rock, ga nyambung soalnya. Bacanya juga pake perasaan, biar kerasa.

بِسْــــــــــــــــــمِ ﷲِالرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Selamat membaca.

***

Selepas acara foto bersama, Afnan pamit pada kakak dan teman-temannya untuk pergi menemui seseorang. Ia tidak menyebut nama, namun temannya sudah tahu pasti siapa orang yang ingin Afnan temui.

Langkah kaki jenjangnya terus bergerak maju menuju kelas 12C. Jantungnya berpacu kuat membuat Afnan serasa jantungan.

Ia berhenti tepat didepan pintu kelas yang dituju, Afnan menunduk seperkian detik, mulutnya bergumam mengucap basmalah.

Ketika mengangkat pandangan, ia terpaku sejenak. Di depannya berdiri Nadhif di ambang pintu menatap bingung kearahnya.

"A-anu, assalamu'alaikum." Salam Afnan dengan gugup.

"Wa'alaikumussalam."

"Nadhif ngapain kelua—....." suara Silmi bagai terbang ke udara. Ia menunduk sopan pada Afnan yang di balas hal yang sama.

"Kenapa?" bisik Silmi bertanya kepada Nadhif. Yang ditanya mengedikkan bahu tidak tahu.

"Saya mau ngomong berdua sama Nadhif, boleh?" izin Afnan.

Silmi mengangguk cepat. Ia mendorong sedikit Nadhif untuk semakin mendekat. "Tapi jangan lama-lama, ngomongnya juga jangan basa-basi." Peringat Silmi.

Afnan mengangguk mengiyakan. Kemudian setelah itu Silmi masuk kembali kedalam kelas, menyisakan dua insan yang diliputi rasa canggung.

"Kamu udah baca surat dari saya?" tanya Afnan memulai obrolan. Ia menunduk tanpa melihat langsung kearah gadis di depannya.

Nadhif mengangguk sekali.

"Saya harap kamu mengerti maksud saya dalam surat itu. Dan sekarang saya mau membuktikan, kalau saya nggak sekedar bicara." Tutur Afnan lagi.

Gadis itu menunduk. Bingung, namun juga senang.

"Jadi?" Nadhif ingin mendengar intinya.

"Izinkan saya kerumah kamu hari ini. Meminta kepada orang tua kamu dengan cara baik-baik untuk menikahi anak gadisnya." Kata Afnan dalam sekali tarikan nafas.

Nadhif meremat kencang roknya.

"Kenapa kamu pilih saya?"

"Saya kagum dengan cara kamu menjaga batasan dengan yang bukan mahrom, lama-lama itu berubah menjadi cinta. Saya kagum dengan kamu yang menutup aurat dengan sempurna tanpa mengumbar kecantikan kamu di sosial media, lama-lama itu berubah menjadi cinta. Setelah mendapat jawaban dari istikharah, saya mantap memilih kamu sebagai penyempurna agama saya. Saya ingin, kamu yang menemani saya menjalani ibadah paling panjang yang di ridhoi Allah."

Setitik air mata jatuh dari pelupuk mata Nadhif. Ia menggigit bibir di balik cadar agar tak mengeluarkan isakan.

Tanpa ia sadari pun, ternyata Afnan juga menangis. Tangis haru dengan keberaniannya menyusun kalimat yang tidak pernah ia duga akan keluar dari mulutnya.

Surat Takdir Dari Tuhan ✔️Where stories live. Discover now