[29] Pondasi!

385 47 2
                                    

***

Sudah hampir satu minggu lamanya Silmi dan Nadhif tidak melihat keberadaan Azlan dan Afnan. Dua saudara bermarga Atharauf itu bagai hilang ditelan bumi. Keduanya belum mendapat keberanian untuk bertanya kepada teman-teman laki-laki itu di manakah sekarang mereka berada.

Seringkali melihat teman-temannya berkumpul bersama, bahkan Sandy yang notabene sepupunya, namun Azlan dan Afnan tak menunjukkan eksistensi sama sekali.

Seperti saat ini, meja disudut ruangan kantin di tempati oleh sebagian laki-laki kelas 12A.

Silmi dan Nadhif saling pandang sejenak, keduanya yang masih berdiri di ambang pintu memperhatikan teman-teman Atharauf sama-sama memberikan isyarat lewat mata.

"Keknya aku ga bisa kalau nanya'nya di tempat umum begini. Makin grogi aku." Keluh Nadhif.

"Hehe, sama." Cengir Silmi. "Nanti deh kalo mereka dah keluar dari kantin."

"Boleh, boleh."

Alhasil keduanya melenggang dari kantin sekolah.

Teman-teman Atharauf yang memang sudah dari lama menyadari gelagat aneh mereka, kini juga menyadari keberadaan mereka.

Akhyar berdeham. "Amanah Afnan kapan saya kasih buat Nadhif?"

"Belum boleh, Afnan bilang jangan dikasi kalau Nadhif ga nyari dia." Timpal Agung.

"Kalau Nadhif ga nyari-nyari?"

"Berarti nggak peduli." Celetuk Sandy.

"Kesian juga dong si Afnan." Cengir Randi.

"Btw yang nitip surat Afnan doang? Azlan gimana?" tanya Sandy.

"Nggak ada tuh, jan-jangan takut dia." Fitrah menimpali.

"Takut kenapa?" tanya yang lainnya bersamaan.

"Takutlah nanti Silmi tolak mentah-mentah suratnya."

"Mulutnya...." tegur Randi.

"Semisal doang."

***

Kelima pemuda tersebut keluar dari kantin setelah merasa perut telah terisi penuh oleh makanan-makanan disana. Agung dan Randi tidak memperhatikan sekitar, mereka terlalu fokus dengan ponselnya. Keduanya hanya mengikuti langkah kaki teman-teman mereka.

"Assalamu'alaikum." Salam seseorang yang membuat kelimanya spontan berdiri kaku.

"Wa'alaikumussalam." Balas Sandy mewakili.

Nadhif semakin canggung dengan sikap mereka yang terlihat was-was bertemu dengannya.

"Anu-"

"Mau tanya tentang, Afnan?" tebak Akhyar kelewat peka.

Silmi yang sejak tadi berdiri dibelakang sahabatnya, memegang lengan Nadhif pelan untuk menyadarkan. Pasalnya Nadhif justru terlihat melamun mendapat pertanyaan menyangkut Afnan.

Surat Takdir Dari Tuhan ✔️Where stories live. Discover now