[4] Ada Bidadari!

1K 71 16
                                    

***

Kebetulan jam pertama hari selasa ini jamkos, tidak ada sikap formal yang ditunjukkan selayaknya pelajar. 12A seperti biasa, rusuh dan buta aturan.

Kecuali Akhyar tentunya, bagaimanapun, dia yang paling waras dikelas ini.

"Gue heran, imanmu sekuat apa sampe nggak terpengaruh di kelas yang mayoritasnya calon penghuni penjara semua?! Kecuali saya, ya, saya ini penghuni surga." Tanya Afnan pada Akhyar tak lupa untuk selalu memuji diri sendiri.

"Jingan!! Lo do'ain gue masuk penjara?!" Hardik Azlan tak terima.

"Masih mending lah, Zul. Daripada masuk neraka, mau?"

Azlan menendang kaki Afnan emosi, tiada hari tanpa Afnan menistakannya.

Azlan menengadahkan kedua tangan, matanya tertutup rapat, dia akan berdo'a. "Naudzubillah, subhanallah, ya Allah, saya tahu pahala saya dikit, tapi mana tega'kan buang hamba-Mu yang tampan ini keneraka, bisa hangus saya!!"

Akhyar terkekeh, merasa lucu dengan do'a Azlan. "Semoga kita semua masuk surga-Nya, Allah. Aamiin..."

"Aamiin-aamiin, berarti saya juga'kan, ustadz?" Sandy tiba-tiba datang dan bertanya. Matanya nampak berbinar.

Akhyar ingin mengiyakan, tapi Azlan sewot lebih dulu.

"Nggak, lo durhaka sama dek sendiri, mana ada orang durhaka masuk surga, iya'kan, ustadz?"

Akhyar mengangguk, "iya, tap-"

"Nah, denger tuh. Tobat sana..." Sela Afnan cepat, kemudian mengibas-ibaskan tangannya, intruksi mengusir Sandy agar jauh-jauh dari sini.

"Sepupu biadab!" Hardik Sandy.

Azlan mengangguk pongah, "iyaiya, terimakasih."

Kemudian mereka kembali ke aktivitas masing-masing.

"1, 2, 3, 4, 5...."

Afnan mendudukkan diri di kursi paling depan, jadi ia bisa melihat kumpulan murid berbaju olahraga khusus sekolah yang sedang melakukan pemanasan.

"12A kapan penjas nya, ya? Gue nggak sempat liat roster..." gumamnya masih mengfokuskan diri pada murid yang berolahraga.

Ia duduk dengan tegak saat melihat atensi 2 siswi yang sedang bersendawa bersama, mereka terlihat sibuk berbincang padahal ada guru olahraga yang berbicara didepan sana.

Yang membuat hati Afnan menghangat, kedua gadis itu mengenakan jilbab panjang dan cadar tali yang menutupi wajahnya sehingga hanya mata, alis, dan jidatnya yang terekspos jelas.

"Kayak, ummi..."

Ia tersenyum kecil. Rasanya pipi Afnan memanas. Terlebih lagi, salah satu gadis bercadar yang paling tinggi, nampak cantik sekali walaupun dilihat dari jarak yang jauh.

"Nuzul!!" Afnan memanggil Azlan dengan suara yang cukup melengking.

Azlan hanya membuka mulut, seakan bertanya 'apa' tanpa menggerakkan bibirnya.

"Sini!!"

Azlan mendekat dengan ogah-ogahan. "Apa'an?"

"Penampakan jodoh gue."

Surat Takdir Dari Tuhan ✔️Where stories live. Discover now