08-Sore yang Mencekam

862 130 86
                                    

⚠️Harap hati-hati ya bacanya, soalnya part ini mayan sensitif. Terutama buat adek2 emesh yang masih underage, please be wise👍

***

Ghazy setengah berlari menuju arah lapangan indoor dengan perasaan khawatir. Ia tadinya sedang menunggu kedatangan Ghava di depan pos satpam. Beberapa waktu lalu, seseorang yang ia kenal sebagai teman Ghava, sempat mengatakan jika Ghava sedang bertemu dulu dengan orang lain. Namun, menit demi menit berlalu, Ghava tak kunjung keluar.

Sampai akhirnya, Ghazy dibuat terkejut saat mendapat telepon dari Ghava yang mengatakan jika kakaknya itu sedang diikuti orang. Ghazy langsung membantu Ghava dengan menelepon sang ayah dan memintanya segera menjemput. Ia juga sempat mencari-cari satpam sekolah yang tidak ada di pos, tetapi orang itu tak jua tampak. Karena berpikir jika keadaan di dalam tidak begitu berbahaya, Ghazy memutuskan untuk mencari Ghava.

Langkah kaki Ghazy terhenti di tempat parkir kendaraan. Ia mengambil ponsel di saku celana saat benda itu bergetar, tanda ada pesan masuk. Ghazy langsung membuka pesan yang dikirimkan oleh Ghava.

Ghava
Tolonh Zy
Aq di gudang blkg
Dy ngikutn smpe sini
Kmu udh telfon ayah kn?

Perasaan Ghazy semakin tidak karuan usai membacanya. Ia segera mengetikkan balasan agar Ghava merasa sedikit tenang.

Anda
Iya, udah. Ayah bentar lagi sampe katanya
Kmu gpp kan?
Aku masih di parkiran
Aku ke situ ya, tunggu

Tanpa menunggu balasan dari Ghava, Ghazy memilih untuk kembali menghubungi ayahnya. Ia mencari kontak Satya dengan perasaan gelisah. Setelah berhasil menemukan, Ghazy langsung meneleponnya. Syukurlah sang ayah langsung mengangkat penggilan darinya.

“Ayah udah sampe mana? Cepetan ya, jangan lama-lama! Kasihan Ghava kayak takut banget, Ghazy mau cari Ghava dulu,” ucap Ghazy sembari berlari menuju tempat yang Ghava katakan, yaitu gudang belakang sekolah.

Sebentar ya, Zy. Ayah berusaha cepet. Itu kamu di mana? Cari tempat aman dulu, Nak. Takutnya itu orang jahat, jangan disamperin!"

Ghazy tidak begitu mendengarkan ucapan sang ayah sebab lebih fokus mempercepat langkah. Tak butuh waktu lama baginya untuk sampai di gudang belakang sekolah. Ghazy sejenak mengatur napas saat kakinya telah sampai di depan gudang. Ia memandang sekitar yang sangat sepi dan cukup gelap akibat cuaca mendung. Hujan yang tadinya hanya rintik kecil mulai turun lebih deras. Karena mengira tidak ada orang di antara keheningan itu, Ghazy akhirnya masuk ke dalam gudang untuk mencari Ghava.

***

Ghava tengah bersembunyi di ruang sempit yang gelap dan pengap. Saat memasuki gudang, Ghava langsung menyembunyikan diri di sebuah lemari reyot di sudut ruangan. Ia berharap jika orang yang mengejarnya tak menyadari keberadaannya di ruang sempit itu.

Sayangnya, tak lama setelah ia bersembunyi, orang itu datang. Beberapa kali, Ghava mendengar teriakan dan bantingan kayu-kayu dari arah luar. Orang itu terdengar sangat marah dan Ghava semakin ketakutan.

Keringat membasahi wajah Ghava yang pucat pasi, tubuhnya bergetar takut. Detak jantungnya masih tak dapat ia kontrol. Ghava sadar jika ancaman orang itu bukanlah main-main. Andai saja tadi ia tidak memiliki kesempatan kabur, mungkin ia sudah mati di tangannya. Bahkan tenggorokannya masih sakit akibat cekikan orang itu.

Rasanya Ghava ingin menangis keras dan berteriak meminta tolong, tapi ia tidak ingin perbuatannya itu malah semakin menjebaknya dalam bahaya karena ketahuan. Sedari tadi, Ghava menutup rapat mulutnya dengan satu tangan.

Ghava memandangi ponselnya dan menunggu balasan pesan dari Ghazy, atau siapa pun yang telah ia hubungi. Netranya sedikit membola saat Ghazy mengatakan bahwa adiknya itu akan menyusulnya ke sini. Ghava langsung mengetikkan balasan untuk melarang Ghazy datang. Sayangnya, pesannya tak jua dibaca sampai Ghava mendengar suara Ghazy dari arah luar. Adiknya benar-benar nekat untuk datang.

How to Say "Goodbye"?Where stories live. Discover now