16-Tiada Tenang

1.1K 119 19
                                    

Silakan baca part-part sebelumnya dulu kalau lupa alur. Sy juga agak-agak lupa😂

***

Semenjak tak lepas dari obat-obatan, Ghava selalu merasa lelah seharian. Efek samping yang ditimbulkan membuat lelaki itu sering tidak fokus saat kegiatan pembelajaran. Teman-teman di kelasnya semakin memandang Ghava sebagai orang yang berbeda dari sebelumnya.

Mereka yang biasanya berebut untuk bisa satu kelompok dengan Ghava, kini justru menghindar. Biasanya Ghava selalu bisa diandalkan, tapi akhir-akhir ini, kebiasaan Ghava hanya tidur di kelas. Nilai akademiknya juga menurun drastis karena lelaki itu jarang memperhatikan guru.

"Mana jawaban yang nomer 4, udah selesai belum?" tanya seorang gadis dengan nada ketus. Ia sebal karena harus menunggu Ghava yang tak kunjung menyelesaikan lembar kegiatan kelompok yang guru berikan. Dua teman kelompok lainnya juga ikut kesal karena hanya tinggal menunggu bagian Ghava.

Ghava tak begitu mendengar perkataan gadis itu. Ia sedari tadi sedang mati-matian menahan rasa kantuk. Bahkan sekarang tulisan di atas meja sudah tampak berganda dalam pandangannya. Otaknya sudah tidak bisa diajak berpikir, matanya mulai berkedip lambat.

"GHAVA!"

Ghava tersentak saat seseorang meneriakkan namanya disertai guncangan keras di bahu. Ia memandang sekeliling dengan bingung, sebelum netranya berpusat pada seorang laki-laki yang duduk di hadapannya.

"Apaan sih?!" Ghava melempar tatapan tidak terima.

"Cepetan kerjain! Lo mau gue laporin guru karena nggak bantu?"

Ghava berdecak pelan. Ia mulai kembali membaca deretan kalimat di atas kertas dan memutar otak untuk menjawab. Namun tak sampai lima menit, kepalanya kembali terkantuk-kantuk. Hingga akhirnya, Ghava menyerah. Ia benar-benar menjatuhkan kepala pada meja dan tidur, membuat teman satu kelompoknya seketika murka.

"Bangun, Gav!" Seorang gadis menepuk-nepuk lengan Ghava, tapi tak bisa membangunkan lelaki itu. Andaikan saja kelas mereka diawasi guru, jelas ia akan melaporkan Ghava. Sayangnya, guru sedang pergi dan hanya meninggalkan tugas untuk mereka.

"Bantuin bangunin dia dong! Kebo banget sumpah, ngeselin."

"Sini sini sini, biar gue bangunin." Hegar yang merupakan kelompok sebelah cukup tertarik dengan huru-hara di kelompok Ghava. Ia meminta gadis tadi menyingkirkan kertas-kertas di atas meja Ghava, kemudian ia membuka botol air minum miliknya.

Tanpa ragu, Hegar menyiramkan seluruh isi botol minumnya ke wajah Ghava. Ia tertawa puas karena ide jailnya mampu membuat Ghava langsung bangun dengan napas terengah-engah.

Ghava belum dapat membaca suasana. Ia mengusap wajahnya yang dipenuhi air. Sesekali lelaki itu terbatuk karena beberapa air terhirup oleh hidungnya. Barulah setelah beberapa detik, ia mendengar tawa beberapa orang yang menatapnya dengan penuh rasa puas.

"Siapa? SIAPA YANG NYIRAM?!" Ghava bangkit dari duduknya, membalas tatapan orang-orang hingga membuat beberapa dari mereka seketika terdiam.

Tatapan Ghava langsung teralihkan pada Hegar yang masih menertawakannya. Ia sudah dapat menebak yang melakukan hal tadi padanya pastilah Hegar.

"LO NGAPAIN NYIRAM GUE, HA?!" Ghava meraih kerah seragam Hegar dengan tatapan yang berapi-api. Ia sudah hendak memberikan sebuah pukulan, tetapi kalah cepat sebab Hegar lebih dulu mendorong tubuhnya ke belakang. Ia yang memang tak punya tenaga pun tak bisa mengelak.

"Nggak usah ngajakin berantem deh lo. Kesian orang tua lo dipanggil mulu ke BK. Lagian nggak ada yang bakal dukung lo lagi di sini, mending lo keluar aja dari sekolah. Keknya lo juga udah rada-rada nggak waras."

How to Say "Goodbye"?Where stories live. Discover now