Chapter 5

89 10 0
                                    

Chapter 5

Tatapan teduh itu, membuatku tak bisa berhenti menatapmu.

Kala itu, saat upacara hampir berakhir, seorang guru dengan tegas memanggil para murid laki-laki untuk maju kedepan. Seperti biasa mereka akan dikumpulkan untuk dicheck kerapiannya, contohnya adalah rambut. Karena murid laki-laki di SMEANSA itu sedikit, bahkan bisa dihitung dengan jari. Semua yang berbaris disana mulai menampakkan wajah tegangnya, mungkin mereka takut jika mahkotanya akan diubah menjadi kelapa muda. 

Senapan kata mulai terlontar dari Pak Reksa selaku guru BK yang terkenal paling galak di SMEANSA. Tak jarang ada yang sampai menangis jika berhadapan langsung dengannya, apalagi wajahnya yang nampak seperti pembunuh berantai

"Sudah berapa kali bapak bilang ke kalian, jika rambut sudah panjang maka harus disegerakan untuk dicukur" kalimat yang diucapkan dengan tegas itu berhasil membuat para laki-laki disana bergidik ketakutan.

Dibarisan para perempuan yang mulai mengeluh karena waktu mereka untuk kembali ke kelas menjadi lama dan dipaksa untuk menahan teriknya matahari. Yang membuat kulit mereka menjadi kusam, kata mereka pelan supaya tak terdengar oleh para guru.

Diantara banyaknya perempuan yang sedang mengeluh, ada perempuan yang fokus mengamati seseorang disana. Fokusnya tak terganggu dengan celotehan yang sedari awal tiada hentinya. Matanya tak bisa teralihkan, walau dari tadi ada yang berusaha mengajaknya bicara.

"KEII" teriak Alea tepat ditelinga kanan Keisa.

"Heh, apa sih" sahut Keisa kaget.

"Dari tadi dipanggil ngga nyaut, lagi lihatin siapa sih"

"Ngga liatin siapa-siapa, itu Pak Reksa kok ngga cape ya nyeramahin dari tadi" Keisa yang mencoba mengalihkan topik

"HALAH, BIASA DIA MAH, ITU KALO METEOR BELUM JATUH, NGGA AKAN SELESAI DEH" ketus Alea memasang wajah kesal.

Pandanganku terarah padanya, seorang lelaki yang sedari tadi berdiri dengan wajah yang datar. Dingin, hanya itu yang dapat kurasakan saat pertama kali melihatnya.

Disaat semua orang memasang wajah takut, dia menanggapi dengan wajah datar seolah tak ada yang terjadi didepannya. Kepalamu hanya mengangguk sembari mendengar ocehan Pak Reksa. "Ih, dia manusia atau bukan sih, datar banget kayak patung". ucapku dalam hati saat melihatmu.

30 menit berlalu,,,

Para siswa dan siswi dipersilahkan untuk masuk kedalam kelas, terlihat para siswa yang sudah nampak lesu mendengar omongan Pak Reksa. 

"Untuk upacara minggu depan saya tunggu kerapian kalian, jika ada yang tidak menurut. Kalian akan tau konsekuensinya" senapan kata itu melesat dari Pak Reksa dengan tawa sinis bak iblis yang langsung menusuk mental para siswa .

Di galeri, tempat para jurusan busana mendesain. Disana terlihat para siswi sedang santai karena jam sudah menunjukkan waktu istirahat. Di pojok ruangan, nampak seorang perempuan yang sedang sibuk bercengkerama dengan kawannya. Entah apa yang dibahas, perkataan mereka hanya menyisakan tawa di setiap ucapannya.

Keisa Mega Nirmala seorang perempuan kelas 11 jurusan busana ditemani kawannya yang sudah berteman sejak SMP, Alea Nurul Ananda namanya yang terdengar lembut tak sesuai dengan kepribadiannya yang tomboy. 

"Tadi waktu upacara ngeliatin siapa? Jujur aja gue tau lu tadi cuma ngalihin topik" Alea ini orangnya bisa tau orang bohong cuma dari sorot matanya saja.

"Ngga liatin siapa-siapa, beneran kok!" jawab Keisa lembut.

"Yaudah kalo belum mau cerita, btw kalo lu mau tanya-tanya soal siapa aja cowok yang ditanya tadi, sabi sih hehe" Perkataannya seolah memancing Keisa untuk bicara tentang siapa yang dimaksudnya.

AbadiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang