Chapter 15

30 3 0
                                    

Chapter 15

Antara rasa dan lara

Dulu, sebelum keluarganya mengalami keadaan ekonomi seperti sekarang, Akara dapat pergi kemanapun dengan anggota lengkap keluarganya. Dulu, sebelum Ayah dan Mamanya berada di keadaan seperti ini, mereka pernah menjadi keluarga cemara yang bahagia. Namun, itu hanyalah masa lalu yang hanya dapat dikenang. Roda kehidupan tak ada yang tahu, tepat setelah kelahiran adiknya, Bisnis milik Ayahnya malah mengalami penurunan pesat yang seiring waktu dampaknya membuat keretakan pada hubungan Ayah dan Mamanya.

Keadaan itu juga disebabkan oleh seringnya permainan judi yang dilakukan Ayahnya, ia juga sering dibohongi oleh teman ataupun rekan bisnisnya. Setelah, masa-masa itu. Keluarganya benar-benar menjadi hancur. Tak ada yang bisa disebut rumah, definisi rumah baginya hanyalah tempat untuk tidur dan makan saja. Sampai hari ini, dunia masih saja mempermainkan mentalnya. Dan, dipaksa menjadi dewasa oleh keadaan.

Disebuah sore yang disinari cahaya senja, langit yang mulai berwarna jingga dengan awan-awan yang terlihat indah. Kopi yang mereka pesan mulai dingin, rokok yang entah sudah kali keberapa dibakar. Menjadikan atmosfer sore ini terasa berbeda. Akara dan Marsel yang memutuskan menghabiskan sore di sawah, tujuannya untuk merefresh pikiran dan menghindar sejenak dari masalah yang masing-masing mereka miliki.

Suasana sawah kali ini cukup ramai, banyak anak anak tengah bermain layangan dan banyak pemuda-pemudi yang sedang nongkrong dengan kawannya. Menjadikan sawah itu bukan lagi tempat untuk menanam padi saja, namun tempat nongkrong murah dengan pemandangan yang asik, dan juga ramah dikantong pelajar.

Marsel yang sedari tadi sibuk dengan cewek-ceweknya yang berada diponselnya, jemarinya tak berhenti mengetik pesan ke beberapa kontak, entah itu sudah perempuan keberapa. Yang pasti Akara yakin bahwa itu bukanlah satu-satunya perempuan yang diberi janji manis oleh sahabatnya itu. 

Sebenarnya Akara sudah cukup jengkel dengan sifat playboy milik kawannya ini, Marsel bisa bergonta-ganti perempuan dalam jangka waktu satu bulan atau bahkan kurang. Aneh, bagaimana mungkin manusia kurcaci satu ini bisa mendapat atensi lebih dari perempuan-perempuan di sekolahnya. Apa mereka buta, atau mungkin mereka hanya tertarik dengan sifat humoris miliknya.

“Lu ga cape apa? Udah yang keberapa bulan ini?” Akara membuka topik obrolan, rautnya sedikit serius saat bertanya.

“Ya, selagi gue belum bisa nemuin pengganti dia. Jadi gue bebas dong buat memilah” Marsel menjelaskan dengan tawa.

“Sampai kapan, sampai lu nyakitin berapa wanita lagi?” Tanyanya “Hati-hati, air mata perempuan itu lebih sakit daripada saat lu ketusuk pisau”

“Anjir, sejak kapan lu bisa nyeramahin gue bangsat. Selalunya lu diem kalo gue kayak gini?” Marsel heran dengan perubahan Akara “Apa gara-gara lu udah ikhlas sama yang kemarin, terus baru-baru ini lu lagi deket sama anak busana”

“Bangsat, kok bisa tau” batinnya.

“Siapa juga yang lagi deket anying, orang kita cuma temen” protes Akara.

“Puji Tuhan, temen gue akhirnya laku, Alhamdulillah akhirnya temen gue bisa percaya lagi sama cewek” Marsel dengan bangga mengatakan hal tersebut, seakan tak percaya bahwa temannya ini bisa dekat dengan perempuan.

Marsel dengan tangan yang menggenggam, seperti tengah berdoa pada Tuhan akan perubahan Temannya ini. Lalu langsung membakar rokok kretek milik Akara sebagai bentuk rasa syukurnya.

“Tapi, gimana kalo bukan dia?”

“Yakin, gue yakin hubunganmu nanti ga bakal kayak pas lu sama anak perkantoran dulu” pungkas Marsel “Trust me bro”.

AbadiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang