Chapter 6

72 6 0
                                    

Chapter 6

Kamu dan mata kesepianmu.

Pikiran manusia itu tak ada yang bisa membatasi selain dirinya, selama kamu yakin dengan apa yang kamu pikirkan, maka sesuatu itu bukanlah hal yang mustahil untuk digapai. 

Masih di perpustakaan, perempuan yang sudah hampir 30 menit duduk menyendiri dipojokan itu tak ada henti-hentinya menatap tulisan yang membuatnya terusik, dalam artian dia ragu dengan perasaan yang menghantui dirinya. Apakah sebuah kesalahan jika kamu mencintai seseorang? Apalagi orang itu adalah orang asing yang baru saja kamu temui. Dimana logikaku, apa ini benar-benar perasaan atau hanya perasaan sepi yang ingin ditemani?

Sudahlah, ini membuatku bingung. Tak ada jawaban pasti dari semesta, yang ada hanyalah kebingungan tanpa henti. 

Keisa Mega Nirmala, seorang siswi kelas sebelas. Dengan rambut wolfcut dan kacamata model korea yang membuat kesan wajah manisnya itu makin menambah. Mega yang berarti langit dan Nirmala yang berarti suci. Langit adalah seni yang diciptakan oleh Tuhan, setiap kali memandangnya, kau hanya perlu imajinasi untuk memahami keindahannya.

Keisa selalu berkata seperti itu, karena setiap kali ia memandangnya. Ia merasa lebih dekat dengan sang pencipta. 

Kringgg! Kringgg! Kringg!

Tiba-tiba handphonenya berdering, pertanda ada yang meneleponnya. Karena kaget dan volume ponselnya lumayan keras, sontak ia langsung mematikannya terlebih dahulu.

"Eh, iya halo. Kenapa Lea?" 

"Lu masih di perpus kan? Kalo iya cepetan ke ruang guru. Udah ditunggu soalnya"

"Dih, gue angkat sendirian nih? males banget"

"Udah, cepetan. Gue masih ada rapat, buruan ditaruh di kantor, Bu Resni udah nunggu"

"Kalo ngga mau, gue juga ga mau ngasih tau lo soal tadi" ancam Alea dengan sedikit tawa.

"Astaga, iya-iya gue otw"

*Panggilan ditutup oleh Alea*

Keisa segera menata buku, keluhan mulai keluar dari mulutnya. "Nih orang kalo jauh bisa ngangenin, tapi kok lebih banyak buat jengkel ya" keluh Keisa lirih.

Dengan rambut wolfcut dan sedikit riasan diwajahnya, membuat wanita dengan tinggi sekitar 165cm itu memiliki aura khas tersendiri. Senyuman manisnya tak pernah kusut, tatkala dia tengah berhadapan dengan masalah yang menerpanya. Senyum itu tak pernah pudar.

Setelah selesai menata buku, Keisa mengecek handphone yang dari tadi berbunyi, "Sabar dong Lea" lirihnya. Suasana perpustakaan memang selalu sunyi, jarang sekali para murid meluangkan waktu untuk membaca buku disini. Mungkin ini karena kemajuan teknologi dan itu penyebab literasi di negara sangat rendah.

Hal paling klise apa yang pernah terjadi dalam sebuah film romansa di sekolah, apakah itu memberikan payung saat doi kehujanan atau memakaikan jaket saat doi kedinginan? Ada hal klise yang akan menimpa Keisa, dan sesuatu itu adalah awal dari cerita ini.

Karena telepon yang berbunyi terus sampai membuat jengkel. Keisa yang ingin mengambil hp disakunya, tanpa sengaja malah menjatuhkannya. Dengan refleks ia langsung mengambil handphonenya lagi dilantai, dan langsung membalas singkat pesan Alea.

Karena tak berhati-hati saat berjalan sampai membuatnya salah langkah dan tak sengaja menabrak seseorang. Hingga membuat buku-bukunya terjatuh.

"Aku menemukan sebuah cinta dikedua mata milikmu, dan aku ingin mewujudkan keraguan itu" 

AbadiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang